"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas" seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar Wanitanya.
Devan menoleh pada Sang Istri yang sedang hamil
"Dia pacarku kinara, dialah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kau mengerti. Aku harus mengejar cintaku, ak tidak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."
"Mas kamu ga boleh kejar dia, aku ini istri mu, aku mengandung anakmu. Apakah kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" tanya Ibu hamil itu tersendat
"Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun."
"Tapi mas..."
Devan segera melepas paksa tangan Kinara, tak sengaja sang istri yang sedang hamil pun terjatuh.
"Ahhh perutku sakit..." Ringis Kinara kesakitan
"Maaf kinara, aku tak mau kehilangan Nesa" Ucap devan kemudian pergi
Kinara menatap kepergian suaminya, dan lama kelamaan gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendayu Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Mencari Kemana
Satu minggu setelah hari itu,
Brak.!!!
Pintu ruang kerja Geby didobrak keras oleh seseorang.
"Dimana Kinara...?!" Bentak seseorang dengan nada yang amat marah
"Mau apa kamu kesini..?!" Jawab Geby dengan nada yang tak kalah tinggi
"Aku tanya di mana Kinara..?!" Jelasnya lagi.
"Apa hak mu bertanya demikian? dasar laki laki brengsek..!" Bentak Geby
"Aku berhak mengetahui dimana istriku berada..!"
Kali ini Devan benar-benar marah, ia memukul meja di hadapannya sambil menatap tajam kepada Geby
Geby hanya membalas statement Devan dengan senyuman yang melecehkan.
"Geby, aku tak main-main. Aku bisa menarik saham ku dari perusahaan papa mu ini. Dan kau tau sendiri akibatnya..!" Devan mengancam, nampak keseriusan dan kebencian muncul dari sorot matanya.
Geby masih membalas dengan senyum yang merendahkan. Kali ini, ia menoleh ke tempat lain, tak menatap mata Devan seintens tadi.
"Apa peduli mu? Kau lah alasan kenapa Kinara pergi dan menghilang.." Kini nada suara Geby sudah melemah, berganti dengan nada yang bergetar.
Tak terasa, pipinya kini basah oleh linangan air mata
"Geby, aku mohon. Aku tak bermaksud buruk pada Kinara. Dia istri ku Geb, aku mohon. Aku berhak tau dimana dia" Kali ini nada bicara Devan seolah memelas
"Tidak Devan, kau tidak pantas di sebut seorang suami. Tak pantas.!"
Kata-kata Geby tersebut menusuk hati Devan
Devan hanya diam tak berani bicara lagi.
"Mungkin saat itu, aku masih bisa menimbang guna mentolerir sikap mu. Tapi, setelah aku melihat binar kekecewaan di mata Kinara saat ia sadar, maka tak ada toleransi lagi untuk mu. Mungkin kau tak tahu betapa sakitnya Kinara saat itu karena kau tak ada disampingnya. Tapi aku, aku tahu betul Dev.! Dan hati ku benar-benar tersayat melihat Kinara yang hancur saat tahu bahwa bayi yang benar-benar ia nantikan, telah pergi jauh meninggalkannya."
Geby kali ini benar-benar tak sanggup membendung air mata ketika kata "bayi" keluar dari mulutnya. Ia merasa sangat bersalah terhadap Kehilangan kinara atas Bayi yang belum sempat terlahir dan menangis di pangkuan ibunya.
"Pergi kamu Devan, Pergi..!!!!" Bentak Geby sembari mendorong tubuh Devan kuat
"Baik Geb, jika kamu tak mau memberi tahu ku dimana Kinara, aku bisa menemukannya sendiri"
Ucap Devan yang kemudian berlalu pergi
Tubuh Geby meluruh ke lantai, ia menangis sejadi jadinya.
"Maaf Kinara, maaf. Jika kemarin aku tak sanggup mencegah engkau kehilangan bayi mu. Kali ini aku akan berusaha mencegah Devan menyakiti mu lagi."
..................////////////////////////////......................
...-- Dua tahun setelahnya --...
Hari berganti hari, jam terus bergulir tanpa mau menghentikan langkah detiknya tuk melaju.
"Aahhkk.!!!" Teriak Devan sambil menggenggam rambutnya frustasi.
"Dev kamu yang sabar, jangan teriak-teriak seperti ini." Ucap Briyan menasehati
"Aku sudah kehabisan akal Yan, berbagai cara aku lakukan untuk mencari Kinara, tapi tak juga menemukan titik terang. Padahal, aku sudah menyewa orang untuk mencarinya. Kali ini aku benar-benar frustasi" Jelas Devan dengan muka yang nampak berantakan.
