NovelToon NovelToon
The Great General'S Obsession

The Great General'S Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Obsesi / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sungoesdown

Wen Yuer dikirim sebagai alat barter politik, anak jenderal kekaisaran yang diserahkan untuk meredam amarah iblis perang. Tetapi Yuer bukan gadis biasa. Di balik sikap tenangnya, ia menyimpan luka, keberanian, harga diri, dan keteguhan yang perlahan menarik perhatian Qi Zeyan.

Tapi di balik dinginnya mata Zeyan, tersembunyi badai yang lambat laun tertarik pada kelembutan Yuer hingga berubah menjadi obsesi.

Ia memanggilnya ke kamarnya, memperlakukannya seolah miliknya, dan melindunginya dengan cara yang membuat Yuer bertanya-tanya. Ini cinta, atau hanya bentuk lain dari penguasaan?

Namun di balik dinding benteng yang dingin, musuh mengintai. Dan perlahan, Yuer menyadari bahwa ia bukan hanya kunci dalam hati seorang jenderal, tapi juga pion di medan perang kekuasaan.

Dia ingin lari. Tapi bagaimana jika yang ingin ia hindari adalah perasaannya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sungoesdown, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah Baru

Andai Yuer bisa membaca pikiran seseorang atau jika hanya satu orang saja, Yuer ingin kalau itu adalah Qi Zeyan. Seseorang yang memegang nyawanya. Juga seseorang yang menurut Yuer aneh sekali akhir-akhir ini.

Sebenarnya apa motivasi Zeyan membawanya mendatangi satu-persatu tempat anggota Lingkaran Besi-nya untuk kunjungan rutinnya? Belum lagi tidak semua dari mereka menyukai Yuer.

Yuer duduk di bangku kayu panjang, di bawah rindangnya bayangan pohon cemara yang tak kehilangan daunnya meski musim terus berganti. Cahaya matahari menyusup lewat celah dedaunan, membentuk pola-pola lembut di pangkuannya. Angin utara menyentuh kulitnya dingin, tapi tidak menusuk.

Zeyan baru saja beranjak, setelah menatapnya sebentar seolah ingin memastikan Yuer tak bergerak ke mana-mana.

"Kau di sini saja," katanya, sambil menyentuh bahunya sebentar.

Yuer mengangguk pelan. Meski Zeyan tidak mengatakannya pun Yuer tahu maksud Zeyan dengan menyuruhnya duduk di tempat dia meninggalkannya. Perhatian yang sebenarnya enggan ia sebut sebagai perhatian itu sedikit menggelitik perutnya.

Pandangannya mengikuti punggung lelaki itu sampai menghilang di balik bangunan besi setengah terbuka yang penuh suara denting logam dan percikan bara.

Tak lama kemudian, seseorang mendekat. Seorang pria muda, mungkin seumurannya, rambutnya diikat separuh, kulitnya kecokelatan oleh panas api tempa, tapi matanya jenaka.

"Seperti anjing yang ditinggalkan pemiliknya, butuh teman, nona?" tanyanya, sambil duduk dua langkah dari Yuer. Suaranya ringan dan santai.

Yuer menoleh pelan, alisnya sedikit terangkat. "Maksudmu aku seperti anjing?"

Pria itu langsung menggerakkan tangannya di depan Yuer panik. "Ah, bukan untuk mengataimu, maksudku anjing yang lucu."

Yuer memicingkan mata. "Anjing lucu juga bisa menggigit loh."

Pria itu tertawa kecil dan mengangguk. "Aku akan berhati-hati agar tak digigit."

Kalau dilihat-lihat, pria ini tidak berbahaya.

"Namaku, Fan Qiming, anak dari pengawas logam ringan. Tapi aku juga bekerja di sini, khusus rancangan bagian dalam senjata."

Yuer sedikit tertarik. "Rancangan bagian dalam? Itu bagian penting."

