Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.
Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.
Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.
Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!
Tingkatan kultivasi :
Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang
Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang
Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang
Purification Dao 1-7 Tahapan bintang
Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang
Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang
Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang
Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir
Origin Dao Awal - menengah - akhir
Heavenly Dao
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 29
Langit pagi mulai berwarna kelabu, awan menggantung rendah di atas hutan yang tenang. Di pinggir hutan yang berbatasan dengan jalan setapak sunyi, terdengar suara langkah tergesa dan deru napas yang terengah-engah.
Seorang kakek tua berjubah lusuh berlari sekuat tenaga, wajahnya pucat dan napasnya tersengal. Di tangan kirinya tergenggam erat sepotong slip giok berukir rumit, pelindung terakhir dari sesuatu yang sangat berharga resep Pil Esensi Naga, pil kelas 5 yang keberadaannya sangat berharga di kerajaan Song.
Di belakangnya, lima pria berpakaian seragam hijau dengan lambang daun emas di dada mereka mengejar tanpa ampun. Wajah mereka penuh keyakinan dan keserakahan. Mereka adalah anggota Sekte Seratus Obat, sebuah sekte ternama dalam bidang alkimia dan ramuan, terkenal dengan keserakahannya dalam mengumpulkan formula langka.
“Berhenti, kakek tua! Resep itu milik sekte kami sekarang!” seru salah satu dari mereka sambil mengayunkan teknik gerakan cepat.
Kakek itu, Master Shen, dulunya adalah seorang alkemis kelas 5 yang sangat dihormati. Di dunia ini, tingkatan pil dibagi menjadi 9 tingkat: kelas 1 hingga 9. Pil kelas 5 ke atas termasuk ke dalam kategori tinggi, dan hanya sedikit yang bisa membuatnya. Alkemis kelas 5 adalah sosok yang biasanya disambut seperti bangsawan di berbagai kerajaan, terutama di Kerajaan Song.
Namun tidak dengan Shen. Dao Jiwanya melemah karena usia, dan kini ia tak lagi mampu menstabilkan energi ketika membuat pil tingkat tinggi. Ia memutuskan pensiun dan hidup sederhana. Tapi, siapa sangka, seluruh ilmu yang ia simpan kini membuat nyawanya jadi incaran.
Dua pengawalnya telah terbunuh. Tubuh mereka tergeletak tak jauh dari rerumputan, darah masih hangat membasahi tanah.
Master Shen terjatuh dan terduduk di tanah. Napasnya putus-putus. Kelima pria dari Sekte Seratus Obat itu mendekat perlahan, seperti serigala mengelilingi mangsanya.
Namun tiba-tiba...
Langit di atas mereka seolah meredup. Angin berhenti berhembus. Tekanan tak kasat mata melingkupi area tersebut. Dari dalam hutan, sosok berpakaian hitam pekat dengan rambut panjang tergerai melangkah keluar. Sepasang matanya memancarkan cahaya merah samar yang menusuk. Di balik tatapan itu, hasrat membunuh mendidih pelan.
“Tidak kusangka akan mendapatkan sarapan pagi yang mewah sesaat kakiku melangkah keluar dari hutan,” gumam Acheng, suaranya dingin dan dalam, seolah datang dari dasar jurang terdalam.
Kelima pria itu refleks mundur selangkah. Salah satu dari mereka berseru, “Siapa kau!? Ini urusan Sekte Seratus Ob—”
ZRAKK!
Sebuah bilah energi kegelapan berbentuk sabit meluncur dari jari Acheng. Suara tulang patah dan darah menyembur keras ketika pria itu terbelah dari bahu ke pinggang. Tubuhnya tak sempat menyentuh tanah, sudah berubah menjadi debu hitam lalu menghilang, hanya menyisakan suara daging yang terkoyak yang menggemakan keheningan.
"Satu," bisik Acheng.
Empat lainnya langsung mengaktifkan teknik masing-masing. Aura dari ranah Dao Purification Bintang 1 mereka melonjak, energi dao berwarna hijau terpancar dari tubuh mereka, lalu jurus elemen kayu dan racun mulai menari di udara.
Tapi bagi Acheng, itu semua hanya tarian anak kecil.
Dengan satu lompatan ringan, tubuhnya menghilang, lalu muncul di belakang dua dari mereka.
KRAK!
Leher salah satu pria itu langsung patah dihantam lutut Acheng, sementara yang lain terkoyak oleh belati Dewa Bintang yang tiba-tiba muncul di tangan Acheng.
"Tiga," lanjut Acheng, darah mengalir dari dagunya, bercampur udara dingin di pagi hari.
Dua orang yang tersisa kini di landa kepanikan dan nampak jelas raut wajah ketakutan seperti sedang melihat sesosok "Monster".
“M-monster…! Dia bukan lawan yang bisa kita kalahkan! Lariii—!”
Namun sebelum sempat bergerak, Bendera Kekacauan Jiwa muncul melayang di belakang Acheng, mengeluarkan aura berputar dengan Rune-rune kuno ungu gelap bercahaya.
Dalam sekejap, sebuah gelombang energi melesat ke arah dua orang yang mencoba melarikan diri dan membunuh mereka dalam sekejap.
Tubuh para pria itu rubuh tanpa nyawa, mata mereka terbuka lebar dalam teror abadi.
