NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: tamat
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:280k
Nilai: 4.9
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

pernikahan selama 20 tahun ternyata hanya jadi persimpangan
hendro ternyata lebih memilih Ratna cinta masa lalunya
parahnya Ratna di dukung oleh rini ibu nya hendro serta angga dan anggi anak mereka ikut mendukung perceraian hendro dan Zahira
Zahira wanita cerdas banyak akal,
tapi dia taat sama suami
setelah lihat hendro selingkuh
maka hendro sudah menetapkan lawan yang salah
mari kita saksikan kebangkitan Zahira
dan kebangkrutan hendro

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 27

Suasana mendadak menegang. Semua orang saling melirik, saling membaca wajah satu sama lain. Tak ada suara, hanya detak jantung dan napas yang terasa berat.

Senja berdiri tegak di depan barisan karyawan. Meskipun masih remaja, sorot matanya tajam dan sikapnya tak terbantahkan.

"Saya beri kesempatan sekali lagi. Kalau ada yang berani mengaku, hukumannya akan saya ringankan," ucap Senja tenang, tapi nadanya mengandung ancaman yang jelas.

Seorang lelaki maju dengan kepala tertunduk. Suaranya bergetar saat bicara,

"Saya… saya mengambil satu baju reject, Bu."

Senja hanya menghela napas panjang.

Senja menatap pria itu sebentar, lalu mengangguk.

"Silakan pisahkan diri. Karena kamu jujur dan berani mengaku, baju itu untukmu. Tapi ingat, jangan pernah ulangi."

Pria itu keluar dari barisan.

Satu per satu karyawan menyusul. Ada yang mengaku mengambil gunting rusak, potongan kain, jarum jahit, bahkan minyak mesin. Total ada sepuluh orang.

"Apakah masih ada lagi?" tanya Senja, suaranya tetap tegas.

Namun tak ada yang menjawab.

Di dalam hati, Senja kecewa. Pelaku utama belum mengaku. Bagi Senja, baju reject atau barang limbah tak jadi soal. Tapi baju hasil produksi yang dijual secara ilegal—itulah masalah sesungguhnya. Bukan karena harganya, tapi karena jika dijual lewat jalur gelap, merek yang ia bangun bisa diakui oleh brand lain.

Romlah awalnya sempat cemas dengan apa yang akan dilakukan Senja. Gadis muda itu tak hanya tegas, tapi juga tampak cerdas dan penuh wibawa. Namun semakin ia memikirkannya, kekhawatiran itu perlahan pudar. Ia mulai merasa percaya diri.

"Dia hanya anak kecil. Pintar, iya. Tapi aku lebih berpengalaman. Segalanya sudah kuatur rapi. Bahkan Rina pun tak akan bicara, meskipun sekarang dia membenciku," batin Romlah dengan penuh keyakinan.

Suasana ruangan masih hening. Senja berdiri di tengah kerumunan karyawan yang tertunduk lesu setelah satu per satu mengakui perbuatan mereka. Namun pelaku utama masih belum tampak.

"Sebentar lagi konveksi ini akan berkembang menjadi garmen berskala besar. Sebelum itu terjadi, aku ingin bersihkan semua yang suka mengambil barang yang bukan haknya," ucap Senja lantang sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh karyawan.

Kalimat itu menusuk tajam ke hati Romlah. Jantungnya berdegup kencang.

"Bu Romlah," panggil Senja, suaranya tenang namun memberi tekanan yang tak bisa diabaikan.

Romlah tercekat. Tapi sebagai pemain lama, ia cepat memulihkan diri. Ekspresi wajahnya ia ubah menjadi penuh percaya diri, seolah tidak ada yang terjadi. Dalam hati, berbagai asumsi berkecamuk.

"Apa anak ini mencurigai aku?"

"Apa dia tahu kalau aku menjual barang secara ilegal?"

"Ataukah dia hanya ingin menguji reaksiku?"

Namun yang keluar dari mulutnya hanyalah, "Iya, siap, Nona."

Senja menatapnya sejenak, lalu mengucapkan sesuatu yang membuat seluruh ruangan terperangah.

