Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 24
Dengan langkah tegas dan tangan yang terus bertautan, Juna membawa Shafa ke tempat acara di gelar. Shafa hanya bisa mengumpat dalam hati dengan sikapnya barusan. Ia mencoba mencari celah agar bisa kabur dari Juna.
Juna menghentikan langkahnya dan menoleh karena tarikan di pergelangan tangannya. Dengan alis terangkat, Juna menatap tanya pada Shafa yang terlihat lebih canggung dengan senyum yang ia paksakan.
"gue mau ke toilet" Shafa berucap dengan suara mengecil.
Merasa Juna hanya diam saja dengan alis yang menyipit, Shafa melepas pelan genggaman Juna
"udah gak tahan..." cicitnya meyakinkan
"gue tunggu..."
"gak perlu,!!!" Shafa memotong ucapan Juna secepat kilat
"gak bakal lama...janji! Lo duluan aja oke" lanjut Shafa dengan tergesa meninggalkan Juna.
Sesampainya di toilet, Shafa segera masuk ke dalam bilik kosong. ia terduduk di closet dengan kening yang ia ketuk ketuk pada dinding toilet.
"Shafa bego....." umpatnya berkali kali
"gue kenapa sih?" ucapnya dengan nada merengek.
"mau di taro dimana muka gue..?! lagian si Juna kenapa jadi ganteng banget sih, baru gak ketemu bentaran juga.."
Kembali ia pukul keningnya untuk menyadarkan pikirannya yang entah kenapa jadi sedikit mesum
"sadar Shafa sadar..ini bibir juga, kenapa main nyosor aja sih,!!" kali ini bibirnya yang jadi korban dari tamparan tangannya.
Cukup lama Shafa berdiam di toilet, sampai dirasa sudah sedikit bisa menguasai diri, ia keluar dan kembali ke tempat acara.
Dilihatnya Juna bersama Nadia juga orang tua nya sedang bercengkrama dengan keluarga Maya.
Melihat pemandangan itu, perasaan bersalah tambah menjalari hatinya. Kenapa tadi dia tidak ingat dengan status Juna yang akan bertunangan dengan Nadia? Lagipula, dari dulu ia tidak pernah macam macam dengan Juna. kenapa sekarang ia menjadi begini??
Memikirkan itu, membuatnya memutar arah. Ia memilih pergi ke tempat yang tidak terlalu ramai. namun sebelum niatan itu terealisasikan, seperti de javu, ada seseorang yang mencengkram tangannya. Bukan Juna, melainkan David.
"mau kemana?"
"eh..euhh cari makan. Lapar gue..hehehe" jawab Shafa. David kembali menelisik raut wajah Shafa, terdapat beberapa jejak bekas air mata baru. Menghela nafas, dia berjalan mendahului Shafa.
"bareng..gue juga sama lapar" ucap David
"gak sama Maya?"
"lu liat sendiri ayang bebeb gue lagi asyik foto foto bareng kakaknya" tunjuk David dengan dagunya
"kenapa gak ikutan?" tanya Shafa yang sekarang sedang memindai makanan yang terdapat di meja catering.
"laper" jawab David sekenanya. Mereka berjalan ke meja yang kosong dengan membawa beberapa cemilan di tangannya.
"si Juna udah akrab banget kayanya sama tu cewek" ucap David memperhatikan Juna dan Nadia.
"cantik juga" lanjut David melirik sekilas Shafa.
"hmmm" jawab Shafa yang memilih untuk fokus pada makanannya. Ia masih belum bisa menatap Juna.
"rasanya aneh ngeliat Lo gak bareng sama si Juna."
Shafa hanya mengangkat bahu sekilas. David mengangkat tangan, tanda menyapa Juna yang melirik ke arahnya. Tak lama kemudian, Juna dan Nadia mendekat ke meja mereka.
"hai..Shafa" sapa Nadia dengan wajah ceria dengan tangan yang tak lepas dari gandengan Juna.
"hai.." jawab Shafa sebiasa mungkin tanpa menatap Juna sama sekali.
"duduk Jun" David ikut bersuara.
