Setelah perpisahan itu, Siena memulai hidup baru tanpa mengenang lagi masa lalu. Namun, saat kakinya meninggalkan Limerick, benih Erlan tumbuh di perutnya. Itu anak mereka. Tapi bagi Siena, anak itu hanya miliknya seorang.
Erlan tidak pernah membayangkan Siena akan benar-benar pergi. Erlan hidup dalam bayang-bayang penyesalan yang menyakitkan.
Nicole Ophelia Calliope tahu bahwa jatuh cinta pada Fernando Sagara Caesar adalah kesalahan besar. Pria itu adalah orang yang sangat ia benci selama lebih dari sepuluh tahun. Selain itu, ia tahu bahwa hati Nando adalah milik kakaknya, Siena Ariana Calliope.
Sampai kapanpun ia tidak akan pernah memenangkan hatinya. Nando mencintai kakaknya, selalu. Nicole hanya bisa menyimpan perasaannya sendirian, bahkan saat perjodohan keluarga Caesar dan keluarga Calliope yang baru berdamai mengikat dirinya dan Nando dalam ikatan pernikahan.
***
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan latar itu hanyalah karangan penulis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Nando masuk ke dalam ruang rawat inap Nicole, saat ia datang Nicole sudah sadar dan sedang di temani oleh Rain.
“Biar aku saja, kamu pulanglah ke hotel untuk istirahat.” Ujar Nando kepada adiknya.
Rain melirik kakaknya sekilas, lalu kembali memusatkan perhatian pada Nicole. “Aku disini saja,” jawabnya singkat.
Nando mengangguk dan mengambil posisi duduk di kursi di sebelah kiri ranjang. Nicole menatapnya dengan tatapan bingung. Ia pikir Nando akan peduli, tapi ternyata dia yang dengan sigap mencari dan menyelamatkannya.
'ya, aku tahu itu, dia memang orang yang baik dan justru itu yang membuatku kesulitan.’ Nicole masih menatap Nando, ia terkejut saat pria itu secara sadar memegang lembut tangannya.
Nando tersenyum tipis, matanya yang teduh menatap Nicole penuh kepedulian saat bertanya. “Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa masih ada yang sakit?”
“Aku baik-baik saja,” jawab Nicole,
“Itu kabar baik.” Nando membawa tangan Nicole ke bibirnya, memberikan ciuman penuh kasih di punggung tangannya. Tubuh Nicole seketika menegang, ia tidak terbiasa melihat sisi romantis Nando.
“Aku keluar sebentar, Rain akan menemanimu.” Kata Nando melepaskan tangan Nicole lalu berdiri dan meninggalkan ruangan itu dengan langkah lebar.
'aku harap apa yang baru saja kamu lakukan itu tulus. Bukan karena kamu melihatku sebagai kak Siena, orang yang kamu cintai.’ Nicole mendesah dalam-dalam, matanya tak lepas dari punggung Nando yang semakin jauh, lalu menghilang di balik pintu.
Nicole tidak mau berharap lebih, Nando adalah orang baik dan yang baru saja ia terima hanyalah kepedulian karena ia istrinya. Nicole tahu itu bukan cinta, dan ia merasa ini semakin sulit.
Ia tidak tahu sampai kapan bisa terus berpura-pura membenci, perhatian kecil yang diberikan Nando terkadang hampir membuatnya hilang kendali.
'dia tidak boleh tahu aku mencintainya. Kalau dia tahu… dia akan pergi saat itu juga.’
“Hei,” Rain melambaikan tangannya di depan wajah Nicole. “ Kamu mikirin apa sih?” Tanyanya heran dengan kerutan samar di kening Nicole.
“N-nggak, nggak ada kok.” Bantah Nicole, ia mengalihkan perhatiannya pada Rain.
“oke deh.” Rain tidak bertanya lebih lanjut.
Terjadi keheningan dalam ruangan itu, Rain sibuk dengan ponselnya dan Nicole sibuk dengan pikirannya tentang Nando.
Nicole mengenal Nando sudah cukup lama, dan sudah cukup tahu tentang kehidupannya. Nando yang penuh pesona berhasil membuat Nicole jatuh cinta bertahun-tahun lalu.
Ia sudah mencoba menghapus perasaannya berkali-kali, namun harus diakui bahwa melupakan Nando memang se-sulit itu.
\=\=\=\=
Siena duduk di depan laptop yang masih menyala, ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sekarang ia sedang mencari-cari tempat yang tidak mungkin ditemukan oleh orang-orang dari masa lalunya.
