Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.
Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.
Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.
Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.
Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Mereka semua pun bergerak menuju pemukiman yang dekat dengan benteng. Pemukiman area dalam benteng.
"Pemukiman itu jaraknya lumayan jauh dari benteng. Apa mereka semua sudah gila menugaskan satu petugas saja di sana." Kata Rudy.
"Begitulah kota ini." Saut Marco.
"Apa bangunan di sana adalah kotanya.?" Tanya Rudy yang melihat bangunan tinggi dari kejauhan.
"Itu benar Rudy, lumayan jauh jika dari sini." Jawab Marco.
"Rudy, lihat di sana. Mereka menanam padi dan jagung." Kata Emma.
"Ehm, jadi mereka juga punya lahan pertanian di dalam sini." Kata Rudy.
"Apa orang-orang di sini juga pergi ke alun-alun kota.?" Tanya Lilia.
"Sepertinya begitu, bahkan tidak terlihat para petani di sekitar sini." Jawab Marco.
"Sudah lama aku tidak melihat pemandangan seperti ini." Kata Emma dengan tersenyum gembira.
"Suasananya di sini seperti lebih tenang daripada di luar sana." Kata Rudy yang menarik nafas dalam-dalam.
"Mungkin suasana di sini sangat nyaman, tapi manusia di dalam sini tidak begitu ramah." Saut Marco.
"Apa kau memiliki trauma di kota ini Marco.?" Tanya Rudy.
"Aku dan Lilia punya cerita yang mendalam di tempat ini." Jawab Marco dengan emosi.
"Marco, jangan gunakan kekuatanmu dengan sembarangan. Jika kau tidak bisa mengontrol emosimu, aku sendiri yang akan menghentikanmu." Saut Rudy dengan serius.
"Hem, aku hanya mengingat sesuatu yang tidak ingin aku ingat Rudy." Kata Marco.
"Oke, aku harap kau bisa mengerti. Ini adalah momen pertama kalinya aku masuk ke kawasan manusia. Jadi tolong, jaga emosimu." Kata Rudy.
"Baik Rudy, apapun perintahmu." Saut Marco.
Emma pun berlarian di sekitar lahan pertanian dengan tersenyum.
"Aku sangat menyukainya Rudy. Sudah berapa lama aku tidak merasakan kenyamanan seperti ini." Kata Emma.
"Sepertinya dia punya trauma di luar sana." Kata Rudy.
"Ah, dia terbalik denganku." Kata Marco.
Beberapa saat kemudian, mereka berempat pun sampai di desa atau pemukiman pertama.
"Marco, pemukiman ini juga berbeda dari sebelumnya, apa mereka melakukan pembangunan besar-besaran.?" Tanya Lilia.
"Jika dilihat dari pembangunannya, sepertinya benar." Jawab Marco.
"Kalian harus tahu, para prajurit di sini pasti melakukan perburuan di luar sana, sudah pasti mereka sangat kaya." Kata Emma.
"Apa maksudmu Emma.?" Tanya Rudy.
"Penjaga itu berbohong pada kita Rudy, dia tidak menjaga sendirian di sana, masih banyak orang di dalam benteng itu, hanya saja mereka semua sedang tidur kelelahan." Jawab Emma.
"Dari mana kau tahu itu.?" Tanya Rudy.
"Aku mempunyai skill Light Emperor. Jadi aku bisa melihat dan merasakan hati seseorang maupun hewan iblis." Jawab Emma.
"Lalu, apa maksudmu dengan berburu.?" Tanya Rudy.
"Jika dilihat dari jumlah hewan iblis di luar sana, prajurit kerajaan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memperkaya diri. Mereka semua melakukan ekspedisi setiap saat." Jawab Emma.
"Ah, itu masuk akal. Sepertinya aku juga tidak bisa membohongimu." Saut Rudy.
"Kau tidak boleh membohongiku Rudy, jadi berhati-hatilah." Kata Emma dengan serius.
