Dominic, sang maestro kejahatan, telah menawarinya surga dunia untuk menutup mata atas bukti-bukti yang akan menghancurkan kerajaannya.
Yumi, jaksa muda bercadar itu, telah menolak. Keputusan yang kini berbuah petaka. Rumahnya, hancur lebur. Keluarga kecilnya—ibu, Kenzi, dan Kenzo, anak kembarnya—telah menjadi korban dalam kebakaran yang disengaja, sebuah rencana jahat Dominic.
Yumi menatap foto keluarga kecilnya yang hangus terbakar, air mata membasahi cadarnya. Keadilan? Apakah keadilan masih ada artinya ketika nyawa ibu dan anak-anaknya telah direnggut paksa? Dominic telah meremehkan Yumi. Dia mengira uang dapat membeli segalanya. Dia salah.
Yumi bukan sekadar jaksa; dia seorang ibu, seorang putri, seorang pejuang keadilan yang tak kenal takut, yang kini didorong oleh api dendam yang membara.
Apakah Yumi akan memenjarakan Dominic hingga membusuk di penjara? Atau, nyawa dibayar nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukankah itu....
Di sebuah klub malam yang remang-remang, Sabri tengah asyik menyelidiki kasusnya. Suasana ramai, musik berdebar keras, dan aroma alkohol memenuhi udara. Di tengah hiruk-pikuk itu, sesuatu menarik perhatiannya. Seorang wanita seksi, dengan pakaian yang terbuka, bergerak lincah di antara kerumunan. Ada sesuatu yang familiar, sesuatu yang membuatnya mengerutkan dahi.
Tunggu… itu… kok mirip seperti Ibu Yumi? Batin Sabri. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita itu, dengan penampilannya yang sangat berbeda dari kesan yang selama ini ia miliki tentang Ibu Yumi, tetapi ada sesuatu yang familiar di wajahnya. Rasa penasaran menguasai Sabri. Ia pun diam-diam mengikuti langkah wanita tersebut, mengamati setiap gerak-geriknya. Pertanyaan besar muncul di benaknya.
Brugh!
Sabri tersentak, tubuhnya sedikit oleng karena tak sengaja menabrak seseorang. Ia mendongak, melihat seorang waria dengan riasan wajah yang tebal dan pakaian yang mencolok menatapnya menggoda.
"Mas, matanya lihat-lihat dong, eke kan udah ketabrak," ucap waria itu, suaranya gemulai, namun tetap terdengar merdu. Ia menunjuk-nunjuk Sabri dengan jari lentiknya yang bermanik-manik.
Sabri sedikit tergagap, "Maaf, Bang. Saya nggak sengaja." Ia berusaha bersikap sopan, sedikit canggung.
"What? Abang? Euhhh... Eke bukan Abang, tapi panggil adik cantik loh," ujarnya menggoda Sabri.
Dasar, waria sialan. Batin Sabri.
Waria itu menyeringai, "Kamu sengaja kan nabrak eke, kalau pengen kenalan bilang dong," Ia mengibaskan rambut panjangnya yang berkilauan.
Sabri menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Terserah Mbak deh. Maaf lagi. Saya buru-buru."
"Buru+buru apaan? Jangan buru-buru kalo lagi di tempat kayak gini. Ntar nabrak lagi, eke lapor polisi lho!" Waria itu mengedip-ngedip kan mata, senyumnya masih tersungging.
Melihat tingkah waria tersebut, membuat Sabri merinding.
Sabri tersenyum tipis, "Iya, Mbak. Makasih peringatannya." Ia buru-buru melanjutkan langkahnya, sedikit tergesa-gesa, takut dihentikan lagi oleh waria tersebut. Ia menghela napas, mencoba melupakan kejadian kecil itu, dan kembali fokus pada penyelidikannya.
Sabri terus menyusuri lorong-lorong remang klub malam itu, mengamati wanita yang menurutnya sangat mirip dengan Ibu Yumi. Langkahnya hati-hati, tak ingin kehilangan jejak. Namun, di dalam hatinya, keraguan dan pertanyaan semakin menggunung. Bagaimana mungkin Ibu Yumi berada di sini? Bukankah ia sudah tewas dalam kebakaran beberapa waktu lalu? Ingatan tentang kebakaran itu kembali menghantuinya. Api yang melahap rumah Ibu Yumi, tangisan keputusasaan, dan berita kematian yang telah ia terima… semuanya terasa begitu nyata.
Namun, apa yang dilihatnya sekarang ini menantang logika dan ingatannya. Wanita itu, dengan pakaian dan riasannya yang mencolok, tampak begitu berbeda dari Ibu Yumi yang dikenal Sabri. Tetapi, ada kemiripan yang tak bisa ia abaikan, sebuah detail kecil di wajahnya, atau mungkin cara berjalannya… sesuatu yang membuatnya yakin bahwa wanita itu adalah Ibu Yumi.
"Apa sebenarnya yang terjadi? Tapi, apa mungkin Ibu Yumi memakai pakaian terbuka seperti itu? Bukankah selama ini semua tahu betapa ia menjaga auratnya?" gumam Sabri, matanya masih tertuju pada paha Ibu Yumi yang terlihat dari kejauhan. Bayangan Ibu Yumi yang selalu berpenampilan sederhana dan tertutup berbenturan dengan pemandangan di hadapannya.
Meskipun sudah berusia 45 tahun, Ibu Yumi memang masih sangat cantik dan mempesona. Banyak yang mengira usianya baru 25 tahun. Semua orang tak percaya ketika mengetahui bahwa ia sudah memiliki dua cucu, Kenzi dan Kenzo, karena wajahnya yang terlalu muda, mengingat ibu Yumi tak memakai cadar seperti putrinya.
Dan salam kenal para reader ☺️☺️😘😘