Aku Bukan Simpanan, Tapi Istri Yang Disembunyikan

"Kamu kok bangga hamil sebelum nikah? Yakin Putraku akan menikahimu?" Tanya Nyonya Maura tersenyum mengejek.

"Tentu saja aku sangat yakin, karena kami melakukannya setiap malam dengan cinta dan kasih sayang. Dan yang pasti tidak butuh obat perang sang." Balas Dania.

"Dua kali hamil hanya karena obat, bukankah itu sangat menyedihkan?"

"Kelihatan banget kan kalau Rumah Tangga kalian tidak pernah bahagia. Anak dua hadir tanpa cinta, sekarang sudah besar hanya dijadikan alat untuk memenuhi obsesi gilamu. Ingat sekali lagi ucapanku, kamu dan Mas Agastya sudah bercera. Kalian hanya MANTAN SUAMI ISTRI, tahu diri dan tahu posisi. Jangan mengganggu lagi hubungan kami!"

"Dan untuk Anda Nyonya Maura, tolong harga pilihan Mas Agastya yakni aku sebagai cinta sejatinya. Jangan terus mengagungkan wanita yang untuk setia saja sangat sulit. Keluarga Abigail semua tukang selingkuh, lantas bibit bebet bobot apa lagi yang hendak Anda bandingkan. Karena mau bagaimanapun, aku jauh lebih terhormat." Ucap Dania tegas.

"Kalau sudah tidak ada yang ingin disampaikan, aku mau pergi. Tujuanku ke Mall untuk belanja, bukan meladeni ocehan kalian." Lanjutnya.

Dania melanjutkan langkahnya dengan kepala tegak, dia merasa kali ini puas bisa menjatuhkan mental Sherly. Tapi Dania tahu, pertarungan antara dirinya dan Sherly belum selesai. Karena Sherly pasti akan membalasnya.

"Daripada mikiran yang belum terjadi, lebih baik aku borong banyak baju dan semua perlengkapan bekerjaku. Tas, sepatu, pakaian, semua akan aku bawa pulang." Gumam Dania.

Sementara Sherly masih menahan marah di hadapan mantan Ibu Mertuanya. Padahal dalam hati dan pikirannya, sudah tersusun rencana licik untuk menghancurkan Dania dan merebut Agastya.

"Ayo Mama... Kita pulang saja. Rasanya aku sudah tidak mood setelah bertemu dengan Sekretaris itu. Kok bisa-bisanya Agastya menjalin hubungan dengan wanita rendahan itu. Apa yang dilihat selain tubuhnya? Apa Agastya sudah diguna-guna?" Ucap Sherly membuat Nyonya Maura mengernyit menatap heran mantan menantunya. Seorang Dokter percaya tentang perdukunan.

"Mama, akan dukung kamu sepenuhnya. Lakukan apa pun untuk merebut kembali Agastya." Ucap Nyonya Maura.

"Terima kasih karena terus mendukungku. Meskipun aku pernah mengecewakan Mama. Tapi asal Mama tahu, aku tak sepenuhnya salah waktu itu. Andai Agastya memperlakukanku dengan baik, aku merasa ada seseorang yang menjebakku. Mengambil kesempatan dalam kesempitan."

"Aku memang dekat dengan Pimpinan Rumah Sakit, tapi tidak sedekat yang kalian lihat pada akhirnya. Entah kenapa malam itu aku berakhir tidur kamar yang ada di ruangan Pimpinan Rumah Sakit. Awal yang menjadi mala petaka, karena sejak hari itu aku seolah merasa candu atas sentuhannya. Hingga berlanjut 9 bulan lamanya."

"Jadi, saat Agastya memergoki kamu waktu itu?" Suara Nyonya Maura tercekat. Dia baru mendengar fakta menjijikkan ini langsung dari pelaku.

"Itu bukan yang pertama Ma. Aku sudah berselingkuh sejak Agra masih satu bulan dalam kandunganku. Malam itu apes saja bagiku..."

"Ehmmm... Mama pulang dulu ya, lupa tadi Papa mengirim pesan."

Nyonya Maura buru-buru melangkah pergi meninggalkan Sherly yang keheranan.

"Ada apa dengan wanita tua itu? Tumben pulang hanya karena pesan dari suami tidak bergunanya." Gumam Sherly, ikut pulang batal shoping padahal ada tas keluaran terbaru limited edition yang sekarang malah sudah menjadi milik Dania.

