Bagaimana jadinya seorang anak pelakor harus tinggal bersama dengan ibu tiri yang merupakan istri pertama dari ayahnya.
Alma selalu mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan baik dalam fisik maupun mental, sedari kecil anak itu hidup di bawah tekanan dari ibu tirinya.
Akan tetapi Alma yang sudah remaja mulai memahami perbuatan ibu tirinya itu, mungkin dengan cara ini dia bisa puas melampiaskan kekesalannya terhadap ibunya yang sudah meninggal sedari Alma berusia 4 tahu.
Akankah Alma bisa meluluhkan dan menyadarkan hati ibu tirinya itu??
temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Bukti Ke Polisi
Suasana sedih mulai meliputi hati Alma, sebagai seorang ibu dan istri, dia tidak bisa terus menerus terpuruk dalam kesedihan. tangannya mulai memeluk tubuh kecil itu yang sedang menangis puluh.
"Sayang, sabar ya, Mama punya bukti-bukti untuk membebaskan Papa, mulai sekarang Zaidan tenang dulu ya Nak," ucap Alma sambil menepuk pelan punggung anaknya.
Langkah Alma terasa berat, untuk membawa Zaidan masuk ke dalam kamarnya, hatinya terasa sesak akan tetapi dihadapan bocah kecil itu ia di tuntut untuk menjadi kuat.
"Mama ... Zaidan gak mau di tinggal Papa, Papa bukan penjahat Mama," ucap Anak itu.
"Iya Sayang, Papa bukan penjahat, dia hanya membela diri, terhadap seseorang yang berusaha jahat kepada keluarganya," ucap Alma.
Alma mulai menidurkan anak sambungnya itu diatas ranjang, lalu mulai melapisi selimut tebal menghangatkan si tubuh kecil itu.
"Malam ini kita berdoa ya, semoga Papa segera bebas," ucap Alma yang diangguki olah Zaidan.
Setelah melakukan doa bersama Alma pun mulai membacakan dongeng untuk Zaidan hingga tertidur seperti ini, sementara itu Alma tidak tinggal diam, tangannya mulai menelpon Aldi, untuk menemaninya besok di kantor polisi menyerahkan sebuah bukti-bukti yang mungkin bisa meringankan suaminya.
"Baiklah Nona, besok pasti kita bisa memberi sebuah bukti yang cukup valid ke kantor polisi," ucap Aldi dari arah seberang sana.
"Iya, Kak Aldi, semoga saja kita bisa segera membongkar kedok Karina," sahut Alma, lalu telepon mulai di matikan.
☘️☘️☘️☘️☘️
Keesokan harinya mentari pagi mulai menyapa kehidupan Alma yang dipenuhi dengan kesibukan hari ini, wanita muda itu sudah mulai menyiapkan dieu untuk ke kantor polisi setelah selesai mengantar anaknya ke sekolah tadi.
Pukul delapan, Alma sudah mulai menyiapkan diri, berdandan dengan mengenakan pakaian yang cukup modis dengan sedikit riasan di wajahnya, yang menunjukkan kalau hari ini dia kuat, dan tidak akan bisa untuk ditindas lagi.
Langkah kakinya cukup tegas dengan suara hentakan kaki yang menggema, pandangannya lurus ke depan, Hadi ini ia akan membongkar sebuah keadilan untuk suaminya, meskipun si dalam kasus ini suaminya terlibat, akan tetapi tidak sepenuhnya kesalahan berada di tangan suaminya, sebagai seorang istri dia berhak membela dengan bukti yang cukup kuat.
"Nona, ayo kita berangkat sekarang," ajak Aldi yang sedari tadi sudah menunggunya di ruang tamu.
"Ayo, Kak," sahut Alma singkat.
Langkah kaki mereka sudah mulai meninggalkan rumah, saat ini keduanya sudah masuk ke dalam mobil untuk mendatangi kantor polisi.
Di dalam perjalanan Alma mulai duduk dan menyandarkan kepalanya di jok belakang, matanya menatap langit cerah di siang ini, seolah ikut mendukungnya dalam mengambil keputusan yang menurutnya sangat tepat sekali.
"Aku siap mendukungmu Mas, apapun itu, tunggu ke datanganku," ucap Alma dengan penuh keyakinan.
Sejenak mobil mulai sampai di depan kantor polisi. Alma segera turun dari mobil, langkah tegasnya mulai berjalan lalu berhenti di meja resepsionis dimana dirinya di sambut dengan senyum hangat oleh petugas kepolisian.
"Selamat siang Bu, ada yang ingin kita bantu," ucap polisi itu terdengar tegas dan ramah.
"Saya, ingin bertemu dengan suami saya yang sedang ada di dalam Pak," sahut Alma.
"Siapa nama suami Ibu?" tanya petugas itu.
"Ameer Adams Pak," sahut Anika.
