Aisya Humaira gadis berjilbab dengan sejuta pesona, harus menelan pil pahit karena tiba-tiba calon suaminya memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah di depan mata.
Hanya karena ia di nyatakan mandul, dan ternyata semua ini ulah dari Riska sahabat masa kecil dari calon suaminya sendiri.
Setelah mencampakkan Aisya, Adriansyah Camat muda yang tampan itu malah melanjutkan pernikahannya dengan Riska.
Aisya akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota, karena tidak sanggup menahan malu setelah pernikahannya batal.
Hingga membawa Aisya pada sosok Satria Pratama Dirgantara. Seorang Komandan Elita yang sedang dalam penyamaran sebagai Kakek-kakek karena satu alasan.
Satria melamar Aisya dengan tetep menyamar sebagai seorang Kakek.
Apakah Aisya akan menerima si Kakek menjadi jodohnya di saat seorang Camat baru saja mencampakkan durinya?
Bagaimana Perjuangan Satria dalam mengejar cinta Aisya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya langsung baca aja ya kakak. Happy reading semua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Para tamu undangan yang duduk di sekitar Riska dan Adrian langsung menoleh ke arah keduanya. Adrian yang tadinya sempat memegang tangan istrinya akhirnya ikut hilang keseimbangan, karena berusaha menahan dan menarik Riska yang hampir jatuh dari kursi.
Akhirnya Riska benar-benar ambruk ke lantai, kursinya ikut miring dan ikut menimpanya. Di tambah Adrian yang jatuh di atas kaki Riska. Kasian sekali Riska udah jatuh! Eh malah ketiban suaminya lagi.
"Eh, aduh kenapa pak Camat?" tanya salah satu tamu yang duduk di sisi Adrian dengan wajah terkejut.
Salah satu tim wedding organizer yang melihat kejadian itu langsung menghampiri posisi keduanya yang kini sudah tergeletak di atas karpet. "Apa bapak nggak apa-apa?" tanya salah satu staf wedding organizer sambil ikut membatu Adrian berdiri.
"Aw!... " Adrian merintih. Kakinya sempat tersandung tiang tenda saat mencoba menahan tubuh Riska yang oleng.
"Kita bopong aja ke tenda belakang. Jangan sampai acara lamaran ini terganggu!" titah salah satu staf EO yang lain yang baru tiba.
Akhirnya Riska digotong beberapa staf di bawa ke tenda lain, tempat para tim wedding organizer beristirahat.
Adrian mengekor dari belakang dengan langkah tertatih. Dia tak sanggup kalau harus menggendong Riska sendirian di saat kakinya sedang berdenyut nyeri.
Sampai di tenda. "Riska bangun!" panggil Adrian saat Riska sudah di tidurkan di atas karpet.
Satu orang staff mencoba mengipasi Riska dengan kipas seadanya.
"Apa ada yang bawa minyak kayu putih?" tanya staff yang lainnya.
"Bentar di cari dulu!" seru rekannya yang lain.
Tim wedding organizer jadi menambah kesibukan gara-gara Riska. Sementara acara lamaran Satria dan Aisya tetap berlangsung di tenda utama.
"Istrinya kenapa sampai pingsan, Pak?" tanya seorang staff yang akhirnya mendapatkan minyak kayu putih.
"Nggak tahu, mungkin kecapean aja," jawab Adrian yang ikut bingung kenapa Riska pingsan.
Gak tahu aja Adrian jika istrinya pingsan karena sedang mengalami syok terapi he he.
Dari tenda utama keluar salah satu tetangga pak Camat. Dia ingin memastikan keadaan Riska.
"Gimana Riska, masih belum sadar ya Pak Camat?"
"Belum nih," jawab Andria panik.
Staff masih berusaha membangunkan Riska. Dengan mengoleskan minyak kayu putih di pelipis Riska dan mendekatkan minyak itu di hidung.
"Augh!" lirih Riska pelan-pelan matanya terbuka. Tubuhnya terasa lemas. Hingga pandangannya menangkap sosok suaminya dan seorang tetangganya.
"Mas Adrian ...," panggilnya lemah.
"Riska, akhirnya kamu sadar juga," seru Adrian merasa lega lalu gegas membantu Riska bangun dan duduk sambil bersandar di tiang tenda.
"Ayo minum dulu, Bu," ujar salah satu tim EO sambil menyerahkan satu botol air mineral.
"Gimana, udah enakan Riska?" tanya tetangganya.
"Lemes, Bu!" ucap Riska yang lagi kacau dan patah hati. Perasaannya kini tak karuan. Ingin rasanya ia teriak sekencang mungkin tapi sadar diri jika sekarang berada di tempat yang ramai.