Ehm." Saut Rudy yang merasa terancam.
"Sepertinya kau juga harus menjaga mata. Dia sangat tertarik denganmu." Kata Marco berbisik kepada Rudy.
"Hem, padahal aku juga ingin punya pacar, kenapa harus diawasi seperti itu.?" Kata Rudy dengan lemas.
"Kau harus pasrah dengannya jika melakukan itu." Saut Marco.
Tidak lama kemudian, mereka melihat orang-orang yang sedang berkumpul di depan pintu gerbang dalam.
"Jadi di dalam sini masih ada gerbang lagi.?" Tanya Rudy.
"Ah, mereka membangunnya karena ada perbedaan status sosial." Jawab Marco.
"Ada berapa benteng di dalam kota ini.?" Tanya Rudy lagi.
"Hanya ada dua benteng di kota ini. Yang pertama adalah benteng luar, di dalamnya adalah orang-orang dengan status sosial menengah ke bawah. Rata-rata profesi mereka adalah petani dan peternak, bahkan banyak juga yang berprofesi menjadi prajurit kerajaan." Jawab Marco.
"Em, lalu orang yang berada di dalam benteng kedua adalah bangsawan.?" Tanya Rudy.
"Kau benar Rudy. Rata-rata mereka adalah bangsawan, pedagang, dan aparat kerajaan." Jawab Marco.
"Apa orang-orang yang tinggal di sini bisa masuk ke dalam benteng kedua.?" Tanya Rudy.
"Bisa, asalkan kau bisa membuktikan kekuatanmu di tingkat menengah." Jawab Marco.
"Apa itu tingkat menengah.?" Tanya Rudy lagi.
Emma pun langsung menyahutinya "Itu adalah tingkat dengan simbol C ke atas. Minimal lvl 31."
"Kau tahu itu Emma.?" Tanya Rudy.
"Semua kerajaan juga mengikuti aturan itu. Mereka dibedakan dengan kasta sosial, bahkan jika seseorang bisa mencapai tingkat Rank C+, akan diangkat sebagai Letnan, dan Rank B akan diangkat menjadi kapten, dan seterusnya seperti itu." Jawab Emma.
"Ehm, aku paham." Saut Rudy.
"Lalu, bagaimana kita bisa masuk ke dalam sana.?" Tanya Lilia yang melihat kerumunan massa begitu banyak.
"Berikan kami kesempatan untuk menemui Raja."
"Biarkan kami masuk."
"Kami punya hak untuk berbicara." Teriakan orang-orang di sana.
"Situasi ini seperti demonstrasi." Kata Rudy.
"Kita bisa mendaftarkan diri di sana." Kata Marco.
Mereka berempat pun melihat ribuan orang yang sedang berada di depan gerbang. Semua orang berdesakan untuk masuk dan melihat Raja mereka.
"Berbarislah, kami akan memeriksa sihir kalian satu persatu." Teriak penjaga gerbang.
"Jangan berdesakan." Teriak penjaga lainnya.
"Tidak perlu diperiksa seperti itu, buka gerbangnya dan biarkan kami semua masuk." Kata warga.
"Betul, biarkan kami melihat Raja Alden." Kata warga lainnya.
"Kenapa mereka harus seperti itu, seperti terjadi sesuatu yang mengharuskan mereka berlindung di dalam sana." Kata Rudy.
"Jangan hiraukan mereka Rudy, sebaiknya kita menerobos ke kantor petugas di sebelah sana." Saut Marco.
"Lalu, bagaimana caranya kita menerobos mereka.?" Tanya Rudy.
"Kita menerobos saja ke depan." Jawab Marco.
"Baiklah. Emma, jangan jauh-jauh, mendekatlah ke sini, kau akan hilang di kerumunan massa seperti ini." Kata Rudy.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, kau bisa menemukanku jika aku hilang." Saut Emma.
"Kita terobos sekarang." Kata Marco.
Mereka berempat pun menerobos kerumunan massa di sana.
