Ini bukan cerita seorang CEO yang kejam, dingin, dan pemaksa. Giovani adalah seorang CEO yang baik hati, ramah, dan tampan. Namun selalu memiliki nasib buruk dalam kehidupan asmara. Berkali-kali dia gagal dalam menjalin hubungan percintaan dengan perempuan.
Hingga akhirnya dia jatuh cinta kepada sosok Sofia, seorang model cantik yang angkuh namun baik hati, yang berhasil mencuri hati seorang Gio. Bahkan Gio rela menyamar menjadi seorang bodyguard agar bisa mendekati Sofia. Mampukah Gio mendapatkan cinta Sofia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nolasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Mentari terbit laksana memberikan senyuman yang menarik diri untuk bangun dari keletihan yang memaksa diri tak bergerak. Memaksa untuk melihat masa depan yang tak akan datang tanpa ada sebuah gerakan.
Sofia membuka matanya perlahan saat cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya melalui sela-selai tirai jendela. Dia merasakan berat di tubuhnya seperti ada sesuatu yang menimpa tubuhnya.
Saat mata Sofia terbuka sempurna, dia menoleh ke samping dan melihat Gio tertidur sambil memeluknya. Bahkan tangan Gio tepat berada di atas dadanya.
"AAAAA!!!" Sofia berteriak keras karena kaget sambil terduduk dan menyingkirkan tangan Gio. Namun karena panik, Sofia terlalu kuat mendorong tubuh Gio, hingga laki-laki itu jatuh dari atas tempat tidur.
GUBRAAGGG
Tubuh Gio membentur lantai agak keras karena dia jatuh secara cepat. Gio pun mengaduh kesakitan sambil mengelus pantatnya.
Sofia meraba tubuhnya. Memastikan dia masih memakai pakaiannya dengan utuh. Dan dia langsung bernapas lega saat tubuhnya masih berbalut pakaian dengan lengkap.
"Kamu ngapain tidur di atas tempat tidurku!" jerit Sofia.
Gio yang awalnya masih setengah merem, langsung membuka matanya lebar-lebar. Dia clingak-clinguk dan melihat Sofia sedang menatapnya dengan tatapan seakan-akan wanita itu siap membunuhnya hanya dengan tangan kosong.
Gio buru-buru berdiri. Sebisa mungkin dia bersikap tenang. Padahal yang sebenarnya Gio merasa gugup. Dia seperti seorang maling yang kepergok sedang mencuri harta di rumah korbannya.
"Danar jawab!" tegas Sofia.
"Maaf nona kalau saya lancang. Tapi semalam saya melihat anda tertidur di taman belakang. Lalu saya menggendong anda ke kamar. Tapi karena anda mengalami demam jadi saya mengompres anda semalaman. Dan tidak sengaja saya ketiduran. Saya mohon maaf" ucap Gio dengan nada rendah.
Sofia melirik ke meja di sebelah tempat tidurnya. Dia melihat sebaskom air dan handuk kecil. Lalu ada segelah air teh. Sepertinya yang dikatakan bodyguardnya ini benar. Dan sekali lagi Sofia menatap mata Gio mencoba menebak apa dia berbohong. Tapi Sofia justru menemukan tatapan cinta yang hampir membuat Sofia pingsan.
Sofia tak mengatakan apapun setelah mendengar penjelasan dari Gio. Dia justru turun dari tempat tidur dan ingin ke kamar mandi. Baru saja Sofia akan melangkah, tapi justru dia akan jatuh karena kondisi kakinya yang belum pulih.
Gio hendak meraih pinggang Sofia, namun karena nyawanya belum juga terkumpul, dia justru ikut terjatuh juga. Keduanya sama-sama terjatuh ke atas tempat tidur. Dengan posisi Gio menindih tubuh Sofia.
Tubuh mereka saling bersentuhan. Dan wajah mereka hanya berjarak dua senti saja. Napas mereka saling beradu dengan detak jantung yang semakin cepat setiap detiknya. Kedua mata mereka saling menatap begitu dalam.
Otak Sofia memerintahkan tubuhnya untuk berdiri. Tapi tubuhnya menolak. Sementara Gio ingin sekali mencium bibir tebal dan ranum milik Sofia. Tapi otaknya memerintahkannya untuk tidak melakukan itu jika tidak ingin Sofia menamparnya.
Gio memaksa tubuhnya untuk berdiri walaupun ada rasa tidak rela. Dia juga membantu Sofia untuk bangun dengan cara menarik lengan atasnya.
"Anda baik-baik saja?" tanya Gio khawatir.