"Saya tau Dev, kita coba usaha lagi untuk mencari keberadaan istrimu itu. Akan saya suruh orang kepercayaan saya mengawasi gerak-gerik Geby. Beliau adalah salah seorang intelijen hebat, jadi saya yakin orang itu bisa membantu kita menemukan istrimu. Dan juga, Geby mungkin saja masih sering menemui Kinara. Dengan demikian kita mendapat petunjuk dimana istrimu itu" Ucap Briyan sambil menepuk pundak sahabatnya, seolah meyakinkan sang sahabat bahwa semua akan baik-baik saja.
Briyan adalah sahabat kecil Devan, orang tua Devan dan Briyan bersahabat sejak lama. Mereka tumbuh dewasa berama. Namun setelah lulus SMP, keluarga besar Briyan pindah ke Los Angles. Sejak saat itu Briyan dan Devan tak pernah lagi bertemu, mereka hanya sesekali menghubungi satu sama lain lewat telepon genggam.
Dua belas tahun lamanya mereka tak bertemu. Dan kini di tahun kemarin, Briyan kembali ke Indonesia dengan sejuta talenta bisnis yang profesional. Keluarga Briyan berniat mencoba peruntungan bisnis di indonesia dengan menjadi bagian pendonor dana pada perusahaan keluarga Devan Chastino.
Walaupun terbilang baru bertemu kembali selama satu tahun belakangan ini, namun Briyan dan Devan tetap dekat layaknya sahabat. Semua cerita hidup Briyan ia ceritakan pada Devan, begitupun Devan. Hingga Briyan tau masalah yang kini Devan hadapi, yaitu mencari sang istri yang menghilang entah kemana.
"Tapi Dev maaf sebelum nya, saya sebenarnya bingung dengan dirimu." Ucap Briyan dengan nada tak enak, sambil menggaruk kepala nya yang tak gatal.
Devan yang tadinya menunduk kini mencongakkan kepalanya ke orang yang berdiri di depannya sekarang.
"Kenapa..?!" Tanya Devan ketus.
"Kau sungguh frustasi kehilangan istrimu bukan? Tetapi di satu sisi lain, kau memiliki kekasih. Maksud saya, sebenarnya siapa yang engkau cintai?"
Sebenarnya Briyan tak enak bertanya demikian, akan tetapi ia bingung dengan sang sahabat. Berlaku seperti orang tak waras saat ia menemui jalan buntu untuk mencari istrinya, tapi di satu sisi lain ia memiliki seorang kekasih bernama Nesa.
"Ini mungkin tak sempat ku ceritakan pada mu Briyan. Jelas aku mencintai kekasih ku Nesa, aku bahkan tak bisa hidup tanpa dia. Terlebih, aku memiliki janji yang tak bisa aku ingkari, pada Nesa. Tapi, aku juga bertanggung jawab atas Kinara. Dia adalah istriku, memang aku tak mencintainya. Tetapi akulah yang menariknya terjun dalam kehidupanku. Dia juga wanita yang baik, tak banyak menuntut. Aku merasa masih memiliki beban saat ini. Setidaknya, aku ingin bertemu Kinara untuk memastikan apakah kini ia baik-baik saja, dan aku ingin menjelaskan tentang hubungan ku dengan Nesa. Kuharap setelah penjelasanku nanti padanya, dia dapat mengerti dan melepaskan aku. Tetapi tidak dengan cara seperti ini. Jujur, aku masih peduli padanya. Semua ini memang salah ku. Aku siap menangung finansialnya setelah nanti kami resmi berpisah." Jelas Devan panjang lebar.
Mata Briyan melotot tajam, apa yang sebenarnya ada di otak Devan, batin Briyan. Bagaimana bisa ia berlaku seenaknya seperti itu kepada wanita yang berstatus istrinya sendiri
"Devan, saya sebagai sahabatmu tak percaya dengan apa yang kau ceritakan barusan. Bagaimana bisa kau menarik seorang wanita terjun ke dalam kehidupanmu. Kau jadikan pendamping hidup pula, namun kau tak mencintainya dan mencintai wanita lain. Are you okey brother ??"
Tanpa sadar, Briyan mengucapkan kalimat tersebut sambil menggelengkan kepala nya. Tersenyum tipis dan membuang muka.
"Sebenarnya, begini ceritanya Yan ... "
Perlahan Devan menarik memori lamanya untuk muncul kembali.
Flashback On
.
.
.
Bersambung***
"Ibarat setangkai mawar berduri, semakin ku genggam erat. Semakin dalam pula duri itu menusuk dan melukai"
-Kinara-