"... selama aku masih berada didunia ini aku akan terus berusaha menjaga Luciana."
Perkataannya mengejutkanku. Selama dia masih berada didunia ini? Dia adalah seorang vampire yang hidup abadi, apakah itu berarti dia akan menjagaku selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Luciana
Berdiri diambang pintu aku melihat ke arah kamar Stefan, sepi apakah dia sudah pergi. Aku memutuskan untuk berjalan melewati lorong menuju halaman belakang, berpapasan dengan Lizi dia memuji melihat tampilan baruku, baginya aku terlihat tegas dan cantik.
Kulihat dari kejauhan pintu istal kuda sudah terbuka. Orang lebih sering menyebutnya istal daripada kandang, aku membacanya dibuku.
Ternyata benar Stefan sudah ada disini. Dia bersandar pada tiang kayu lalu menoleh melihat aku datang.
Pandangannya terus tertuju padaku saat aku mulai berjalan menghampirinya. Apa yang dia pikirkan, apakah aku terlihat aneh dengan pakaian seperti ini?
Setelah kuamati, Stefan memakai setelan yang sama denganku. Entah kenapa tapi kami terlihat serasi.
"Sudah lama disini?", aku membuka suara.
"Tidak terlalu", dia menjawab seadanya.
Pandangannya belum beralih dariku ini membuatku menjadi semakin gugup. Apa aku benar-benar terlihat aneh sekarang?
"Sekarang coba tunjukkan apa yang sudah kau pelajari dari buku". Dia berjalan menghampiri kuda berwarna hitam.
Kuda hitam itu terlihat tenang seakan sudah terbiasa didekat vampire. Stefan mengelusnya sesaat lalu sedikit menyingkir.
Aku mulai mendekati kuda hitam ini, dari apa yang kubaca, sebelum menunggang kuda kita harus membuat seekor kuda merasa nyaman dan percaya kepada kita. Intinya kita harus membentuk hubungan yang baik dengannya. Tanpa ragu aku mengulurkan tanganku untuk mengelus kepalanya, kuda hitam ini hanya diam mematung melihatku. Aku terus berusaha membuatnya merasa nyaman dan tak lama kuda hitam ini memejamkan matanya merasakan belaian lembut tanganku pada surainya.
Berhasil! aku sudah menjinakkan kuda hitam ini.
Aku tersenyum simpul kepada Stefan. Dia hanya memandangiku lalu memberikan isyarat menggunakan matanya, menyuruhku untuk melepas tali kekang dan membawa kuda ini keluar. Dengan perlahan aku melepas tali lalu menuntunnya berjalan keluar, kuda hitam ini menurut dan berjalan dengan tenang di sisiku.
"Kuda ini bernama Ash",
"Tak kusangka dia bisa akrab dengan orang baru semudah ini". Stefan menambahkan.
Rupanya Ash adalah tipe kuda yang sulit akrab, tapi aku tidak menemukan kesulitan tadi. Mungkin karena ada Stefan disini karena itu Ash juga menjadi akrab denganku.
"Dua kuda yang lain, apa mereka juga memiliki nama?". Aku menatap Stefan
"Ya, kuda putih itu bernama Kasi, yang coklat bernama Nigel". Stefan memberi tahu.
Stefan mengambil sebuah pelana dari dalam istal lalu menyerahkannya padaku.
Aku mulai memasang pelana ke tubuh Ash. Sedikit kesulitan karena tubuh Ash yang cukup tinggi, kupasang pelananya dengan hati-hati, kuikat dengan pas dan kupastikan tidak terlalu kencang dibagian perut agar Ash tetap merasa nyaman.
Setelah terpasang rapi Stefan mendekat untuk memeriksa lagi pelana yang telah kupasang.
"Kau merasa nyaman Ash". Aku berkata seraya membelai surai hitam Ash dan dia mendengus senang.
Aku melihat sekelebat senyum diwajah Stefan lalu dengan cepat dia menaiki Ash. Aku sedikit terkejut, kenapa dia yang naik? bukankah aku yang ingin belajar berkuda?
"Naiklah kau tidak akan belajar disini". Stefan mengulurkan tangannya padaku, ragu-ragu aku meraihnya, kuinjak sanggurdi lalu Stefan menariku.
Aku duduk dibelakang Stefan, tubuh kami sangat dekat. Apa tidak apa-apa begini, aku khawatir ada yang melihat kami.
"Kau harus berpegang jika tidak ingin terjatuh", Dia berkata sedikit menoleh kepadaku.
Stefan menghentakkan kakinya, Ash meringkik lalu berlari menuju hutan sangat cepat. Spontan kulingkarkan tanganku pada tubuh Stefan, aku memejamkan mata rapat karena sedikit takut. Ini pengalaman pertamaku menunggang kuda.
"Buka matamu",
"Aku takut", lirihku menyembunyikan wajah dipunggungnya.
"Bagaimana bisa menunggang jika kau takut", balas Stefan sedikit tertawa.
Ash melambatkan kecepatannya, kuangkat wajahku lalu membuka mata perlahan. seketika aku tersenyum lebar merasakan sensasi baru ini.
