Sentuh Aku, Mafia Bastard

Malam pukul 20.00.

Kelopak mata Helena mengerjap pelan.. Disela kesadarannya yang perlahan terkumpul, wanita cantik itu dapat merasakan suara dentuman musik samar merayap ke telinganya beriringan.

Ia mengedipkan matanya berkali-kali sambil melihat sekeliling.. Hingga setelah beberapa detik mengumpulkan nyawa, Helena bangun dengan mata hazelnya yang kini terbuka lebar.

Ruangan yang asing.. nuansa kamar yang berbeda.. dan ranjang besar yang menjadi tumpuannya.. Helena dibuat bertanya-tanya. Ia linglung sendiri dan mengingat apa yang terjadi sebelum ia tumbang.

"Tunggu, kenapa aku bisa di sini?."

Seingatnya, terakhir Helena sedang mengobrol dengan Agatha, lalu tiba-tiba ia tersentak akan sesuatu hingga hilang kesadaran. Bangun-bangun ia sudah di kamar itu, bahkan hari pun sudah tergantikan dengan malam.

"Tubuhku baik-baik saja kenapa bisa pingsan?.." Lirih Helena yang merasa tak biasa. Hanya saja ia merasa sedikit pegal pada area leher kirinya.

Ia pun segera bangun dari tidurnya, ruangan asing ini.. ia harus segera keluar dan mencari Agatha. Baru saja hendak keluar, langkah Helena seketika terhenti saat dari jendela balkon ia mendapati pesta yang sedang berlangsung di lantai bawah dekat kolam renang.

Wanita cantik itu memicingkan mata dan melihat sekelilingnya. Rupanya ia masih berada di mansion milik Agatha, terlebih ia melihat tante nya di bawah sana sedang sibuk menyapa para tamu penting yang hadir.

Dan dari atas balkon itu juga, sudut mata Helena menemukan sosok Nick yang sedang mengobrol di meja khusus bersama para pria dan wanita sebayanya. Matanya tertuju cukup lama, namun sebelum Nick menemukannya, Helena segera berlalu dari sana.

Jika Nick ada di tempat ini, maka sudah pasti pria itu tahu keberadaannya. Helena sendiri sudah tak masalah dengan itu, hanya saja ia harus tetap mewaspadainya diam-diam.

Rupanya malam ini Agatha sedang mengadakan pesta perayaan keberhasilan dari bisnis hotelnya yang begitu dihormati. Dan kebetulan Helena datang kesana.

"Ah, non Helena sudah bangun?.." Ujar bi Sarah yang memang ditugaskan menjaganya.

"Iya bi."

"Malam ini kebetulan nyonya sedang ada acara, jadi jika non Helena masih memiliki obrolan yang belum selesai, itu bisa dilanjutkan lain hari.." Jelas Sarah.

Helena tak langsung menjawab, dan tentu masih banyak hal yang harus ia tanyakan dari Agatha maka dari itu ia tak bisa pergi sebelum mendapatkan hasil. Kemarin ia pingsan saja masih menjadi pertanyaan. "Iya bi, rencanaku juga begitu.."

"Oke non, bersenang-senang lah."

Kaki jenjang Helena melangkah keluar menuju area pesta perjamuan itu diadakan. Tempat ini asing tetapi entah kenapa Helena merasa tak terancam, entah karena sudah tak menutupi identitas dari Agatha, atau karena adanya sosok pria itu.. Semua belum pasti, yang jelas Helena kembali merasa enjoy setelah sekian lama tak menghadiri party.

Di tengah masalah yang sedang di hadapi, ia ingin menghela nafas sejenak untuk tetap waras. Wanita cantik itu mengambil sebuah minuman dan ikut duduk di antara para tamu yang hadir.

Keberadaan Helena seketika menjadi sorotan utama walaupun ia tak melakukan apapun, kecantikan dan sosoknya yang memanjakan mata membuat orang-orang di sana tertuju ke arahnya, terutama para pria muda.

Plak!

Seorang wanita menampar pelan kekasihnya dengan penuh rasa kesal. "Padahal kau sedang bersamaku tapi matamu tertuju pada wanita itu ha!?."

"Tak sengaja honey dengarkan aku!.."

"Ah sudahlah.."