"ini...?" David menggantung ucapannya sembari menatap Nadia
"kenalin Nadia.." jawab Juna, namun matanya terus melirik ke arah Shafa yang berpura pura sibuk dengan makanannya
"gebetan baru?" David berbasa basi
"oh..calon tunangan." jawab Nadia dengan senyum tertahan
"ooohhh...gue David. Temen sekolahnya Juna. Jadi kapan?"
"hm?" Juna menoleh ke arah David
"tunangannya?" lanjut David. Sekilas dia melirik ke arah Shafa yang terdiam tanpa ingin ikut dalam pembicaraan mereka
"rencananya dua Minggu lagi. iya kan Jun?" jawab Nadia menolehkan kepalanya ke arah Juna yang hanya menjawab dengan anggukan
"wah gak nyangka gue bakalan disalip duluan sama si Juna. Ya kan Shafa?" David menyenggol lengan Shafa yang duduknya bersisian dengannya.
"oh..iya. Hehehe.." jawab Shafa terdengar tambah kikuk. Juna menatap lekat Shafa yang sama sekali tidak menatap ke arahnya. David melihat itu, dua sahabat itu terlihat seperti menjaga jarak. Salah, bukan keduanya namun hanya Shafa yang terlihat jelas tidak nyaman.
tak lama Maya ikut bergabung bersama mereka setelah beberapa sesi foto bersama kakak dan keluarganya.
"jadi kalian kuliah bareng?" tanya Maya
"iya..beda jurusan aja. kalian berempat teman dekat waktu sekolah? Seneng banget masih bisa akrab walaupun udah beda jalan." ucap Nadia mencoba mengakrabkan diri dengan teman teman Juna.
"mereka bertiga teman yang teman dekat. Gue cuma temenan sama Shafa, terus jadian sama temennya. Jadi suka ikutan gabung deh.." Maya sedikit menjelaskan
"kok bisa sih kalian Deket? Teman dari kecil?" tanya Nadia pada ketiganya
"gimana Shaf? Diem Mulu Lo...sariawan?" David kembali menyenggol Shafa
"hah? Oh iya..teman dari SD. Ya Jun?" jawab Shafa menatap sekilas Juna namun kembali menoleh ke arah lain ketika Juna ikut menatapnya. David dan Maya yang melihat itu, bertukar tatap curiga dengan tingkah Shafa. Ada yang tidak beres dengan temannya itu. Yakin mereka.
Shafa tiba tiba berdiri, berniat mencari cemilan lain yang lebih manis karena ingin meredakan kecanggungan ya.
"mau kemana?" tanya Juna
"pengen ngambil makanan lagi"
"biar gue aja" jawab Juna sembari berdiri dan berjalan mendahului Shafa
"gue pengen makan.....itu" suara Shafa mengecil di akhir karena Juna yang sudah menjauh tanpa mendengarkan ucapannya.
"oiya sayang, katanya dia mingguan lagi Juna sama Nadia mau tunangan" David bicara pada Maya di sisinya.
"lho..beneran?" tanya nya dengan ekspresi kaget yang tidak bisa di sembunyikan.
"iya...kaget ya? Sama..aku dan Juna juga awalnya kurang setuju sama rencana mendadak ini. Tapi gimana lagi, orang tua kita yang pengen cepet cepet kita tunangan." jawab Nadia menoleh ke sisinya yang sudah terisi oleh Juna kembali.
Juna membawa piring kecil berisi buah buahan yang disiram coklat dan sebuah cup eskrim rasa coklat dan strawberi yang dia geser ke hadapan Shafa.
"makasih" cicit Shafa
Nadia sedikit kecewa melihat itu, karena Juna hanya membawa makanan itu untuk Shafa saja.
"beb aku juga laper..kamu mau makan lagi gak?" ucap Maya
"gak usah deh beb..udah kenyang aku. Lo belum makan juga kan nad? Bareng sama Maya aja.."
"oh..oke. Kamu mau makan apa? Biar aku ambil sekalian." tanya Nadia pada Juna
"nggak usah" ucap Juna.
