NovelToon NovelToon
Dosenku Ternyata Menyukaiku

Dosenku Ternyata Menyukaiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dosen / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Luckygurl_

Camelia Sasongko punya segalanya, rumah megah, dan hidup yang tampak sempurna di mata siapa pun. Tapi di balik gemerlap itu, ia menyimpan kesepian yang tak bisa dibeli dengan apa pun.

Hingga sebuah pertemuan lewat aplikasi dating menghadirkan sosok asing yang perlahan memberi warna dalam hidupnya. Lelaki itu hadir tanpa nama besar, tanpa latar belakang yang jelas, tapi bisa membuat Camelia merasa, di anggap.

Tanpa ia tahu, ada seseorang yang telah lebih dulu menaruh perhatian, Girisena Pramudito, dosen muda yang dikenal perfeksionis dan karismatik. Dalam diam, ia menyimpan rasa, menyaksikan Camelia dari jauh, dan tak pernah punya keberanian untuk mendekat.

Saat dua dunia mulai bersinggungan, yang nyata dan yang hanya lewat layar, Camelia harus memilih, pada siapa hatinya benar-benar ingin bersandar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Luckygurl_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rintik Hujan

Camelia Sasongko, gadis berusia dua puluh dua tahun yang sedang menempuh studi di Fakultas Seni Rupa dan Desain dengan jurusan Fashion Design, Universitas Avanya, kampus elite yang dikenal melahirkan desainer-desainer muda bertalenta.

Ia gadis tenang yang lebih suka menyendiri dan membaca adalah kesenangannya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Bukan hanya untuk menambah weawasan, tapi juga menjadi pelarian dari hal-hal yang membuatnya lara.

Rasanya, tenggelam dalam dunia kata membuat Camelia benar-benar lupa bahwa ia hidup dalam kenyataan. Jika saja bisa, Camelia ingin bertukar nasib. Ia tidak ingin hidup di tengah keluarganya sendiri.

Meski hidup bergelimang harta, kebahagiaan tidak pernah benar-benar hadir, ia merasa sendirian. Meski kedua orang tuanya lengkap, kehangatan sebuah keluarga tidak pernah ia rasakan.

Cukup menyedihkan, memang, bagi seorang Camelia Sasongko. Tapi, ia tetap memilih menjalani hidup walau dalam kesendirian.

Langit mendung menggantung rendah. Tak biasanya, tapi hari ini Camelia cukup senang. Sebab, angin sepoi-sepoi menyapa kulitnya, membawa sejumput kenyamanan yang jarang ia rasakan.

Ah, sialan.

Rintik hujan mulai jatuh satu per satu. Anehnya, Camelia menyukainya. Ia buru-buru menutup bukunya, memasukkannya ke dalam tas, lalu berlari ke gazebo taman fakultas.

Bukan untuk berteduh, tapi demi menyelamatkan buku-buku yang ada di dalam tas. Setelah itu, ia kembali berlari ke bangku taman, duduk dan memejamkan mata, membiarkan rintik hujan menyapanya yang kini kuyup.

Beberapa orang memandang heran. Seorang gadis duduk diam di bawah hujan, seolah dunia lain sedang ia peluk. Tapi Camelia menikmatinya. Bagi orang lain, itu aneh. Bagi Camelia, ini cara ia merasa hidup.

Tak jauh dari sana, seorang pria baru saja keluar dari ruangannya. Langkahnya hendak menuju kelas. Akan tetapi pandangannya terhenti saat melihat sosok gadis yang diam-diam sudah lama ia perhatikan.

"Selamat siang, Pak Sena." sapa salah seorang mahasiswa yang lewat, menyadarkannya dari lamunan. Ia menoleh, membalas dengan senyum tipis.

Girisena Pramudito.

Dosen muda berusia tiga puluh tahun. Idola kampus, tingginya sekitar 185 sentimeter, berwajah tampan, berambut hitam tersisir rapi, berkacamata, dan bertubuh atletis, yang membuatnya lebih sering jadi bahan bisik-bisik di lorong kampus daripada topik diskusi di ruang kuliah.

Sena tersenyum kecil. Setelah itu, ia kembali melangkah, masuk ke dalam kelas untuk mengajar.

Rasanya, cukup pengecut memang, jika Sena harus mengakui bahwa ia menyukai Camelia. Bukan karena gadis itu tidak pantas, tidak sama sekali. Camelia justru terlalu indah untuk sekadar disukai dalam diam.

Namun ini soal moral, soal batas-batas yang tidak tertulis tapi selalu membayangi pikirannya sebagai seorang dosen. Ia tahu, jika perasaannya terbuka, banyak mata akan menatapnya dengan pandangan sinis. Menjalin kasih dengan mahasiswanya sendiri? Dunia akademik tidak akan menerimanya dengan lapang. Bisa-bisa namanya tercoreng, bahkan kehilangan pekerjaannya dan Camelia? Ia tidak ingin gadis itu ikut terseret dalam kerumitan yang tidak layak ia tanggung.

Tapi entahlah, perasaan bukan sesuatu yang bisa ditekan begitu saja. Ada bagian dalam dirinya yang berharap, mungkin suatu hari nanti, ia bisa memperjuangkan cinta ini. Bukan sebagai dosen dan mahasiswa, tapi sebagai dua orang yang sama-sama kesepian dan sedang mencari arah.

Sebab, jika ada satu hal yang pasti dalam diri Girisena Pramudito, ia adalah laki-laki yang gigih dan untuk seseorang seperti Camelia Sasongko, barangkali ia akan bersedia berjuang lebih dari biasanya.