Tempat ini tidak lagi aman, kemungkinan besar Cindy akan melaporkan keberadaannya kepada Erlan atau Nando. Siena tidak bisa membiarkan salah satu dari mereka datang.
Matanya fokus menatap layar laptop, kopinya yang tadi panas sekarang sudah dingin, diletakkan diatas meja sebagai penenang pikiran.
“Mommy, kenapa belum tidur?” Si kecil Kaivan menghampirinya, dia tampak menggemaskan dalam piyama bergambar beruang.
“Hei sayang, mommy belum mengantuk. Kamu kenapa nggak tidur?” Siena mengangkat anaknya dan mendudukkannya di pangkuannya.
“Aku haus,” kata Kaivan melihat ke gelas kopi, “boleh nggak mom, aku minum kopi?” Tanyanya penuh harap. Ia penasaran dengan rasa kopi, tapi mommy melarangnya minum kopi.
“Belum boleh, sayang. Kamu masih kecil,” Kata Siena sambil menahan rasa pusing. Dia sedang duduk di kursi, lalu tiba-tiba merasa seperti dunia berputar di sekelilingnya. Kepalanya terasa berat, seperti sedang berada di dalam sebuah tornado yang tidak terlihat. Ia mencoba untuk memegang sandaran kursi dengan erat, berharap bisa menstabilkan dirinya.
Matanya terasa kabur, dan dia harus berusaha keras untuk fokus pada Kaivan di pangkuannya. Suara-suara di sekitarnya terasa seperti menjadi kabur dan tidak jelas, seperti sedang mendengarkan radio yang tidak terhubung dengan jelas.
Siena merasa seperti akan terjatuh dari kursi, dan tubuhnya secara otomatis menjadi kaku untuk mencari keseimbangan. Ia mencoba untuk mengambil napas dalam-dalam, berharap bahwa pusingnya akan hilang dengan sendirinya. Tetapi rasa pusing itu tetap ada, membuatnya merasa seperti sedang berada di dalam sebuah mimpi yang tidak bisa dikontrol. Ia hanya bisa berharap bahwa rasa pusing itu akan segera hilang, dan ia bisa kembali merasa normal.
“Mommy, mommy, kenapa?” Kaivan mengguncang bahu Siena dengan panik. Pelukan Siena di badannya melemah membuat Kaivan kian cemas. Ia melompat turun, air mata menggenang di pelupuk matanya saat ia berkata. “Mommy tunggu disini ya, bertahan, aku akan panggil Daddy Chloe.”
Wajah Siena pucat dengan dahi yang dipenuhi bulir-bulir keringat, lalu cairan asing kental beraroma logam keluar dari hidung sebelah kirinya.
Kaivan pergi keluar apartemennya dengan panik, ia takut, takut mommynya kenapa-kenapa.
Ding! Dong!
Kaivan menekan bel pintu apartemen Chloe. Ia menundukkan kepalanya sambil berdoa dalam hati, ‘aku nggak mau mommy kenapa-kenapa, aku cuma punya mommy.’
Tak lama kemudian pintu terbuka, Arsen keluar dari dalam dengan rambut basah. Ia baru selesai mandi saat bel pintu berbunyi.
“Kai? Ada apa nak?” Tanya Arsen lembut.
“Mommy sakit,” Kaivan mengangkat kepalanya, saat itulah Arsen melihatnya menangis, Kaivan menangis tanpa suara, dadanya naik turun. “Pa-paman t-tolong mommy,”
“Kamu tunggu sebentar ya, aku mengambil kunci mobil dulu setelah itu kita bawa mommy ke rumah sakit.” Arsen ikutan panik, ia bergegas masuk ke dalam. Memakai jaketnya dengan terburu-buru kemudian menyambar kunci mobil di meja kerja.
Karena Chloe sudah tidur, Arsen meninggalkan sebuah catatan kecil jika sewaktu-waktu Chloe mencarinya.
Kaivan dan Arsen masuk ke dalam ruang kerja Siena. Saat itu Siena sudah setengah sadar, ia menggunakan tangannya untuk mengelap darah yang keluar dari hidungnya.
“Sea!” Arsen mengangkat tubuh Siena yang ringkih dan setengah berlari membawanya ke parkiran apartemen.
...***...
...Like, komen dan vote....
...💗💗💗...
kasihan kaivan 🥲🥲