Zhao Yue, preman jalanan abad 21 yang menguasai pasar malam, hidup dengan moto " Kalau mau aman, jangan macam-macam denganku." Jago berkelahi, lidah pedas, dan aura menakutkan adalah ciri khasnya.
Suatu malam, setelah menghabisi geng saingan, ia dikepung dan dipukul keras di kepala. Saat tersadar, ia berada di ranjang keemasan dan dipanggil “Yang Mulia Permaisuri.” Kini, Zhao Yue berada di tubuh Permaisuri Xian Rong dari Dinasti Wei—istri kaisar yang dikenal lemah dan sakit-sakitan. Namun sejak roh preman masuk, sang permaisuri berubah menjadi galak, blak-blakan, dan barbar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANWi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zhu Lang Menduga Ada Sesuatu Yang Aneh
Malam makin larut. Mei berjalan terhuyung kembali ke paviliun Permaisuri. Setiap langkah seperti beban ratusan kati. Dalam genggamannya, botol itu terasa panas, seolah membakar telapak tangannya.
“Kalau aku gunakan ini… Permaisuri akan sakit. Kalau tidak… Li Shan akan mati.”
Ia berhenti di taman belakang, menatap langit. Bulan purnama menggantung, indah namun menusuk hati. Air matanya jatuh, bercampur dengan bisikan lirih.
“Dewa… tolong beri hamba jalan keluar…”
Namun jawabannya hanyalah keheningan malam.
Di belakang nya, seorang berbaju serba hitam dengan gerakan secepat kilat dan tanda khusus teratai di baju nya sedang mengawasi pergerakan Mei. Ia adalah penjaga bayangan dari Lian Fei.
Malam itu Mei hanya terdiam menatap langit yang bertabur bintang. Berharap menemukan jawaban.
***
Di paviliun utama, Zhu Lang—yang masih menyamar sebagai Zhu Mei—sedang duduk termenung, memikirkan adegan memanah siang tadi. Namun telinganya yang tajam menangkap sesuatu, suara isak tertahan dari arah taman belakang.
Ia berdiri, berjalan diam-diam, lalu mendapati Mei duduk di bangku batu, bahunya berguncang.
“Mei?” suara Zhu Lang pelan namun jelas.
Mei terlonjak, buru-buru menyembunyikan botol di balik lengan bajunya. “A-ah, kau… .” Ia terbata, matanya panik.
Zhu Lang menatapnya curiga. Ada sesuatu yang tidak beres. “Mengapa kau menangis malam-malam begini? Apa ada yang menyakitimu?”
Mei menggeleng cepat. “T-tidak… tidak ada. aku hanya… merindukan keluarga di kampung.”
Tapi Zhu Lang melihat jelas jejak ketakutan di wajahnya. Sebagai siluman yang terbiasa membaca gelagat, ia tahu gadis ini sedang menyembunyikan sesuatu besar.
Zhu Lang hampir membuka mulut untuk mendesak lebih jauh, tetapi saat itu terdengar bunyi kentongan jauh dari arah gerbang timur. Tanda pergantian ronda.
Mei spontan menoleh ke arah suara itu, wajahnya semakin pucat.
Zhu Lang memperhatikan perubahan ekspresinya, lalu menyipitkan mata.
“Ada hubungannya dengan penjaga gerbang… Li Shan, bukan?”
Mei terdiam membeku. Bibirnya bergetar, tapi tidak sepatah kata pun keluar.
Zhu Lang tahu, malam itu, sebuah rahasia berbahaya sedang membelit gadis polos ini—dan mungkin, akan menyeret seluruh paviliun Permaisuri ke dalam jebakan Lian Fei.
Zhu Lang menatap tajam, tubuhnya setengah menunduk ke arah Mei.
“Jawab jujur, ini ada hubungannya sama Li Shan, kan?”
Mei mendengus, mencoba mengusap air matanya dengan kasar. “Ih, kau ini… selalu sok tajam aja matanya. Iya, memang. Dan aku tak tahu harus bagaimana!”
Zhu Lang menghela napas panjang, duduk di bangku batu sebelah Mei. “Kalau kau nggak cerita, aku juga nggak bisa bantu. Kau pikir aku buta? Dari tadi kau sembunyiin sesuatu di lengan bajumu. Apa itu?”
Mei langsung merapatkan tangannya, wajahnya panik. “Jangan kau sentuh! Itu… itu cuma…” Ia menggigit bibir, lalu akhirnya meledak, “Itu racun, Lang! Racun dari Lian Fei! Dia meminta aku menggunakan itu buat… buat meracuni Permaisuri!”
Zhu Lang terdiam sejenak. Angin malam berembus, tapi dadanya terasa panas. “Apa kau gila, Mei?! Kalau sampai ketahuan, bukan cuma kau, tapi aku juga bisa terseret! Kau sadar nggak?!”
Mei menunduk, air matanya menetes lagi. Tapi kali ini ia menatap Zhu Lang dengan mata bergetar, “Aku sadar, Lang… tapi Lian Fei pegang kelemahanku. Dia tahu soal aku dan Li Shan. Katanya… kalau aku tidak menurut, Li Shan bakal mati malam ini juga.”
Zhu Lang terdiam, ekspresinya berubah antara marah dan iba. “Jadi kau mau korbankan Permaisuri demi pacarmu?”
Mei membantah cepat, nadanya hampir terisak. “Bukan begitu! Aku… aku nggak tahu harus gimana. Aku sayang Permaisuri, dia orang baik. Aku nggak pernah sanggup nyakitin beliau. Tapi kalau Li Shan… kalau dia sampai mati gara-gara aku—Lang, aku nggak akan bisa hidup dengan tenang!”
Zhu Lang mengusap wajahnya, setengah frustasi. “Astaga, Mei kenapa kau bisa terjebak sejauh ini.”
Mei mendengus sambil menendang tanah dengan kakinya, kesal pada dirinya sendiri. “Ya karena aku bodoh! Kau kira aku nggak tahu ini jebakan busuk Lian Fei? Dia memang sengaja nyeret aku. Dia tahu aku paling gampang dipaksa.”
Zhu Lang akhirnya menoleh, tatapannya melunak. Ia menyentuh bahu Mei. “Dengar, Mei. Kau bukan sendirian. Aku ada di sini. Kita cari jalan keluar bersama.”
Mei mengangkat wajah, matanya penuh air. “Tapi gimana kalau Li Shan beneran diapa-apain? Aku nggak mau dia mati, Lang… dia satu-satunya yang bikin aku kuat bertahan di istana ini.”
Zhu Lang menghela napas lagi, kali ini lebih berat, lalu menatap ke arah taman yang gelap. “Kalau gitu… kita harus bikin rencana sebelum matahari terbit. Racun itu jangan kau buang, simpan saja. Aku punya ide, mungkin kita bisa balikkan ini ke Lian Fei.”
Mei terdiam, menatap wajah Zhu Lang. Ada sedikit kelegaan sekaligus ketakutan. “Lang… jangan bilang kau mau main-main dengan racun itu. Kalau salah langkah, habis sudah kita.”
Zhu Lang menatapnya balik, senyum tipis terukir di wajahnya. “Kalau sudah urusan Lian Fei, salah langkah atau nggak, kita tetap dalam bahaya. Jadi lebih baik aku yang ambil risiko, daripada kau sendirian menanggung semua.”
Mei menatapnya lama, lalu akhirnya menghela napas. “Kau ini gila, Lang. Tapi aku percaya denganmu.”
***
Happy Reading ❤️
Mohon Dukungan untuk :
• Like
• Komen
• Subscribe
• Follow Penulis
Terimakasih❤️