NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Di pusat kota, berdiri sebuah gedung menjulang tinggi yang menjadi simbol kekuatan dan ketakutan para Hunter — Gedung Asosiasi Hunter Nasional. Di puncak gedung itu, lantai paling atas yang hanya bisa dimasuki oleh mereka yang memiliki otoritas tertinggi, suasana terasa tegang.

Sebuah kantor megah dipenuhi furnitur mahal dan ornamen yang memancarkan kekayaan dan kuasa. Namun saat ini, ketenangan itu pecah.

TRING! TRING! TRING!

Telepon berdering nyaring, menggema di dalam ruangan besar.

Leonard, pria paruh baya bertubuh kekar dengan wajah penuh garis kemarahan, menatap perangkat komunikasi itu dengan urat leher menegang.

“SIALAN!” teriaknya, suara menggelegar. “Apa-apaan ini!? Kenapa kita kehilangan komunikasi dengan Bulldog dan Crane!? Apa yang sebenarnya mereka lakukan di luar sana!?”

Kevin, putranya yang berdiri di sudut ruangan, langsung gemetar. Ia adalah pria muda yang biasanya penuh percaya diri, namun kali ini tubuhnya lemas seperti daun tertiup angin.

“M-mungkin… mungkin mereka sedang… bersantai, Ayah?” ucapnya dengan suara bergetar, berusaha menenangkan suasana.

Leonard langsung menoleh dengan tatapan penuh amarah, matanya merah bagai bara.

“BERSANTAI!?” bentaknya sambil menghantam meja kayu mahal itu dengan tinjunya. BUK! Meja berguncang keras, beberapa dokumen terlempar ke udara.

“Aku tidak membayar mereka untuk bersantai seperti turis tolol! Aku butuh informasi segera tentang si gelandangan itu! SEGERA!”

Kevin terdiam, wajahnya pucat pasi. Napasnya memburu, keringat dingin menetes dari pelipisnya. Ia tahu betul, ketika ayahnya mencapai tingkat amarah seperti ini, siapa pun yang mencoba bicara hanya akan menjadi sasaran berikutnya.

Tiba-tiba, pintu kantor itu terbuka dengan keras.

BRAK!

Seorang asisten berlari tergesa-gesa, napasnya terengah seperti baru saja menyaksikan kiamat.

“T-Tuan Leonard! Ini… gawat!” serunya panik.

Leonard menoleh tajam, tatapannya seperti pisau yang siap mengoyak.

“BICARALAH!” raungnya. “Jangan hanya berdiri di sana seperti idiot!”

Asisten itu menelan ludah keras, tangannya gemetar memegang tablet berisi laporan lapangan.

“Tempat… tempat rumah sakit yang dituju Crane… hancur total, Tuan,” katanya terbata-bata. “Area sekitarnya juga berantakan… seperti baru saja terjadi pertempuran yang dahsyat.”

Ruang itu langsung dipenuhi keheningan yang mencekam. Kevin membuka mulutnya sedikit, namun tak sanggup mengeluarkan suara. Leonard berdiri tegak, bahunya bergetar menahan emosi yang menggelegak.

“Lalu!?” Leonard meraung. “Di mana mereka!? Apa yang dilakukan dua orang itu!?”

Asisten itu hampir jatuh berlutut karena takut.

“Mereka… mereka mati, Tuan,” suaranya nyaris tak terdengar. “Tubuh mereka… tercerai-berai… tak lengkap.”

BRUAAAKK!

Suara pecahan kayu menggema ketika Leonard melempar meja kerjanya ke dinding. Meja itu hancur berkeping-keping, serpihannya beterbangan ke udara. Kevin tersentak mundur ketakutan, sementara asisten langsung berlutut.

“DASAR BAJINGAN TIDAK BERGUNA!” teriak Leonard, nadanya seperti auman binatang buas. “Percuma saja aku membayar mereka mahal kalau akhirnya mereka mati seperti anjing liar!”

Tangannya yang berotot mengepal begitu keras hingga buku-buku jarinya memutih. Matanya menyala penuh kebencian dan amarah.