"Saya tunjuk Ibu Romlah sebagai Kepala Konveksi. Fokus pada urusan produksi dan penataan SOP kerja yang lebih rapi."

Hening. Semua orang memandang dengan mata membulat.

"Bukankah tadi pagi Romlah hampir menampar Senja?"

"Kenapa sekarang malah dipromosikan?"

Bisik-bisik kecil mulai terdengar, tapi tak satu pun yang berani mempertanyakan keputusan itu secara langsung.

Zahira hanya mengangkat alis sebentar, lalu kembali bersikap tenang. Ia tahu, apapun keputusan manajemen, hidup harus terus berjalan. Sejak perceraiannya dengan Hendro, Zahira memutuskan untuk tidak akan pernah lagi membiarkan dirinya ditindas siapa pun. Bahkan jika Romlah mendapat posisi tinggi sekalipun, baginya itu bukan masalah.

Namun, ada satu hal yang mengganggu pikirannya. Setiap kali melihat Senja—dengan sikapnya yang dewasa, lugas, dan penuh tanggung jawab—Zahira selalu teringat pada Anggi, putrinya.

Dalam hati, Zahira berkata lirih, "Andai saja Anggi seperti kamu, Nak..."

Sementara itu, Romlah sempat tertegun. Padahal tadi ia sudah menyiapkan berbagai argumen dan pembelaan, berjaga-jaga kalau Senja memutuskan untuk menyerangnya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya—Senja malah memberinya jabatan lebih tinggi.

"Mungkin karena hanya aku yang paling pandai di sini, makanya dia percaya," batin Romlah.

"Jabatan ini akan sangat berguna. Dengan posisi baru, aku bisa menjual lebih banyak barang secara ilegal. Kalau sudah kaya, aku bisa berhenti kerja, hidup tenang."

Wajahnya menunjukkan kepatuhan, suaranya terdengar tulus.

"Terima kasih atas kepercayaannya, Nona. Saya akan menjaga amanah ini sebaik mungkin," ucap Romlah penuh hormat.

Namun dalam hatinya, rencana busuk perlahan mulai disusun.

Audit akhirnya selesai. Banyak karyawan memuji kecerdasan dan ketenangan Zahira dalam mengungkap kasus.

"Kalau Zahira kuliah, mungkin sekarang dia sudah jadi hakim," celetuk seseorang.

Komentar itu diamini banyak orang. Kecerdasannya begitu mencolok, bahkan tanpa gelar tinggi sekalipun.

Dan Romlah? Meski secara mengejutkan mendapat promosi, tak banyak yang membicarakannya. Bagi mereka, kenaikan jabatan tanpa prestasi hanya menciptakan tanda tanya. Aneh memang, tapi sorotan lebih banyak tertuju pada Zahira—bukan jabatan, melainkan integritas dan kemampuannya.

..

Akhirnya, jam pulang kerja tiba. Satu per satu karyawan meninggalkan area pabrik, termasuk Zahira yang melangkah tenang menuju gerbang.

Dari kejauhan, Rina berlari tergesa, napasnya terengah. Ia menghampiri Zahira dengan wajah penuh penyesalan.

"Zahira… aku mohon maaf. Aku sudah banyak berbuat salah padamu," ucap Rina, matanya berkaca-kaca.

Zahira menoleh, lalu tersenyum kecil.

"Kita ini teman, Rina. Teman sejati harus saling mendukung, bukan saling menjatuhkan atau memanfaatkan."

"Jadi… kamu belum memaafkan aku?" tanya Rina dengan suara pelan.

Zahira mengangguk pelan.

"Aku sudah memaafkanmu. Tapi ingat, jangan ulangi lagi. Rasa iri hanya akan menghancurkan dirimu sendiri. Perbanyak bersyukur, Rina."

Rina menghela napas lega, senyum tipis muncul di wajahnya.

"Terima kasih, Zahira."

Setelah itu, ia berbalik pergi ke arah berlawanan.

Namun baru beberapa langkah, sebuah tangan menarik lengan Rina dengan kasar.

"Lepaskan!" sergah Rina tegas.

