Alze adalah seorang seorang suami yang berprofesi sebagai pemanen sawit, ia bekerja demi kebutuhan sang istri, karena istrinya bergaya elit, karena istrinya adalah wanita sosialita, jadi uang yang ia cari habis untuk kebutuhan gaya elit sang istri.
Tapi balasan apa yang ia dapat? Istrinya malah selingkuh dan mendapatkan pria lain yang lebih kaya dengan terang-terangan meminta cerai di depan Alze yang baru saja pulang bekerja.
Alze frustasi, dan ia pun duduk termenung di depan rumahnya, siapa sangka tengah malam, ada cahaya menghampiri dan ia pun mendapatkan sistem.
Sistem itu menawarkan misi dan hadiahnya ada di pikiran Alze, apa yang di hayalkan Alze dan mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
...Happy Reading...
...🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️...
Saat Mandor Jio dan Alze berada di dalam mobil, Mandor Jio tidak bisa menahan diri untuk tidak menggoda Alze. "He he he he, bagaimana Alze, cantikkan dokter psikolognya?" goda Mandor Jio dengan senyum nakal.
Alze menatap Mandor Jio dengan wajah masam, tidak suka dengan godaan Mandor Jio. "Apaan sih Mandor, bilang saja Nada mengajak saya ke psikolog itu karena Nada ingin memperkenalkan saya kepada dokter psikolog itu, kan? Beralasan jika aku mengkaji gangguan kejiwaan," omel Alze dengan wajah masam, tidak percaya dengan motif sebenarnya di balik kunjungan ke psikolog itu.
Mandor Jio tertawa lagi, tidak peduli dengan reaksi Alze. "He he he he, itu yang kedua Alze, tapi aku beneran melihat kamu depresi kalau kamu kehilangan mantan istri mu itu. Jadi aku kasihan pada mu," kata Mandor Jio lagi, kali ini dengan nada yang lebih serius.
Alze memandang Mandor Jio dengan mata yang tajam, tidak suka dengan perhatian Mandor Jio yang berlebihan. "Aku tidak depresi, Mandor. Aku baik-baik saja," kata Alze dengan nada yang tegas. Tapi Mandor Jio hanya tersenyum, tidak percaya dengan jawaban Alze.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di tempat tujuan. Sebelum keluar dari mobil, Alze pun berkata dengan nada yang penuh harap. "Mandor, bisakah aku meminta bantuanmu?" tanya Alze, melihat Mandor Jio dengan mata yang penuh harapan.
"Bantuan apa Alze?" tanya Mandor Jio penasaran, menoleh ke arah Alze dengan rasa ingin tahu. Alze mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab.
"Tolong jualkan rumah saya," pinta Alze lagi, dengan nada yang tegas. Mandor Jio terkejut dengan permintaan Alze, dan ia memandang Alze dengan mata yang lebar.
"Lho! Kalau dijual, kamu mau tinggal di mana?" tanya Mandor Jio kaget, tidak mengerti apa yang ada di pikiran Alze. Alze memandang ke luar jendela mobil, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.
"Adalah rumah baru ku, Mandor. Yang jelas aku ingin meninggalkan tempat itu," kata Alze dengan nada yang dingin.
Mandor Jio memandang Alze dengan rasa penasaran yang semakin besar, ingin tahu di mana Alze akan tinggal. "Rumah baru mana? Di mana? Kok aku nggak tau kau ada rumah baru?" tanya Mandor Jio antusias, dengan nada yang penuh keingintahuan.
Alze memandang ke luar jendela mobil, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. "Ya, inilah yang mau kutengok dulu rumahnya. Moga aja rumah itu bisa melupakan masa lalu ku," kata Alze berharap, dengan nada yang penuh keinginan.
Mandor Jio memandang Alze dengan mata yang lebar. "Kau nggak mungkin pindah dari kota ini kan?" tanya Mandor Jio, dengan nada yang tidak percaya. Alze memandang Mandor Jio dengan mata yang serius.
"Ya enggak lah, Aku ingin memulai hidup baru aja, Mandor. Di rumah baru. Aku ingin melupakan semua yang telah terjadi," kata Alze dengan nada yang tegas.
Mandor Jio memandang Alze dengan perasaan iba, melihat kesedihan yang terpancar dari mata Alze. Ia menepuk pundak Alze untuk memberi semangat, dengan gerakan yang lembut namun penuh makna.
"Apa pun pilihanmu, aku akan dukung," kata Mandor Jio, dengan nada yang penuh dukungan. "Tapi syukurlah kalau kamu enggak pindah dari kota ini, setidaknya kita masih bisa ngumpul ngopi bareng," tambahnya, dengan senyum yang hangat.
Alze memandang Mandor Jio dengan mata yang sedikit berbinar, merasa terharu dengan dukungan Mandor Jio. "Terima kasih, Mandor," kata Alze, dengan nada yang penuh rasa syukur.
Mandor Jio membalas senyum Alze dengan senyum yang lebih lebar. "Kita sudah seperti keluarga, Alze. Aku tidak ingin kehilangan kamu," kata Mandor Jio, dengan nada yang penuh kehangatan. Alze merasa terharu dengan kata-kata Mandor Jio, dan ia tahu bahwa Mandor Jio akan selalu ada di sampingnya dan mendukungnya.
...🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️...