Acheng langsung menyedot kelima jiwa orang yang baru saja dia bunuh ke dalam Bendera Kekacauan Jiwa. "Hahaha... Bagus, bagus sekali. Dengan begini aku akan mendapatkan rasa jiwa yang lebih enak dari yang kemarin." ucap Acheng dengan senyuman tipis yang tersinggung di wajahnya.
Master Shen hanya bisa terpaku menyaksikan semuanya. Tangannya gemetar, tubuhnya tak mampu berdiri. Pria berpakaian hitam itu, siapa dia sebenarnya?
Udara masih pekat oleh bau darah. Kelima mayat dari pria Sekte Seratus Obat tergeletak membisu, tak satu pun dari mereka mampu melawan takdir setelah berhadapan dengan Mang Acheng.
Bendera Kekacauan Jiwa masih melayang di udara, bergetar pelan, seakan baru saja menikmati santapan segar dari kelima jiwa itu. Aura hitam pekat berputar pelan mengelilingi Acheng, tubuhnya berdiri tegap, rambutnya tertiup angin, dan cahaya merah di matanya berkilau seperti bara api neraka masih bersinar dingin.
Namun kini, hanya tersisa satu sosok yang berdiri terpaku di hadapannya Master Shen, kakek tua yang nyaris saja menjadi korban keserakahan sekte tamak itu.
Acheng memutar lehernya perlahan, matanya menatap lurus ke arah Master Shen.
Tatapan itu dingin. Membunuh. Tajam. Aura membunuh belum juga sirna dari tubuhnya, membuat Master Shen bergetar ketakutan meski tak ada niat permusuhan.
Namun Acheng hanya berdiri diam, sejenak menilai…
“Tingkat Kultivasinya rendah… tidak punya kekuatan berarti. Jiwanya pun lemah... Tidak layak diserap.”
Setelah menilai itu, aura pembunuh yang melingkupi tubuh Acheng mulai mereda perlahan, walau hawa dingin masih tertinggal di sekitar tempat mereka berdiri.
Tangan Master Shen gemetar saat ia melangkah perlahan mendekat. Ia menunduk dalam-dalam, bahkan hampir berlutut.
“Tuan muda… saya tidak tahu siapa Anda… tapi Anda telah menyelamatkan hidup saya. Saya… sangat berterima kasih… dari lubuk hati saya yang paling dalam.”
Suara kakek tua itu bergetar, penuh rasa syukur yang tak bisa diungkapkan dengan kata.
Namun, jawaban yang keluar dari mulut Acheng hanyalah suara datar, seolah dingin tanpa rasa.
“Aku tidak berniat menyelamatkanmu, pak tua.”
“Aku membunuh mereka karena urusanku sendiri. Kau hanya beruntung karena terlalu lemah untuk di bunuh.”
Suasana menjadi hening. Namun alih-alih kecewa, Master Shen malah tersenyum kecil. Ada ketulusan dan penerimaan dalam matanya.
Ia menggenggam sesuatu dari cincin penyimpanannya, lalu menarik sebuah kotak kecil berukir lambang kuno. Perlahan ia membukanya.
“Saya tahu ini tak seberapa bagi orang sekuat Anda, tapi… tolong terimalah ini sebagai bentuk terima kasih saya. Di dalamnya ada… satu butir Pil Esensi Naga.”
Begitu kotak itu terbuka, aroma herbal yang kuat dan tajam langsung menguar ke udara, memenuhi ruang dengan wangi yang membangkitkan energi spiritual.
Di dalam kotak itu, sebutir pil berwarna ungu gelap berkilau dengan urat-urat cahaya emas samar. Pil itu memancarkan aura yang hangat, mendalam, dan murni.
Pil Esensi Naga — Pil kelas 5 langka yang mampu memperkuat aliran darah dan mempercepat sirkulasi energi Dao di dalam tubuh. Bagi seorang kultivator, pil ini bisa mempercepat proses pemurnian energi dan memperkuat daya tahan tubuh.
Acheng sempat menolak dengan ekspresi datar.
“Aku tidak membutuhkan balasan…”
Namun Master Shen tetap memaksa, bahkan menggenggam kotak itu dengan kedua tangan, lalu mendorongnya ke arah Acheng dengan kepala tertunduk rendah.
“Jika tidak menerimanya, saya takkan merasa tenang…”
Acheng menatapnya lama… lalu dengan gerakan pelan, ia mengambil kotak itu dan menyimpannya ke dalam cincin penyimpanannya.
“Hmph... lakukan apa pun yang kau mau.”
Nada suaranya tetap dingin, namun samar-samar ada rasa hormat dalam matanya.
Master Shen tersenyum lagi. Ia menunduk sekali lagi dan melangkah mundur.
“Kalau begitu, saya pamit dulu, Tuan Muda…”
Kakek tua itu pun berjalan pergi, perlahan, tubuhnya agak membungkuk, namun langkahnya terasa ringan seakan beban hidupnya hari ini telah diangkat oleh keberadaan seorang iblis berwujud manusia.
Acheng masih berdiri di tempat, menatap matahari yang mulai meninggi. Aroma darah di sekitar masih pekat, namun di tangannya kini ada sebutir pil yang bisa memperkuat kekuatan yang sudah mengerikan itu.
“Pil kelas lima…”
“Tak kusangka akan mendapatkan pil seperti ini dengan mudah.”
Acheng pun melangkah pergi meninggalkan tempat itu dengan membawa beberapa sumber daya yang sangat berharga.
JANDA LEMAH lagi,klo JANDA tingkat kultivasi nya sangat tinggi melebihi tingkatan dunia ini mungkin masih bisa di terima.