"Ya. Tapi tidak cukup penting untuk diajak diskusi dengan Jenderal Qi secara langsung," katanya dengan ekspresi tidak peduli, "Jadi, mendengarnya datang aku kabur sebentar dan melihat ada perempuan duduk sendirian. Kupikir, siapa tahu dia bosan."

Yuer menoleh sedikit, tersenyum setengah. "Kau tidak takut bicara padaku? Kau juga tidak terlihat takut padanya, apa karena kau putra salah satu anggota lingkaran besi?"

Fan Qiming mengangkat bahu. "Takut? Kalau dia marah dan membunuhku, paling tidak aku mati sambil ngobrol denganmu."

Yuer tertawa kecil. "Kau bicara seperti orang tidak punya beban."

"Justru karena banyak beban, aku harus bicara begitu. Kematian mungkin lebih baik, Nona Wen."

Wen Yuer terdiam sesaat, Fan Qiming mengalihkan topik begitu cepat. Kini pria itu membicarakan bagaimana rumor 'Wanita Qi Zeyan' menyebar di kota. Wen Yuer mendengarkan dan kini mengetahui hal baru, bahwa Qi Zeyan pernah bertunangan sebelumnya.

...

Suara langkah Zeyan terdengar mendekat sebelum Yuer benar-benar menoleh. Fan Qiming juga mendengarnya, dan seketika berdiri. Dia menyeka kedua tangannya ke celana kerjanya dan memberi hormat kecil pada Zeyan dengan gaya santai tapi tetap sopan.

"Jenderal," katanya sambil mengangguk.

Zeyan menatapnya sebentar. "Fan Qiming, ya?"

"Benar, Jenderal. Kami hanya mengobrol ringan." Ia menoleh sebentar ke Yuer, lalu mundur satu langkah. "Saya pamit."

"Terima kasih," jawab Yuer, cukup tulus.

Fan Qiming melenggang pergi tanpa menoleh lagi.

Zeyan menatap punggungnya sampai hilang di balik jalur bengkel. Baru kemudian dia menoleh ke Yuer.

"Apa kau memang selalu dekat dengan pria yang baru kau kenal?"

Yuer mengangkat alis sedikit, sedikit tersinggung. "Apa kau selalu punya masalah dengan pria yang bicara denganku?"

Zeyan menghela napas pendek dan mengulurkan tangan padanya. "Kau tahu maksudku."

Melihat kekesalan di wajah Wen Yuer, Zeyan manjawab, "Aku hanya bertanya."

Wen Yuer berdiri, menyeka sedikit debu dari rok luarnya. "Tergantung siapa yang bicara denganku." Yuer berjalan melewati Qi Zeyan.

Qi Zeyan menghela napas mengetahui maksudnya sebelum menarik tangan Wen Yuer ke arah sebaliknya. "Bukan kesana."

...

Matahari sore menggantung rendah di balik pucuk-pucuk pinus yang kurus dan tinggi. Udara di utara memang membawa hangat jika disentuh cahaya, tapi tetap terasa dingin menusuk jika angin berembus. Dari beberapa pos yang dikunjungi sebelumnya, ini adalah yang terakhir. Rumah tua bercat kelabu milik Tuan Luo, salah satu pengawas di lingkaran besi yang ditempatkan untuk tugas administratif karena kondisi putrinya yang sakit.

Berbeda dari pos sebelumnya yang dipenuhi bisik tak ramah, kali ini Zeyan berjalan dengan langkah lebih santai. Ia bahkan tak langsung mengetuk pintu, melainkan berjalan pelan ke arah bangku kayu di teras.

"Duduk," katanya pada Yuer tanpa menoleh, seolah sudah tahu gadis itu kelelahan karena berjalan.

Qi Zeyan sedikit mempertimbangkan untuk membawa kuda lain kali sebelum pikiran itu segera ditepisnya.

Yuer menaikkan alis sedikit, namun menurut juga. Ia duduk dengan anggun, membetulkan kerah mantelnya yang tertiup angin. Matanya menyapu halaman rumah itu, terasa lebih hidup daripada tempat-tempat sebelumnya. Ada banyak tanaman, ayunan tua yang digerakkan angin, dan suara batuk pelan dari balik jendela kamar.