"Sudahlah, Besok saja balik lagi"

Di dalam taxi yang ditumpanginya, Nyonya Maura tidak henti mengelus dada setelah mendengar pengakuan Sherly yang sangat luar biasa mencengangkan.

"Astaga, pantas Agastya begitu membencinya. Padahal dia hanya melihat sekali, jika benar pengakuannya seperti itu. Aku pun tak sudi dia balik menjadi menantuku, dasar menjijikkan. Karir aja Dokter ternyata Jalang."

Akhirnya kedua mata dan telinga Nyonya Maura terbuka dengan sendirinya. Dia benar-benar tidak menyangka, jika wanita yang disangka anggun tidak lebih dari penggila sex.

"Menyesal aku selalu mendukung langkahnya, apalagi menyetujui Shireen diasuh olehnya. Tidak... Aku harus mengambil Shireen kembali ke rumah Keluarga Wijaya. Aduh bodohnya aku mudah tertipu."

"Pak tolong putar arah, kita ke perumahaan Permata Hijau." Ucapnya.

"Shireen anak perempuan yang keras, tapi juga rapuh karena menjadi korban perceraian kedua orang tuanya. Jangan sampai didikan menjadi Jalang dari Keluarga Abigail menurun padanya. Astaga... Semoga aku tidak terlambat. Agastya... Maafkan Mama yang baru menyadari sebobrok apa mantan Istrimu."

"Tapi, dengan Sekretaris kurang ajar itu? Entahlah aku jadi bingung. Tidak bisa lagi menilai orang hanya melihat dari penampilan luar. Nyatanya, Sherly yang anggun dan berpendidikan punya karir seorang Dokter tapi punya kelakuan mirip monster. Baiklah, tidak ada salahnya jika aku memberi kesempatan untuk Dania membuktikan dia layak menjadi menantuku."

Nyonya Maura komat kamit sendiri, ngomong sendiri sampai Sopir yang di depan menatap sedikit takut.

"Apa dia orang gila yang kabur dari Rumah Sakit Jiwa?" Pikir Sopir itu tapi tak berani bersuara karena melihat penampilan rapi Nyonya Maura tidak menandakan bahwa dia seorang yang baru keluar dari Rumah Sakit Jiwa.

"Nyonya, rumahnya yang mana? Kita sudah berada di depan gerbang Perumahan Permata Hijau." Ucap Sopir.

"Oh... Ya Allah sampai lupa. Rumahnya yang paling besar dekat taman itu." Tunjuk Nyonya Maura.

"Bapak tolong tunggu sebentar, karena saya hanya ingin menjemput cucu. Ingat jangan ditinggal pergi dulu. Karena saya bayarnya nanti saja."

Sedangkan Sherly saat ini sedang menemui seseorang di sebuah Bar.

"Namanya Dania Eleanor, dia Sekretaris dari Agastya Wijaya mantan suamiku. Aku tidak tahu tempat tinggalnya, kamu selidiki dia dan pastikan kamu tahu kelemahannya." Ucap Sherly.

"Lalu setelah itu apa lagi? Kalau cuma butuh informasi tidak perlu sampai memintaku datang Sayang."

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, hubungan kita sudah berakhir..."

"Itu karena kamu yang meninggalkan aku karena menyetujui perjodohan itu. Tapi, aku belum pernah memutuskanmu. Jadi sampai kapan pun kamu tetap kekasihku, Sherly Abigail Sayang."

"Sudahlah, kalau tidak mau tak apa. Aku bisa cari orang lain yang bisa membantu rencanaku."

"Memangnya apa rencanamu itu? Katakan dengan jelas, jangan berbelit-belit."

Sherly pun membisikkan alur apa saja yang ingin dia lakukan. Intinya dia ingin merebut kembali apa yang dipikirnya adalah miliknya.

Padahal status pernikahan sudah berakhir, bahkan sejak awal Sherly tidak pernah memiliki hati dari Agastya. Jadi, apa yang mau direbut?

Sementara itu, Nyonya Maura sudah berhasil membawa pulang cucu perempuannya.

"Dengar kata Oma, mulai sekarang kamu harus tinggal dengan Oma. Jangan lagi mau kalau Mamamu ingin membawamu menginap di rumahnya. Sekarang Oma sependapat dengan Papamu. Kamu harus jaga jarak dengan Mama kamu, yang ternyata memang tidak pernah menyayangimu dengan tulus."