"HOEE, hati-hati dengan jalanmu bocah." Saut warga di sana.
"Kurang ajar, jangan menerobos seperti itu, anak sialan." Kata warga lainnya.
"Permisi pak, ibu, permisi." Kata Rudy sambil menerobos.
"Brengsek, hati-hati kalau jalan." Kata warga.
"Maaf pak, permisi, kami berempat adalah hunter, bisakah kalian memberikan jalan." Kata Emma.
"Hunter.? Apa maksudmu.?" Tanya warga di sana.
"Maaf, kami adalah murid dari Akademi yang kebetulan mendapat pelajaran sebagai Hunter." Kata Emma.
"Hem, murid akademi. Berikan jalan pada mereka berempat, aku ingin melihat kehebatannya." Kata pemimpin desa di sana.
"Terimakasih pak." Saut Rudy.
Mereka berempat pun sampai di depan kantor petugas.
"Berikan identitas kalian." Tanya penjaga.
"Maaf, kami tidak punya identitas." Jawab Rudy.
"Apa maksudmu.? Bukankah kalian bilang sendiri kalau kalian adalah murid akademi.?" Tanya penjaga itu.
"Kebetulan, identitas kami hilang di kerumunan warga ini, mungkin ada yang mencurinya. Tapi kami bisa membuktikan dengan kekuatan sihir." Kata Emma.
"Hem, sudahlah. Letakkan tanganmu di sini." Kata penjaga itu sambil memberikan bola crystal di depan mereka.
"Sentuh bola crystal ini." Kata penjaga itu.
"Baiklah." Saut Emma. Ia pun menyentuh bola crystal itu. TIING. Suara bola crystal yang bersinar.
"Heh.? Kekuatannya rank C+, lumayan juga sebagai murid akademi." Kata penjaga itu dalam hati.
"Kau boleh masuk, selanjutnya." Kata penjaga itu.
"Tekan kekuatan kalian sampai serendah-rendahnya, jangan sampai mereka tahu kekuatan yang sebenarnya." Kata Emma sambil masuk ke dalam pintu di kantor penjaga.
"Ah baiklah." Saut Rudy.
Beberapa saat kemudian.
"Terakhir kau." Kata penjaga itu kepada Marco.
"Ah, baik pak." Kata Marco sambil menyentuh bola crystal itu.
Di dalam hatinya, Marco bergumam dan menelan ludah. "Bagaimana caranya menekan kekuatan. Aku belum pernah melakukan itu." Kata Marco dalam hati.
"Ayo Marco, jangan lama-lama." Kata Rudy.
"Ini sangat menyeramkan." Kata Marco.
TING. Suara bola cahaya yang bersinar.
"Apa.? Tidak mungkin, dia memiliki Rank A." Kata penjaga itu dalam hati sambil menelan ludah.
"Siapa Anda sebenarnya.?" Tanya penjaga itu kepada Marco.
"Gawat, aku tidak bisa menurunkan kekuatanku lagi, apa cuma segitu kemampuanku menekan kekuatan.?" Kata Marco dalam hati.
"Maaf Tuan, dia adalah guru kami." Kata Emma kepada penjaga gerbang.
"He.?" Kata penjaga itu sambil berdiri tegak.
"Maafkan saya Tuan, saya benar-benar tidak tahu kalau Anda adalah seorang guru Akademi." Kata penjaga itu dengan gemetar.
"Ah, ahaha. Tidak apa-apa." Saut Marco.
"Silahkan Tuan." Kata penjaga itu yang mempersilahkan Marco masuk.
"Huh, untung saja." Kata Marco dalam hati.
"Hem, kau harus hati-hati Marco, kenapa kau tidak menekan lebih dalam lagi kekuatanmu itu. Hampir saja ketahuan." Kata Rudy.
"Maafkan aku Rudy." Saut Marco.
"Sudahlah, dimana tempat alun-alun itu.?" Tanya Rudy.
"Kita jalan saja ke depan." Saut Lilia.