Tuan Luo keluar beberapa saat kemudian, menyambut Zeyan dengan hormat namun hangat dan mempersilahkannya masuk.

Obrolan awal mereka formal, seperti biasanya—tentang laporan logistik, distribusi pangan, dan jalur pengiriman dari kota sekutu. Tapi nada mereka perlahan melunak. Bahkan Yuer ikut dalam percakapan ringan mengenai kualitas air sumur di daerah ini yang katanya lebih manis.

Sampai suara lembut dari balik pintu menggema. "Ayah, ayo main denganku?"

Seorang gadis kecil, sekitar sembilan atau sepuluh tahun, menjulurkan kepala dari balik pintu. Wajahnya pucat, tubuhnya tampak kurus, namun senyumnya mencerahkan suasana.

Tuan Luo berbalik. "Tidak sekarang, Ayah sedang berbicara dengan tamu."

Yuer bangkit sebelum sadar dirinya melangkah. "Kalau kau tidak keberatan, boleh aku yang menemani putrimu sebentar?"

Tuan Luo tampak terkejut, namun tak menolak. Beberapa detik kemudian, Yuer sudah menggandeng tangan kecil itu, membawanya menuruni teras menuju halaman. Mereka duduk di rerumputan, dan Yuer mulai merangkai sesuatu dari batang ilalang.

"Mahkota?" tanya si gadis kecil.

"Ehem, untuk Putri kecil yang cantik," jawab Yuer dengan senyum tulus.

Zeyan dan Tuan Luo memperhatikan dari teras. Suara tawa kecil terdengar sesekali, dan saat Yuer menyematkan mahkota rumput di kepala si anak, bahkan senyum Tuan Luo mengembang pelan.

Namun tak lama, ia bicara dengan suara rendah. "Dia wanita yang baik, terlalu baik untuk dijadikan alat dalam permainan politik, Tuan Zeyan."

Zeyan tak menjawab segera. Pandangannya tak lepas dari Yuer yang kini membuat mahkota kedua, mungkin untuk dirinya sendiri atau untuk anak itu lagi.

"Jika dia bukan seseorang yang penting bagimu," lanjut Tuan Luo hati-hati, "jangan buat dia terlihat seperti itu di mata musuhmu. Kau tahu sendiri betapa cepatnya berita menyebar."

Zeyan masih diam. Lalu ia menarik napas, tipis, seperti menyaring sesuatu dalam benaknya kemudian menoleh menatap Tuan Luo.

"Dan jika dia seseorang yang penting?"

Tuan Luo tertegun untuk sesaat, memahami tanpa Zeyan mengatakan dengan gamblang isi kepalanya.

"Maka kau harus melindunginya dari orang-orang yang akan membahayakannya karena menjadi penting bagimu."

Zeyan menatap kembali ke arah Wen Yuer berada.

"Aku sendiri belum tahu," jawabnya pelan. "Apa yang kuinginkan darinya."

Itu bahkan bukan jawaban yang bisa menjelaskan apapun, namun cukup untuk membuat Tuan Luo paham. Paham bahwa dalam ketegasan dan logika Zeyan, ada ruang yang belum bisa ia beri nama.

Di tengah hening itu langkah cepat terdengar dari arah halaman belakang. Seorang pelayan muda tampak tergesa, napasnya belum sempat ditenangkan saat ia mendekati serambi tempat Tuan Luo berbicara bersama Zeyan.

"T-Tuan Luo! Putri anda, Nona Qianyu... dia..." Sang pelayan terdengar cemas. "Dia kejang lagi. Suhunya naik."

Tuan Luo terdiam sejenak, jelas kebingungan. Tatapannya bergantian antara Zeyan dan pelayan tersebut. Ada rasa enggan di wajahnya, bukan karena tak peduli pada anaknya, melainkan karena merasa tak sopan meninggalkan tamunya, terutama seseorang seperti Zeyan.