"Baiklah anda lurus saja, Tuan Adams sekarang ada di ruang penyidik," sahut Petugas itu sambil mengarahkan Alma.
Langkah Alma terlihat berat, dadanya bergemuruh hebat ketika ia mulai melewati koridor utama untuk memasuki ruangan penyidik.
Alma dan Aldi mulai mengetuk pintu tersebut, dan tidak lama kemudian petugas membukakan pintu lalu mempersilahkan mereka berdua untuk masuk, Ameer melihat ke arah belakang, ia terkejut dengan kedatangan istri dan juga asistennya itu.
"Kalian ...," ucap Ameer menggantung.
"Iya Mas, aku di sini untuk kamu," sahut Anika.
"Baiklah Tuan Adams kali ini penyidikan akan di mulai," ucap polisi tersebut.
Ameer hanya terdiam pasrah, tapi ia punya kekuatan untuk membela diri, karena memang kejadian ini terjadi karena ulah pelapor duluan yang mengusik ketenangannya.
"Tunggu ....," cegah Alma.
"Kenapa?" tanya polisi itu.
"Ini," ucap Alma tanpa banyak bicara akan tetapi dirinya menyodorkan sebuah benda berukuran kecil.
Polisi segera mengambil flashdisk dari tangan Alma lalu mulai menancapkan benda kecil itu ke port USB yang berada di sisi belakang laptop kemudian. Suasana di ruang penyidik berubah senyap. Hanya suara berdetak jam dinding yang terdengar samar saat video dari flashdisk diputar. Gambaran Karina yang selama ini dikenal lembut dan terhormat, kini terlihat jelas menjerit penuh kemarahan. Tangan Karina mendarat kasar di pipi Alma, Ia melempar vas bunga, menghina, bahkan tubuh Alma beberapa kali di siksa oleh beberapa komplotannya dengan mata yang tertutup.
Kesakitan Alma tidak berakhir sampai di situ saja, Setelah kejadian itu tubuh wanita itu mulai di seret ke sebuah kamar. yang di situ sudah ada seorang pemuda yang siap untuk melecehkan Alma, di dalam video ini terekam jelas bagaimana mereka memperlakukan Alma dengan cukup kejam dan tidak berkemanusiaan.
Ameer memejamkan mata. Ia tak tahan melihatnya kejadian itu kembali. Namun, Alma justru berdiri tegak di sisi penyidik.
“Saya tahu suami saya bersalah karena pernah membalas. Tapi saya mohon, jangan lihat kasus ini setengah-setengah. Ameer melakukan itu karena mereka yang mulai duluan, suami mana yang tinggal diam jika istrinya di siksa bahkan nyaris di lecehkan oleh komplotan Karina," jelas Alma
Penyidik menarik napas, sebentar, ia begitu terkejut melihat semua bukti yang ada dihadapan matanya, bahkan luka di wajah perempuan itu masih terlihat begitu jelas.
“Kami butuh waktu untuk pelajari bukti ini. Berdasarkan prosedur, kami bisa menunda penahanan hingga klarifikasi semua pihak, termasuk memanggil Karina untuk dimintai keterangan. Tindakan Ibu sangat membantu," ucap Polisi itu.
"Makasih banyak sudah mendengar kami dan tidak berat sebelah dalam menangani kasus ini," sahut Alma.
Setelah penyidik keluar, Ameer menatap istrinya. Dengan penuh kehangatan, ia tidak pernah menyangka kalau istrinya yang lema lembut diam-diam mengumpulkan sebuah bukti untuk menolongnya dalam situasi yang seperti ini, bahkan ia mengira bisa menangani sendiri kasus ini, ternyata tangan istrinya begitu cepat untuk membuka mata penyidik.
“Sayang ... Terima kasih untuk semua, aku benar-benar tidak menyangka dengan kecerdikan kamu," ucap Ameer sedikit tersenyum.
Alma tidak langsung menjawab. Ia menarik kursi dan duduk di depannya.
“Aku tidak sedang membela... Aku hanya ingin kebenaran berdiri di tempatnya. Aku tidak ingin Zaidan kehilangan sosok dirimu," ucap Alma.
Ameer menunduk, tangan gemetar di atas meja logam dingin itu, ketika ia teringat di mana momen Zaidan menyaksikan sendiri dirinya di geret oleh polisi.
"Terima kasih banyak Sayang, terima kasih untuk semua, aku janji setelah ini akan berubah untuk mengontrol emosiku, dan mematikan wanita itu yang akan mendekam ke penjara, karena apa yang sudah di lakukan padamu tidak setimpal dengan apa yang sekarang ia dapat," ucap Ameer.
Alma hanya mengangguk lalu mulai berdiri dan saat ini keduanya saling berhadapan memberikan pelukan kecil saling menguatkan satu sama lain.
Bersambung ....