Ash terus berlari dengan kecepatan normal. Pepohonan disekitar mulai menjarang dan sebuah padang rumput luas menyambut kami.
Sejauh mata memandang hanya ada hamparan rumput dan beberapa batu besar ditengahnya, sangat indah.
Tapi tunggu dulu, rasanya pemandangan ini tidak asing bagiku. Benar, aku pernah melihat lukisannya di Hall Manor house.
Stefan menghentikan Ash dan dengan sendirinya aku melompat turun. Aku masih terpaku melihat pemandangan di hadapanku. Rumput hijau membentang luas bak permadani, dan gulungan-gulungan awan menghiasi langit seakan tidak membiarkan terik matahari menyinari kami secara langsung. Selama hidupku aku tidak pernah melihat pemandangan seindah ini.
"Ini sangat menakjubkan", aku menoleh pada Stefan.
"Kamu akan mulai berlatih atau hanya ingin diam melihat sekitar", sahutnya.
Aku sampai lupa kalau tujuan kami kesini untuk berlatih berkuda, aku nyengir malu lalu berjalan mendekati Stefan dan Ash.
"Baiklah kau harus mencoba untuk naik sendiri", Stefan menyerahkan tali kekang Ash padaku.
"Yang kau butuhkan hanya kepercayaan, kau percaya pada Ash dan Ash akan percaya padamu". Stefan menjelaskan tapi aku hanya fokus memandang mata ash.
Semua teori yang kubaca dari buku meluap hilang entah kemana. Aku harus yakin dan percaya tidak akan terjadi hal buruk padaku. Stefan ada disini dia akan membantuku.
Menghela nafas sesaat aku mulai menaiki Ash setenang mungkin. Dia sedikit berjalan mundur saat aku berhasil menaikinya, aku mengelus tengkuk Ash agar dia tetap tenang.
"Hentakkan kakimu pelan maka dia akan berjalan dengan perlahan". Stefan mengarahkan.
Aku mencobanya dan benar ash mulai melangkah pelan. Aku memegang tali kekangnya sebagai kendali. Ash tidak sulit dan tidak terlalu mudah untuk dikendalikan tapi entah bagaimana aku bisa melakukannya. Kukendalikan Ash berjalan pelan mengitari Stefan.
"Hentakkan lagi agar Ash mau berlari".
Aku menuruti dan Ash mulai berlari pelan menjauhi Stefan. Ku kendalikan tali kekangnya untuk menyesuaikan arah Ash berlari.
"Jika kau sudah siap, hentakkan kakimu lagi lebih kencang, sedikit berdiri dan bungkukan badanmu untuk menjaga keseimbangan". Ucap Stefan sedikit berteriak karena jarak diantara kami.
Menghela nafas lagi lalu aku akan mencobanya. "Baiklah Ash aku percaya padamu", gumamku pada Ash.
Ku hentakan kakiku lalu Ash berlari sangat kencang, aku sedikit berdiri bertumbuh pada sanggurdi dan membungkukkan badanku.
Kurasakan aliran adrenalin menjalar di seluruh tubuhku. Aku tersenyum merasakan sensasi senang pada diriku. Hembusan angin kencang menerbangkan rambutku kesana kemari, entah sejak kapan ikatan rambutku terlepas tapi itu tidak menghentikan ku untuk terus berlari bersama Ash.
Aku mengendalikan Ash agar kembali ke arah Stefan lalu menarik pelan kekangnya agar dia memelankan langkah kakinya.
"Kau melihatnya Stefan aku sudah bisa".
Kami berhenti tepat dihadapan Stefan. Aku tak hentinya tersenyum lalu melompat turun dan segera memeluk Ash.
"Kau hebat sekali Ash". Aku memeluknya erat.
Stefan hanya tersenyum melihat tingkahku yang kegirangan.
"Kamu mau terus berlatih atau kembali ke rumah?".
"Tentu saja berlatih, aku harus lebih mahir lagi".
Ya, kesempatan ini tidak akan sering terjadi aku harus memanfaatkannya. Aku mulai menaiki Ash lalu segera berlari menembus angin. Kulihat dari kejauhan Stefan bersandar pada batu besar dan terus memperhatikan kami.
Setelah merasa cukup, aku menghampiri Stefan lalu duduk bersandar disebelahnya. Kubiarkan Ash merumput karena dia pasti kelelahan.
"Sudah merasa letih?". Stefan menoleh padaku
"Tidak sama sekali, tapi Ash pasti lelah", aku memang tidak merasa lelah sama sekali.
"Kita kembali sekarang?".
"Apa kau akan ke perbatasan?". Giliran aku yang menoleh.
"Besok pagi aku berangkat".
Kami memutuskan untuk kembali dengan berjalan kaki santai menuju manor house. Aku memandangi Stefan, aku harus bersyukur telah dipertemukan dengannya.
Berkat dia, aku merasa lebih hidup bahkan setelah aku mati dan berubah menjadi vampire.
Satu hari lagi kuhabiskan bersama Stefan dan aku tidak akan pernah melupakannya.
...~...