Helena yang mendengar itu memilih acuh tak acuh saja dan menikmati momen.

Tepat tak jauh dari posisinya berada, Nick menggoyangkan gelas minumannya dengan tatapan tertuju pada Helena. Posisi duduk mereka tak terlalu jauh dan yang paling menghibur bagi Nick adalah mereka tampak baik-baik saja seolah tak terjadi apa-apa di tengah konflik yang bergejolak.

"Nick siapa wanita itu? apa ibumu memiliki kenalan dari luar?." Timpal rekan Nick sangat penasaran.

Saat Nick hendak menjawab..

"Ya, betul. Dia Helena kenalan tante, teman masa kecil Nicholas. Jadi jangan mengganggu dan menggodanya, tetaplah pada pasangan masing-masing!.." Timpal Agatha yang tiba-tiba muncul di sana merangkul Helena.

Helena yang mendapati itu akhirnya mau tak mau tersenyum menyapa semua orang.

"Bersenang-senanglah." Bisik Agatha sebelum akhirnya pindah ke tempat lain.

Helena mengangguk dan lanjut menikmati momen itu. Di sana ia cukup terkejut karena ada beberapa pasangan muda yang terang-terangan berciuman di hadapan umum, tak aneh memang hingga akhirnya sorot mata hazel Helena tertuju pada Nicholas.

Ia tatap diam-diam sosok itu yang kini sedang mengobrol santai dengan beberapa orang penting di sana. Terlihat sangat disegani dan dihormati, bahkan ia terlihat sempurna dari segi apapun seolah tak memiliki kelemahan.

Wanita muda dari para putri kolega yang ada di sana tampak senang berada di dekat Nick dan berusaha akrab serta menggodanya.

"Cih.." Decak Helena.

Rasanya jengkel sekali, entah kenapa.

Kebencian dan dendam itu masih tertanam dalam diri Helena, hingga hal gila muncul dalam benaknya untuk membuat pria itu kesulitan. Pasti yang ada di sana tidak tahu seberapa kejam dan berbahaya nya Nick, mereka semua tertipu dengan topeng wajahnya yang ditunjukkan.

Helena yang sebelumnya duduk di sebelah kanan, ia pun sengaja pindah ke meja sebelah kiri bersamaan dengan seseorang yang kebetulan mengajaknya. Pada akhirnya Helena duduk berhadap-hadapan dengan Nick.

Mata keduanya bertemu saling menilik satu sama lain, dan kali ini Helena membiarkan diri lebih lama untuk tenggelam dalam tatapannya. Rasanya seperti ada magnet yang menarik...

Sementara Nick membiarkan itu terjadi, entah apa maksudnya yang jelas hanya dia yang tahu. Pria itu seolah menantikan sesuatu darinya.

Tidak bersuara, hanya orang-orang di sekeliling mereka saja yang sibuk mengobrol.

"Oh iya tuan Nick, malam ini apa kau akan menghadiri acara pelelangan yang diselenggarakan oleh putri dari tuan mentri? sepertinya ia akan senang jika kau datang." Ujar salah satu kolega bisnis di sana.

"Begitu ya..." Lirih Nick tenang tetapi menggantung.

Namun saat pria itu hendak melanjutkan kembali ucapannya, Nick terdiam saat di bawah meja ia dapat merasakan sebuah kaki jenjang mengenai dan menyentuhnya.. menggosok kakinya perlahan.

Sorot mata tajam pria itu seketika tertuju pada Helena yang juga menatap ke arahnya. Entah apa maksud dari tindakan tak terduga nya ini, yang jelas Nick menyadari akan sesuatu. Sudut bibir Nick terangkat menyeringai penuh maksud, seolah siap menyambut setiap ulah Helena yang disuguhkan kepadanya..

Tanpa sepengetahuan siapapun, kaki jenjang yang sedang menggosok nakal paha nya itu, ia raih.. jemari Nick masuk diantara celana Helena, ia gapai.. ia sentuh permukaan kaki jenjangnya yang mulus itu hingga sensasi yang semula dingin berubah menjadi tegang dan panas penuh tuntutan.

"Sepertinya aku tak bisa ikut pelelangan, ada urusan mendadak yang harus diselesaikan..."