Riris Ayumi Putri seorang gadis yang haus akan kasih sayang dan cinta dari keluarganya. Dan sialnya ia malah jatuh cinta pada kakak temannya sendiri yang umurnya terpaut jauh dengannya. Bukanya balasan cinta, justru malah luka yang selalu ia dapat.
Alkantara Adinata, malah mencintai wanita lain dan akan menikah. Ketika Riris ingin menyerah mengejarnya tiba-tiba Aira, adik dari Alkan menyuruhnya untuk menjadi pengantin pengganti kakaknya karena suatu hal. Riris pun akhirnya menikah dengan pria yang di cintainya dengan terpaksa. Ia pikir pernikahannya akan membawa kebahagiaan dengan saling mencintai. Nyatanya malah luka yang kembali ia dapat.
Orang selalu bilang cinta itu membuat bahagia. Namun, mengapa ia tidak bisa merasakannya? Apa sebenarnya cinta itu? Apakah cinta memiliki bentuk, aroma, atau warna? Ataukah cinta hanya perasaan yang sulit di jelaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Hari-hari kian berlalu, tak terasa usia kandungan Riris sudah menginjak tujuh bulan. Hari ini mereka sedang mengadakan syukuran tujuh bulanan. Atas keinginan Alkan, acara di lakukan malam hari dengan lumayan megah. Sebenarnya Riris memintanya untuk acara kecil kecilan saja. Namun, suaminya itu kekeh ingin mengadakan acara megah sebagai ganti pernikahan mereka yang dilakukan karena terpaksa itu.
Selama ini Alkan memperlakukan istrinya dengan sangat baik. Ia terus berusaha untuk membahagiakannya. Alkan ingin menjadi suami dan calon ayah yang baik, yang bisa membawa mereka ke jalan yang benar.
Kini acara adat tujuh bulanan dan pengajian telah usai. Semua orang berniat untuk bubar. Namun, tiba-tiba lampu mati, membuat suasana menjadi ricuh.
"Mas ..." panggil Riris takut sambil meraba-raba mencari keberadaan suaminya yang tiba-tiba menghilang.
"Tenang sayang, ada ibu di sini," ucap ibu mertuanya mencoba menenangkan.
Saat ini Riris masih berada di atas panggung di temani Aira dan mertuanya. Mereka baru saja menyampaikan acara penutupan.
"Setiap manusia punya rasa cinta
Yang mesti dijaga kesuciannya
Namun ada kala insan tak berdaya
Saat dusta mampir bertakhta."
Tiba-tiba terdengar suara seseorang bernyanyi dengan di iringi musik. Lampu kembali menyala, terlihat Alkan sedang bernyanyi dengan membawa sebuah buket yang ia sembunyikan di belakang. Lelaki itu mulai berjalan sangat pelan menghampiri istrinya, senyuman terus mengembang melihat wanita yang di cintanya terdiam membeku dengan mata berbinar.
"Kuinginkan dia yang punya setia
Dan mampu menjaga kemurniaannya
Saat ku tak ada ku jauh darinya
Amanah pun jadi penjaganya
Hatimu tempat berlindungku
Dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu
Dijadikan engkau istriku
Engkau lah bidadari surgaku
Tiada yang memahami s'gala kekuranganku
Kecuali kamu, bidadariku
Maafkanlah aku dengan kebodohanku
Yang tak bisa membimbing dirimu
Hatimu tempat berlindungku
Dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu
Dijadikan engkau istriku
Hatimu tempat berlindungku
Dari kejahatan syahwatku
Tuhanku merestui itu
Dijadikan engkau istriku
Engkau lah bidadari surgaku."
Tepat sekali Alkan berada di hadapan istrinya. Ia berjongkok sambil memberikan sebuah buket bunga mawar merah yang di sembunyikannya tadi.
"Bidadari surgaku ...."
Alkan mulai berdiri dari posisinya. Dan istrinya langsung berhambur memeluknya sambil terisak pelan. Riris terharu, wedding impiannya dari dulu di nyanyikan lagu 'bidadari surga' oleh suaminya. Walaupun itu tak tercapai, tapi ia sangat senang suaminya bisa menyanyikan itu di depan banyak orang.
Alkan mengelus kepala istrinya dengan sangat lembut. Senyuman manis terus mengembang di sudut bibirnya. Memang ia tahu keinginan istrinya karena tak sengaja melihat buku diary nya.