"Ayo sini aku bantu. Sayang banget loh! Kalo kamu nggak balik ke tenda utama. Acara udah mulai dari tadi," ajak tetangga itu dengan antusias.
"Nggak ah, aku mau duduk di sini aja, Bu," tolak Riska yang merasa tak kuat jika harus melihat kebahagiaan Aisya. Apalagi ternyata Aisya bersanding dengan Satria Pratama Dirgantara sekarang komandan elit lagi.
"Istirahat sambil duduk di tenda utama aja Riska! Seru tahu acaranya. Hantarannya itu loh! Semua bareng branded, Riska! Ada perhiasan berliannya satu set full, Terus bajunya dari terkenal di ibu kota loh! Belom lagi hantaran yang lainnya. Duh, apa ya amalan si Aisya sampai bisa dapat jodoh anak konglomerat," decak kagum tetangganya dengan penuh semangat bercerita apa yang ia lihat. Tidak tahu aja kalau ceritanya malah menambah pusing kepala Bu camat.
"Dirgantara?" lirih Riska semakin lemas rasanya setelah mendengar ucapan sang tetangga.
"Iya, Riska. Tadi kan aku sempet nanya sama si Rani, sahabatnya Aisya. Ternyata calon suaminya Aisya tuh bukan cuma putra jendral tapi juga pewaris perusahaan Dirgantara grup juga." tambahnya yang masih semangat bercerita.
"Kan kamu kerja di Jakarta, pasti tahu dong sama perusahaan Dirgantara grup. Aku sendiri sudah cek loh di internet. Eh ternyata bener ada perusahaan Dirgantara. Ternyata perusahaan mereka masuk dalam tiga pengusaha terkaya dari Asia, Riska! Kalau gak percaya nih lihat sendiri," ujarnya sambil mescrool layar ponselnya lalu mendekatkan ponselnya ke wajah Riska. Riska membaca setiap kata yang ada di layar ponsel tetangganya dengan teliti. Setelah membaca itu Riska rasanya seperti banyak bintang berputar di atas kepalanya.
"Jadi ... Satria konglomerat? Satria ternyata kapten? Putra jendral? Satria putra orang kaya raya masuk tiga besar Asia? Aaw! keluhnya sambil memegang kepalanya yang berdenyut.
"Brukk!" Riska jatuh pingsan lagi.
"Loh, Riska. Kenapa pingsan lagi?" tetangganya ikut panik.
Pak Camat menghela nafasnya. Dia masih lelah setelah pesta pernikahan mereka. Eh, istrinya pingsan dua kali di acara lamaran mantannya. Belum lagi hatinya tegah terbakar api cemburu karena Aisya malah dapat yang lebih baik darinya. Jujur masih ada sisa hatinya untuk Aisya di sana. Tapi sayang cintanya terhalang hasil tes kesehatan aja.
Para staf yang masih ada di dalam tenda kembali di buat sibuk bahkan mereka sampai harus pinjam bantal dari rumah warga yang ada di dekat tenda untuk Riska.
"Pingsan kedua kalinya pasti lebih lama bangunnya," seru tetangganya.
Riska pingsan karena tak bisa menerima kenyataan. Dia pikir dia yang menang ternyata dia kalah.
Di saat Adrian sibuk membangunkan Riska, acara di tenda utama masih berlangsung. Keluarga Dirgantara semuanya. Keluarga besar mereka jumlahnya puluhan, belum termasuk maid yang ikut dan juga barisan bodyguard yang tetap berjaga di tempatnya masing-masing.
Mata Aisya berkaca-kaca tapi sebisa mungkin dia tak menjatuhkan air mata. Kini Aisya dan Satria saling berhadapan. Satria sudah memegang kotak perhiasan di tangannya bukan cincin tapi kalung berlian yang sangat indah.
Umi dan Abi Aisya setia mendampingi putrinya. Mereka berdua masih belum percaya jika putrinya akan dilamar putra Konglomerat.
Satria sendiri didampingi Mommy Maria dan Daddy Dirgantara. Acara semakin berwarna dengan kehadiran para keponakannya yang hilir mudik berlarian ke sana kemari.
"Aisya Humaira, maukah kamu menerima lamaranku? Menjadi ibu dari buah hati kita kelak?" tanya Satria sedikit gugup.
Dwi dan Rani dari tempatnya duduk langsung memberi kode tanpa suara.
"Terima sya!"
"Ayo jawab!" tambah Rani gemas.
Bersambung ....