“Apakah kau tahu siapa yang melakukan ini!?” tuntutnya.

Asisten itu menggeleng cepat-cepat, keringat bercucuran.

“S-sampai sekarang… kami masih mengumpulkan petunjuk,” jawabnya, suaranya bergetar seperti akan menangis. “Namun… bisa diasumsikan… bahwa ini adalah ulah salah satu Hunter Rank S.”

Ucapan itu seperti petir yang menyambar ruangan.

Kevin terbelalak, sementara Leonard membeku di tempatnya. Hening yang mengerikan turun sesaat sebelum suara geram Leonard kembali menggema.

“RANK S!?” suaranya begitu keras hingga lampu gantung di atas mereka bergetar. “Siapa yang berani mengganggu ku!? Siapa yang cukup gila untuk menentang Leonard!? SIALAN!”

Ia berjalan mondar-mandir dengan langkah berat, napasnya memburu seperti hewan buas yang kehilangan mangsa.

“Pertama, gelandangan itu mengacaukan rencanaku… sekarang, Hunter Rank S ikut campur!?” Leonard memukul dinding marmer, dan retakan langsung menjalar di permukaannya.

Kevin akhirnya memberanikan diri untuk bicara, mencoba meredakan kemarahan ayahnya.

“Ayah, tenanglah. Kita bisa mencari tahu siapa—”

PLAK!

Tangan Leonard mendarat keras di pipi Kevin, suara tamparan menggema di ruangan.

Kevin terjatuh ke lantai, darah menetes dari sudut bibirnya. Ia memandang ayahnya dengan mata berkaca-kaca, tubuhnya gemetar tak berdaya.

“A-ayah…”

Leonard berdiri di atasnya seperti raja yang murka.

“KALAU BUKAN KARENA ULAHMU!” raungnya. “Aku tidak akan menderita keruh seperti ini! Semua kekacauan ini bermula dari kelakuanmu yang CEROBoh, dasar anak bodoh!”

Kevin terdiam. Hatinya hancur, namun ia terlalu takut untuk membalas. Ia hanya menggertakkan gigi, menahan rasa sakit di pipinya dan di dadanya yang sesak.

Leonard menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya. Ia berbalik, menatap asistennya dengan dingin.

“Apakah Alexander sudah tiba?” tanyanya, suaranya kini rendah namun penuh tekanan mematikan.

Asisten itu buru-buru mengangguk.

“I-iya, Tuan. Namun… saat ini dia sedang menghadiri rapat dengan Presiden Asosiasi dan para Hunter Rank S lainnya.”

Leonard terdiam sejenak, matanya menyipit.

“Rapat, ya…,” gumamnya pelan namun penuh amarah yang ditahan.

“Mulai dari gelandangan itu… sekarang Hunter Rank S ikut campur. Apa martabatku sudah jatuh begitu rendah… sampai aku tidak lagi ditakuti?”

Tangannya mengepal erat.

“Aku ingin tahu… siapa yang berani mengusikku dari balik bayangan.”

Kevin yang masih di lantai menatap ayahnya dengan takut sekaligus bingung.

“Ayah… apakah kau pikir ini ada hubungannya dengan keluarga besar Hunter Rank S lain?”

Leonard menoleh, tatapannya membuat Kevin segera menutup mulut.

“Jika memang ada yang mencoba menjatuhkanku… aku akan menghancurkan mereka,” katanya penuh kebencian.

“Bahkan jika aku harus menantang seluruh asosiasi, aku tidak akan mundur.”

Asisten itu menelan ludah, lalu memberanikan diri bicara.

“T-tuan Leonard… apa perintah Anda selanjutnya?”

Leonard menatap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota di bawah. Cahaya lampu kota memantul di matanya yang dipenuhi amarah dan ambisi.

“Kerahkan semua informan. Aku ingin tahu setiap detail tentang pertempuran itu. Siapa pun yang terlibat… aku ingin namanya, wajahnya, dan darahnya.”

Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara penuh ancaman.

“Jika memang benar itu ulah Hunter Rank S… maka aku akan membuat dunia ini ingat kembali siapa Leonard.”

1
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!