"Iya. Hanya nyeri di kaki saja. Aku lupa kalau kakiku sedang sakit" ujar Sofia mencoba menutupi rasa sakitnya.
Gio langsung berlutut di depan Sofia. Dia memegang kaki Sofia yang terluka. Memberikan pijatan kecil sebagai relaksasi untuk kaki yang cidera. Gio tahu metode ini karena saat dia belajar ilmu beladiri pelaithnya juga memberi tahu bagaimana cara mengatasi cideras.
"Aww sakit" desis Sofia sambil meremas sepresi kasurnya.
"Tahan sebentar" ujar Gio.
Gio memberi pijatan lembut pada kaki Sofia. Setelah beberapa menit dia memijat kaki Sofia, Gio pun berdiri dari posisi berlutut. Sofia mencoba menggerakan kakinya dan rasa membaik dia rasakan setelah mendapat pijatan dari Gio.
"Rasanya jauh lebih baik. Terima kasih" ucap Sofia tersenyum.
"Ini sudah menjadi tugas saya" balas Gio.
"Oh ya, hari ini aku harus ke butik untuk feeting gaun yang akan aku kenakan di acara anniversary DC Models. Bisakah kamu mengantarku ke sana?" kata Sofia.
Gio sebenarnya tidak akan bisa menolak permintaan Sofia. Tapi pagi ini dia harus kembali ke kantor. Masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.
"Maaf Nona, tapi saya harus pergi ke perusahaan Herm's Group" tandas Gio.
Raut wajah Sofia berubah menjadi sedih. Ini untuk pertama kalinya, Gio menolak permintaannya. Tapi Sofia tidak bisa menentangnya karena bodyguardnya ini adalah anak buah dari Herm's Group. Tentu saja perusahaan itu yang menjadi prioritasnya.
"Ya baiklah" ucap Sofia singkat.
Dia bangkit dari duduknya, berjalan perlahan menuju ke kamar mandi. Gio hanya dapat memandangi punggung Sofia sampai akhirnya dia benar-benar masuk ke dalam kamar mandi.
Sofia menyenderkan tubuhnya pada pintu kamar mandi. Entah kenapa rasanya, dia merasa nyaman dengan Gio dan ingin selalu bersama dia.
"Oh tidak Sofia. Dia itu bodyguard kamu. Mana mau dia sama kamu. Siapa tahu dia punya pacarkan. Jangan jadi calon pelakor deh" tegas Sofia pada dirinya sendiri.
*****
Setelah Gio pergi dari rumah Sofia, dia kembali ke rumahnya. Dia membersihkan diri dan mengganti baju. Kemudian Gio siap untuk pergi ke perusahaan. Tidak seperti kemarin, saat Gio datang pertama kali ke kantor dengan penampilan barunya dan harus menunggu di lobi. Sekarang Gio tidak mengalami itu. Karena Okka sudah memberi tahu pegawai yang ada di lobi kalau Gio adalah orang kepercayaan Herm's Group.
Walaupun begitu, Gio tidak akan masuk ke ruangannya. Dia bekerja di ruangan milik Okka. Aghata membawa beberpaa berkas ke ruangan Okka. Dia melihat keberadaan Gio di dalam ruangan itu. Aghata nenganati Gio dengan seksama. Rasanya dia tidak asing dengan sosok laki-laki yang ada di depannya.
"Kamu ngapain melotot kayak gitu?" tegur Okka yang memecahkan lamunan Aghata.
"Tidak, Pak" elak Aghata lalu meletakkan berkas itu di meja Okka.
Gio melirik Aghata sekilas. Dia bisa menebak ekpresi wajah Aghata yang penasaran dengan dirinya. Maka dsri itu, Gio menunduk terus sejak tadi.
"Ngapain kamu masih di sini? Sana balik kerja lagi" ujar Okka mengusir Aghata.
Tanpa berkata, Aghata pergi dari ruangan Okka. Dia merasa heran. Karena beberapa hari ini dia tidak melihat Gio datang ke kantor. Gio seperti menghilang ditelan bumi. Sebagai sekertaris pribadinya, Aghata tentu tahu jadwal Gio. Dan tidak ada jadwal di mana Gio pergi ke luar kota atau luar negeri.
"Kira-kira Pak Gio ke mana? Masa beberapa hari ini dia nggak datang ke kantor sih? Semua pekerjaan dihandle Pak Okka. Aneh deh" gumam Aghata.
"Terus siapa lagi orang itu? Aku nggak pernah lihat dia sebelumnya. Memang dia orang kepercayaan perusahaan yang mana? Mencurigakan" lirih Aghata.