Alkan mengkode pada adiknya yang sedang berdiri di belakang istrinya. Seakan menyuruhnya untuk melakukan sekarang. Aira yang mengerti hanya mengangguk.
"Happy birthday to you ... Happy birthday to you ..." semua orang mulai bernyanyi sambil bertepuk tangan.
Riris melepaskan pelukannya dan menatap sekelilingnya dengan mata kembali berkaca-kaca. Terlihat Aira yang berdiri di hadapannya dengan memegang sebuah bolu.
Pertama kalinya ulang tahunnya di rayakan oleh banyak orang. Sebelumnya Riris tidak pernah merasakan itu, bahkan sekedar ucapan selamat aja tidak ada. Orang tuanya tidak pernah ingat hari ulang tahunnya. Bahkan dirinya sendiri sampai lupa jika hari ini ulang tahunnya yang ke 19. Orang selalu bilang ulang tahun itu hari paling spesial, tapi tidak bagi Riris. Makanya ia tidak pernah mengingat hari lahirnya, karena ia pasti akan sedih saat ingat hari itu.
Riris memeluk Aira dan kedua mertuanya sambil menangis bahagia. Ia sangat senang, tidak beruntung dalam keluarga akhirnya bisa mendapatkan adik ipar dan mertua yang sangat menyayanginya. Tak lupa juga dengan suami yang baik dan sangat menyayanginya. Tapi, Riris masih berharap bisa merasakan kasih sayang dari orang tua kandungnya juga.
"Happy birthday, Riris!"
"Makasih semuanya," ucapnya dengan mata kembali berkaca-kaca, tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
"Happy birthday, sayang," ucap Alkan sambil mengusap air mata istrinya.
"Makasih, makasih sudah memberikan semua yang tidak pernah aku rasakan. Aku sangat bahagia, Mas," ucapnya kembali memeluk suaminya.
"Sama-sama, sayang. Mas senang melihat kamu bahagia. Mas janji akan terus berusaha untuk membahagiakan kamu dan anak-anak kita," Alkan mengecup kening istrinya dengan tulus.
"Oh iya Mas masih punya kejutan buat kamu," ujarnya yang membuat Riris mengerutkan keningnya penasaran.
Melihat istrinya yang terlihat sangat penasaran, Alkan hanya terkekeh sambil mencubit pipinya pelan. Lalu ia menoleh kebelakang sambil berdehem pelan.
"Ehem!"
Terlihat sepasang suami-istri paruh baya berjalan menghampiri mereka dengan membawa sebuah buket bunga dan juga sebuah boneka.
"Mama, Papa?" saking kagetnya Riris hampir terhuyung ke belakang.
Untung saja Alkan siaga menangkapnya. Riris masih memperhatikan mereka dengan perasaan campur aduk. Dan tepat sekali kedua orang tuanya berdiri di hadapannya.
"Happy birthday, sayang."
Riris kembali meneteskan air matanya, ia menatap suaminya dengan sendu.
"Mas, i-ini bukan mimpi kan?" tanyanya dengan lirih.
"Bukan sayang, ini nyata. Mas pernah berjanji untuk mempersatukan kalian. Dan sekarang Mas sudah berhasil meluluhkan hati mereka," Riris benar-benar terharu suaminya beneran melakukan semua itu.
Memang belakangan ini Alkan selalu menemui mertuanya karena tidak tega melihat istrinya terus sedih merindukan mereka. Alkan terus berusaha meluluhkan hati mereka. Berbagai cara ia lakukan agar istrinya bahagia.
"Boleh Mama peluk?" tanya wanita paruh baya di hadapannya.
Sontak Riris langsung menoleh dan berhambur memeluknya. Riris memeluk kedua orang tuanya sangat erat. Dari dulu ini yang selalu ia inginkan, hal sekecil ini saja Riris baru merasakannya sekarang.
"Maaf, maafin Mama sama Papa, sayang."
Rasanya seperti mimpi, Riris sangat nyaman berada di pelukan mereka. Hangat, pelukan hangat yang selalu ia impikan akhirnya terwujud.
'Dengan begini bisa lebih mudah melakukan semuanya.'
'Maaf, nyatanya sampai sekarang belum bisa menerima takdir. Rasa benci itu masih melekat.'
