Kinara Kinanti seorang perantau yang bekerja sebagai tim redaksi di sebuah kantor Berita di Kota Jayra. Ia lahir dari keluarga menengah yang hidup sederhana. Di jayra, ia tinggal disebuah rumah sewa dengan sahabatnya sejak kuliah yang juga bekerja sebagai seorang model pendatang baru, Sheila Andini. Kinara sosok yang tangguh karena menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya sakit. Ia harus membiayai pendidikan adik bungsunya Jery yang masih duduk dibangku SMA. Saat bekerja di kantor ia sering mewawancarai tokoh pengusaha muda karena ia harus mengisi segmen Bincang Bisnis di kolom berita onlinenya. saat itulah ia bertemu dengan Aldo Nugraha, seorang Pengusaha yang juga ketua komunitas pengusaha muda di kota Jayra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama Pindahan
Pesawat Aldo baru saja mendarat di bandara internasional Jayra. Aldo memesan taksi khusus di loket. Tak berselang lama, ia sudah sampai di apartemennya. Beberapa barang sudah sempat ia rapikan ke dalam kotak. Ia bergegas melanjutkan berkemas supaya bisa segera ke rumah sewa sebelum waktu wawancara sore nanti. Karena barangnya tak begitu banyak 2 jam kemudian dia sudah memanggil jasa angkut. Petugas membawa barangnya ke dalam truk besar satu persatu.
Tak butuh waktu lama, 30 menit kemudian truk itu berangkat. Aldo dengan motornya memandu jalan di depan. Jarak apartemen dan rumah sewa sekitar 30 menit. Untung saja kondisi lalu lintas cukup lancar saat itu hingga mereka bisa sampai sesuai waktu perkiraan. Aldo membuka pagar dan mengecek kunci dibawah pot bunga mawar putih. "Kenapa tidak ada?" gumam Aldo. Ia merogoh saku mengambil handphonenya lalu mencari kontak Kinkin dan mengirim pesan.
"Pak, maaf saya ambil kuncinya dulu ya tidak jauh, lupa ditinggal sama teman saya." Pekerja itu mengangguk mengerti. Aldo pergi ke rumah makan terdekat membelikan 5 bungkus makanan beserta minuman. Secepat kilat ia kembali menyerahkan makanan pada pekerja untuk istirahat makan siang sambil menunggu Aldo kembali membawa kunci. Aldo sebenarnya sedikit kesal dengan keteledoran kecil seperti ini, tapi ia berusaha maklum karena ia belum mengenal teman serumahnya ini. Aldo melihat share loc yang dikirim melalui pesannya. "ini bukannya kantor berita Kinara itu?" gumam Aldo heran. tapi ia tetap melajukan motornya menuju lokasi itu.
15 menit kemudian Aldo sampai, ia mengecek pesan.
Setelah mengebut, Aldo akhirnya sampai dirumah bertepatan dengan pekerja yang sudah selesai makan. Aldo membuka kunci, aroma wangi bunga tercium saat ia masuk. Dia cukup terkesan dengan kerapian dan kebersihan rumah ini. Apalagi disambut dengan aroma yang menyegarkan. Tak tampak seperti rumah kuno dan kumuh. Pekerja membawa masuk barang-barang Aldo ke dalam rumah. 30 menit kemudian barang-barang sudah berada di dalam rumah. Sofa, kulkas dan mesin cuci sudah diletakkan sesuai tempat yang diarahkan Aldo.
Ia cukup lama tinggal sendiri, sehingga terbiasa menata barang-barang rumah tangga layaknya perempuan. "Terima kasih ya pak, feenya sudah saya transfer ke rekening," ujar Aldo. Para pekerja berterima kasih dan ijin pamit pada Aldo. Aldo bernafas lega, akhirnya tinggal membenahi sedikit demi sedikit. Ia melihat jam ditangan kirinya, "Ah sudah jam 15.00." Aldo mencoba air di kamar mandinya dan membersihkan diri. 'Untung saja tadi sempat makan sambil menunggu pekerja selesai memasukkan barang. Kalau saja kuncinya tidak lupa diletakkan, pasti sudah selesai sejak tadi,' gerutunya dalam hati.
Kinara menatap jam didinding ruang kerja, ia langsung bergegas merapikan barangnya. "Ayu aku titip pesan untuk pak Lukman ya aku langsung pulang setelah mewawancarai Aldo," ujar Kinara. Tangannya tak berhenti bergerak membereskan barang yang akan ia bawa. "oke, jangan lupa ambil fotonya." Kinara mengangguk, lalu pergi menuju lift. Kinara menjawab telponnya yang berdering, "Baik pak tunggu sebentar, saya keluar." Ia setengah berlari menuju taksi yang sudah menunggu nya diluar. "Maaf pak." Kinara menutup pintu mobil. Taksi melaju ke kafe Whiz.