Romlah berdiri di hadapannya, wajahnya gelap.

"Kamu berani melawanku? Jangan lupa, aku sekarang kepala produksi. Bisa apa kamu?"

Rina menatap tajam.

"Kamu mau pecat aku? Silakan. Tapi ingat, sebagian permainan kotormu ada padaku. Kalau aku jatuh, kamu juga akan terseret."

Wajah Romlah menegang.

"Jadi kamu benar-benar mau berpisah denganku?"

"Iya. Aku muak, Romlah. Aku ingin hidup bersih."

Rina melepaskan diri dan berjalan pergi, meninggalkan Romlah yang terdiam di tempat.

..

..

Sudah sepuluh hari Hendro menikah dengan Ratna. Tapi dari sepuluh hari itu, mereka hanya bertemu dua kali. Sisanya, Ratna entah di mana. Pulang pun tak tentu arah, kadang larut malam, kadang tak pulang sama sekali.

Hendro duduk di ruang tamu, menatap ponselnya yang sepi pesan. Ia menekan nomor Ratna dan bicara dengan nada kesal.

"Ratna, kapan kamu pulang? Ini sudah keterlaluan."

Suara Ratna di ujung telepon terdengar ringan dan tak peduli.

"Kenapa sih bawel banget, Mas? Aku lagi ketemu pengusaha penting. Dia bisa bantu kamu jadi kepala dinas. Aku lakukan ini untuk kamu, lho."

Hendro menghela napas panjang. Hatinya penuh sesal. Mobil mewahnya baru saja penyok karena Anggi menabrak ojek online. Tak mau memperpanjang urusan, Hendro keluarkan uang Rp10 juta untuk ganti rugi.

"Untung saja ada uang 400 juta jadi bisa aku manfaatkan"

Kini ia duduk dalam rumah megah yang terasa hampa.

Sepi. Dingin. Tak ada kehangatan.

"Akhir pekan ini… aku akan menjemput Zahira," gumam Hendro lirih.

"Sudah terlalu lama dia pergi. Dan kalau begini terus, hidupku akan benar-benar hancur."

Ia menunduk dalam-dalam. Baru sekarang Hendro benar-benar merasa kehilangan. Dan semua ini… karena pilihannya sendiri.

1
Bunda Iwar
Luar biasa
Alif
bisa2nya ank kandungnya mau di jual
Alif
apa yg kau tanam itulah yg akan kau petik
Alif
klo otak kalian bs mikir psti gk percaya tp klo otak kalian dangkal tamat lah kalian kena jaring siluman rubah
Alif
sukma dan langit kyaknya anak kandung zahra yg di adopsi adit
Alif
oh bner klo bukan anak nya zahira lha wong modelnya dan kelakuanya kyk emak bpknya, ksian aj zahira telah di tipu
Alif
katanya di suruh bw Adit, apa aq gagal faham yaa
Alif
emang ibunya sudah mendiang ya, la yang di rmh itu siapa😇
Alif
itulah hasil didikanmu oke kaan..
Darma Taksiah
keren
Naning Naning
bener2 tamat thorrr..... ga ada bonchap nya
muthia
cm bs 😭😭😭😭😭😭😭😭
muthia
klau td cm g di sukai sama mertua sih di selingkuh u suami mungkin msh bs di tahan nah ini anak sendiri yg kaya gitu ya Allah sedih nya😭😭
Purnama Pasedu
cinta yg sejati,akan bertemu walau berliku
Maharani Rania
kaya nya anak kandung Zahira yg di buang
SOPYAN KAMALGrab: ka tolong kasih ulasannya ka...
total 1 replies
Sonya Nada Atika
ceritanya keren bgt.baru ini novel yg tak ku skip halaman nya...dr awal smp akhir
SOPYAN KAMALGrab: tolong kasih ulasan ka/Pray/
total 1 replies
Raden
keluarga tocix kecuali zahira
Earlyta a.s Salsabila
👍
Erna M Jen
dasar anak durhaka kau anggi
Zainuri Zaira
trus ratna gimna mati atw selamat..kok udh tamat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!