Namun Zeyan hanya mengangkat sedikit tangannya, tenang. "Pergilah." katanya singkat namun tak terdengar dingin.

Tuan Luo menunduk dalam, lalu berbalik dan mengikuti pelayan itu dengan langkah cepat.

Yuer yang melihat itu pun langsung mendekat ke sisi Zeyan ikut menoleh terutama setelah 'teman kecil' barunya itu ikut berlari mengejar ayahnya menuju halaman belakang, matanya mengikuti punggung Tuan Luo yang menjauh.

"Ada apa?"

"Putrinya sakit dan sepertinya semakin parah."

"Dia memiliki putri lain?"

Zeyan hanya bergumam, pandangannya justru tertuju pada wajah Yuer. Wajah yang tadi sempat tersenyum pada bocah perempuan kini tampak khawatir, sedikit menegang di sekitar alis, dan napasnya tertahan.

Ia mengenali ekspresi itu. Ia telah melihatnya berkali-kali. Bukan hanya kepedulian biasa, tapi naluri alami yang selalu muncul dari seorang penyembuh sejati. Bahkan sebelum Yuer membuka suara lagi, Zeyan sudah tahu apa yang akan ia tanyakan.

"Kau dan naluri penyembuhmu itu." gumamnya pelan, hampir seperti pernyataan pada diri sendiri, namun cukup keras untuk didengar Yuer.

Yuer memutar tubuhnya, menatapnya sejenak seakan ragu apakah ia terlalu lancang. Namun, akhirnya ia berkata dengan hati-hati, "Apakah aku boleh…"

Zeyan menatapnya tanpa senyum, namun sorot matanya melunak. Ia mengangguk sekali.

Yuer menunduk sedikit, kemudian berkata pelan, "Tapi, apakah Tuan Luo tidak akan keberatan? Dia mungkin tidak suka jika ada orang luar yang ikut campur."

Zeyan memalingkan wajahnya ke arah lorong dalam rumah, tempat Tuan Luo telah menghilang. Suaranya terdengar tenang tapi tegas. "Ada aku."

Yuer menatapnya beberapa detik. Zeyan tidak menunggu kalimatnya selesai seolah bisa menebak pikirannya. Dan kali ini, ia tidak membantah lagi. Ia hanya mengangguk, lalu melangkah mengikuti arah Tuan Luo dan pelayan tadi.

Zeyan tetap di tempatnya, pandangannya mengikuti langkah ringan Yuer yang cepat namun tak terburu-buru.

Senyum tipis terlukis di wajah dingin Zeyan. Sangat tipis.

1
lunaa
lucu!!
lunaa
he indirectly confessing to herr 😆🙈
lunaa
gak expect tebakan yang kupikir salah itu benar 😭
lunaa
yuerr lucu bangett
lunaa
damn zeyan, yuer juga terdiam dengarnya
Arix Zhufa
baca nya maraton kak
Arix Zhufa
semangat thor
Arix Zhufa
ehemmmm
lunaa
itu termasuk dirimu zeyan, jangann nyakitin yuerr
Arix Zhufa
mulai bucin nich
Arix Zhufa
cerita nya menarik
Arix Zhufa
Alur nya pelan tapi mudah dimengerti
susunan kata nya bagus
Sungoesdown: Makasih kak udah mampir🥰
total 1 replies
Arix Zhufa
mantab
Arix Zhufa
Thor aku mampir...semoga tidak hiatus. Cerita nya awal nya udah seru
Sungoesdown: Huhuuu aku usahain update setiap hari kak🥺
total 1 replies
lunaa
liat ibunya jinhwa, pasti yuer kangen sama ibunya 😓
lunaa
then say sorry to herr 😓
lunaa
suka banget chapter inii ✨🤍 semangat ya authorr 💪🏻
Sungoesdown: Makasih yaa🥰
total 1 replies
lunaa
yuer kamu mau emangnyaa 😭🤣
lunaa
dia mulai... jatuh cinta 🙈
lunaa
menunggu balasan cinta yuer? wkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!