Sementara itu, cukup sudah bagi Camelia menyegarkan pikirannya bersama rintik hujan. Setelah beberapa saat terdiam dan menikmati langit yang kelabu, ia pun kembali ke gazebo untuk mengambil tasnya, lalu bersiap pulang.

Andai bisa memilih, dan andai boleh, Camelia lebih memilih hidup sendirian. Tak mengapa tanpa harta orang tuanya, tanpa fasilitas mewah yang selama ini mengelilinginya. Ia tahu dirinya mampu menjalani hidup sendiri. Bukan karena ia benci kemewahan, tapi karena semuanya terasa begitu kosong.

Berlapiskan kenyamanan, tapi hampa dari kasih sayang.

Kadang, ia hanya ingin pergi jauh. Menepi dari segala kemewahan yang dipaksakan padanya sejak kecil. Hidup sederhana, tenang, dan menjadi dirinya sendiri itu saja sudah cukup.

Camelia hanya ingin hidup dengan cara yang membuatnya merasa berarti. Bukan sebagai anak orang kaya, bukan pula sebagai gadis pendiam yang selalu tampak kuat di luar, tapi rapuh di dalam. Ia ingin dianggap sebagai pribadi yang utuh yang memiliki nilai, bahkan tanpa nama keluarganya.

Setidaknya, dengan begitu ia punya alasan untuk tetap bertahan.

......................

Mobil yang dikendarai oleh sopir akhirnya berhenti tepat di depan sebuah rumah mewah berwarna putih bersih. Kedatangan sang nona rumah langsung disambut hangat oleh beberapa maid, yang dengan sigap berbaris di sisi kanan dan kiri pintu utama. Mereka bersiap jika sang nona ingin menyerahkan barang bawaannya atau membutuhkan sesuatu.

Hal seperti ini sudah menjadi kebiasaan sejak Camelia masih kecil. Padahal, Camelia tidak benar-benar membutuhkan semua itu. Ia masih bisa melakukan hal-hal sederhana sendiri.

Kecuali memasak.

Sesampainya di kamar, Camelia langsung menuju kamar mandi. Ia melepas pakaian yang menempel di tubuhnya dan segera berendam dalam bathtub.

Hangat dan nyaman. Saat seluruh tubuhnya tenggelam dalam air hangat, ia bisa bernafas sedikit lebih lega. Setidaknya, ia masih punya beberapa jam untuk menikmati kesunyian sebelum kedua orang tuanya pulang dari pekerjaan. Sebab, begitu mereka tiba, keheningan ini akan lenyap, berganti dengan formalitas dan canggung yang melelahkan.

Ting!

Suara notifikasi membuat Camelia membuka matanya. Dengan malas, ia menoleh ke arah wastafel.

“Siapa, sih?! Ganggu aja!” gumamnya seraya bangkit dan mengambil ponsel yang tadi ia letakkan di sana.

From: +62577 - Gray, pria jenaka yang kau bilang. Dari aplikasi Love.

Camelia terkekeh. Oh, benar. Ia baru teringat, semalam ia iseng mengunduh aplikasi dating dan tak sengaja bertemu dengan seseorang bernama Gray.

Miris dan sedikit memalukan, sebenarnya. Apa gunanya Camelia, cantik, pintar, karismatik, mempesona, dan juga berasal dari keluarga kaya, jika untuk mencari pasangan saja ia harus mengandalkan aplikasi?

Tapi, siapa bilang harus cari pasangan? Toh, malam itu ia cuma ingin teman bicara, hanya itu.

To: +62577 - Hai, Malika di sini. Kedelai hitam yang dirawat sepenuh hati seperti anak sendiri.

Camelia tersenyum geli, sebab balasannya cukup jenaka. Ya, karena saat menggunakan aplikasi itu, ia tidak memakai nama asli. Nama samaran, Malika dan foto profilnya pun bukan foto diri sendiri, melainkan potret artis luar negeri, Bella Hadid.

Tak berapa lama, Camelia terkejut ketika notifikasi baru muncul di layar.

Panggilan video dari +62577 - Gray.

Refleks, Camelia langsung menolaknya. Matanya membelalak. Astaga, kenapa tiba-tiba video call? Beberapa detik kemudian, pesan baru masuk.

From: +62577 - Kenapa? Nggak mau lihat wajahku?

Camelia mendecak pelan sambil tersenyum. Tangannya lalu mengambil ponsel, mengetik beberapa saat, kemudian mengirimkan sesuatu.

To: +62577 - [IMG_6789.jpg]

Tidak sampai satu menit, balasan datang.

From: +62577 - Astaga! Kamu lagi mandi?! Dan bagaimana bisa kamu berani sekali kirim foto seperti itu?!

Camelia, yang kini bersandar di pinggir wastafel, mengernyitkan dahi. Ia menatap layar dengan alis terangkat. "Apa yang aneh? Hanya foto kaki, kan?" pikirnya sambil menghela napas ringan.

Ya mungkin memang sedikit aneh. Karena jelas, foto itu cukup seksi. Sebuah potret kaki jenjangnya yang basah, lengkap dengan cat kuku merah menyala dan kulit sawo matangnya yang halus mengkilap karena air. Tak heran jika seorang pria seperti Gray bisa melotot melihatnya.

To: +62577 - Dengan begitu, kamu tahu alasannya kenapa aku menolak panggilanmu, Gray. Aku mandi dulu, ya. Kamu juga jangan lupa mandi.

Ponsel ia letakkan kembali di atas wastafel. Camelia pun perlahan kembali masuk ke dalam bathtub, menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata.

Mengenal Gray, entah mengapa terasa menyenangkan. Baru sebatas percakapan singkat, tapi bisa membuatnya tersenyum begitu lega. Ada kehangatan yang ia temukan, meski hanya lewat layar, dan dengan nama palsu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!