Jam 15.45 Kinara sudah sampai di kafe, ia duduk di meja yang sama saat wawancara sebelumnya. Ia membuka laptop dan mempelajari bahan wawancara sore ini. Tepat jam 16.00 Aldo dengan sikap dingin sudah sampai dihadapan Kinara. "Selamat sore pak Aldo, silahkan duduk" Kinara tidak mengulurkan tangannya kali ini karena tak mau malu dua kali. "Maaf sebelumnya saya terlupa mengambil foto Pak Aldo, bolehkah saya foto dulu sebelum kita memulai wawancaranya?" ijin Kinara. Aldo tampak sedikit terkejut, tapi dengan dingin ia mengangguk mengijinkan. Kinara lalu mengambil beberapa foto dengan pose duduk dan berdiri menggunakan kamera khusus milih kantor. "Terima kasih Pak Aldo. Maaf sekali menyita waktunya. Kita mulai wawancaranya ya Pak." Aldo hanya mengangguk.
Kinara menyalakan perekam audio dari handphonenya dan memulai wawancara. Aldo menjawab dengan lugas, kecerdasan nampak dari pemilihan kata yang ia gunakan. Tidak menggunakan istilah-istilah sulit. Cukup mudah dipahami dan komunikatif. Sebenarnya Kinara cukup terganggu dengan wajah tampannya, hanya saja ia berusaha menahan diri dan tetap fokus. Kinara akhirnya menutup sesi wawancaranya setelah 60 menit penuh mendengar jawaban dari Aldo. "Baik pak Aldo, saya rasa cukup untuk wawancara hari ini. Saya mohon maaf sekali lagi karena menyita waktu pak Aldo karena harus dua kali bertemu saya," ujar Kinara sungkan. "Maaf boleh saya pesan minuman?" tanya Aldo. "Ah maaf Pak, saya lupa."
Kinara memanggil pelayan dan menawarkan menu pada Aldo. "Silahkan Pak Aldo." Pelayan mencatat pesanan Aldo. Pelayan pergi setelah mengulang menu pesanan mereka. 'Tidak disangka sebanyak itu menu yang dia pesan, semoga saja saldo direkeningku cukup,' keluh Kinara dalam hati. "Mba Kinara, maaf apa di kantor anda ada karyawan yang bernama Kinkin?" tanya Aldo tiba-tiba. Kinara terdiam nampak berpikir, "Setahu saya di departemen saya tidak ada Pak Aldo, tapi ada kemungkinan dari departemen lain," jawab Kinara. Aldo mengangguk mengerti. 'Kenapa namanya seperti nama panggilan Sheila untukku?' benak Kinara.
Kinara dan Aldo sama-sama diam. Mereka merasa agak canggung karena tidak ada bahan obrolan lain. Kinara memainkan gelas didepannya. Aldo mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. pesanan mereka akhirnya datang. "Silahkan dinikmati pak Aldo," ujar Kinara. Aldo hanya tersenyum dan mengangguk. 'Kenapa harus senyum sih? jantungku terasa berhenti' benak Kinara. Sambil menggulung spaghetti dihadapannya dan memakannya perlahan.
Aldo melap mulutnya dengan tisu dan menghabiskan minuman didepannya. Lalu bangkit dari kursinya. "Saya pamit duluan Mba Kinara." Kinara mengangguk. "Baik Pak Aldo Hati-hati dijalan," sahut Kinara. Ia juga bergegas merapikan barang-barang nya. "Berapa mba billnya?" tanya Kinara setelah pelayan menghampirinya. "Oh sudah dibayar bapak yang tadi kak," ujar pelayan itu. Kinara tertegun. "Benar sudah dibayar?" Kinara masih tak percaya. "Iya kak, sudah dibayar" ujarmya mengulang. Kinara keluar kafe dengan rasa malu, "Pantas saja dia tersenyum saat aku mempersilahkannya makan, sejak awal dia sudah berniat membayar sendiri pesanannya. Kenapa juga aku ikut pesan makanan," rutuk Kinara pada dirinya. Tak lama menunggu, Busnya datang. ia bergegas naik dan mencari kursi dipinggir jendela. ia bersandar lelah pada jendela.
Aldo sudah sampai dirumah. Ia memarkirkan motornya di pekarangan samping yang tak terlihat. Aldo meletakkan box kue ikan yang baru ia beli seperjalanan menuju rumah. Ia berniat membagi kue itu sebagai ucapan terimakasih untuk penghuni lama. Aldo berganti pakaian, mencoba menata barang, merapikan tempat tidur dan menyusun buku didalam kamar. "Cekrek," suara pintu depan dibuka oleh seseorang. "Ah dia sudah datang," gumam Aldo. Ia keluar kamar bermaksud menyambut penghuni lama, saat menatap orang yang masuk. "Kamu?!?" ujar Aldo dan Kinara bersamaan.