Pada akhirnya Nadia dan Maya berjalan menjauh untuk mengambil makanan mereka. Tersisa tiga orang di meja itu.
"gak betah gue kalau kayak gini" ucap David tiba tiba
"hm? gua aduin ke Maya ya, kalau Lo gak betah di acara keluarganya" ancam shafa
"Lo berdua yang bikin gue nggak betah"
"kenapa?" Shafa menoleh heran pada David
"Lo..sebelum kesini nangis nangis Bombay. Kalau gue gak nelpon, kayanya bakalan nangis terus kayak bocah ilang." gantian David yang menunjuk ke arah muka Shafa.
"sekarang, gue liat liat tu muka, kenapa ada bekas air mata lagi. Nangis lagi Lo? Kali ini kenapa?" David masih menoleh ke arah Shafa dengan muka serius
"Lo tau Jun?" kali ini David menolehkan kepalanya ke arah Juna.
"gak ada apa apa" Shafa menunduk dengan masih memakan eskrim nya
"ckkkk" David berdecak dengan memutar malas matanya
"beneran gapapa elah. Cuma di interogasi sama Juna, jadi kebawa lagi ni perasaan sedih gue" Shafa mencoba menjelaskan
"alasannya sedih?" David masih bertanya
"privasi"
"gaya Lo privasi..!! nangis nya aja Lo bagi bagi sama kita..!"
Juna tidak ikut bersuara, hanya menatap Shafa dalam diam.
"Lo lagi Jun..kenapa tiba tiba mau tunangan? Tega Lo sama Shafa?"
"lha...apa hubungannya sama gue?" Shafa sedikit terkejut dengan ucapan David
"urusan ortu itu. Gue juga gak nyangka bakalan kayak gini" Juna menjawab dengan sedikit lirih, bergiliran menatap David kemudian Shafa.
"alasannya terjadi perjodohan? bukan apa apa ya..yang gue tahu ortu Lo cukup kritis. Gue kira mereka ngasih kebebasan. Kayak dulu, Lo bisa aja sekolah di sekolah yang lebih elit tapi mereka ngebiarin Lo sekolah di tempat yang tergolong biasa aja buat murid "pintar" kaya Lo."
"entahlah. Mereka cuma ngasih tahu gue buat bisa balas kebaikan ortu Nadia." kembali Juna Shafa
"dengan numbalin perasaan Lo?" ujar David
"sssttt...agak kasar deh kedengerannya..!! Kali aja Juna udah suka sama Nadia" Shafa sedikit menegur David, karena orang tua Juna juga berada di acara tersebut. Takutnya mereka mendengar obrolan ini dan tersinggung dengan ucapan David.
"gue gak suka Nadia." Juna dengan tegas berujar dengan tatapan yang tidak dia alihkan dari Shafa.
"dan Lo gak nolak atau berontak gitu, kalau Lo udah yakin sama perasaan Lo?" ujar David
"gimana lagi..? gue belum punya kuasa. Baru masuk kuliah juga, belum jadi apa apa buat bisa nolak." jawab Juna dengan mengangkat bahu sekilas.
"tapi bisa lah lama kelamaan suka sama tu cewek. Kuliah bareng, kosan juga katanya deketan. Cantik juga. Perasaan bisa timbul karena terbiasa. ya kan Shafa?" David menoleh dengan menaik turunkan alisnya
Juna hanya tersenyum miring dengan gelengan kepala. Memilih untuk mengambil sendok yang di pegang Shafa, kemudian menyuapi mulutnya sendiri dengan es krim Shafa.
"gue minta" ucapnya setelah es krim tersebut masuk ke mulutnya dan sendok yang masih menggantung di mulutnya.
Shafa yang melihatnya menelan ludah, karena tatapannya ke bibir Juna yang sekarang sedikit menggigit sendok.
Tersadar dari lamunannya, Shafa segera mengambil sendok itu kembali dengan sedikit sewot untuk menyembunyikan perasaan aneh yang muncul tiba tiba.
David yang melihatnya hanya menggelengkan kepala, dan berharap Nadia tidak melihat kejadian ini.
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya