NovelToon NovelToon
Bukan Upik Abu

Bukan Upik Abu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:819
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Mereka melihatnya sebagai Upik Abu. Mereka salah besar. Regina adalah CEO muda yang menyimpan rahasia besar. Di rumah mertua, ia menghadapi musuh yang tak terlihat dan cinta yang diuji. Mampukah ia mengungkap kebenaran sebelum terlambat? Ataukan ia akan kehilangan segalanya? Kisah tentang cinta, keluarga, dan rahasia yang bisa mengubah takdir seseorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Upik Abu 21

Regina terpaku melihat Bima, suaminya, tengah bermesraan dengan wanita lain. Kakinya terasa berat, namun ia paksakan untuk menghampiri keduanya.

Seolah tak kasatmata, Bima dan wanita itu tak menyadari kehadirannya. Regina, dengan suara bergetar menahan tangis, akhirnya berteriak, "Bima! Kamu? Dia?" Air matanya mulai mengalir deras, membasahi pipinya.

Regina berlari secepat mungkin, meninggalkan pemandangan yang menghancurkan hatinya. Namun, di sudut matanya, ia melihat Bima. Suaminya tidak berusaha mengejar nya. Bima tetap di sana, tenggelam dalam dunianya bersama wanita itu, seolah Regina hanyalah debu yang tertiup angin.

Regina tersentak bangun, napasnya masih memburu. Ia menelisik sekeliling ruangan, dinding putih, bau obat, dan selang infus yang menempel di tangan kanannya. Ini rumah sakit. Matanya kemudian tertuju pada Bima yang tertidur pulas dengan kepala di pahanya.

Perlahan, Regina mengangkat tangannya, niatnya ingin mengusap rambut suaminya. Namun, bayangan mimpi tadi menyeruak, menghancurkan kelembutan yang hendak ia berikan. Tangannya kembali jatuh, ia memilih bersandar pasrah.

Tak lama, Bima menggeliat dan membuka mata. "Sayang, kamu sudah bangun?" ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur, sembari mengucek matanya. Tanpa menunggu jawaban, Bima bangkit dan melangkah menuju kamar mandi di dalam ruangan itu.

Bima keluar dari kamar mandi dengan wajah yang tampak lebih segar. Ia meraih segelas air putih di meja, lalu menyodorkannya pada Regina. Dengan ragu, Regina menerima gelas itu dan meneguk airnya perlahan.

Regina menghabiskan segelas penuh air putih itu dalam sekali teguk, seolah dahaga yang ia rasakan tak tertahankan. Bima memperhatikannya, lalu terkekeh, "Haus ya, Sayang?" ujarnya.

Bima mengulurkan tangannya, mengambil gelas kosong itu dan meletakkannya kembali di atas meja. Ia lalu duduk di kursi yang tadi ia tempati.

 Dengan lembut, Bima menggenggam erat tangan Regina, membawanya ke pipinya. "Kamu tadi kenapa, Sayang? Maaf, aku terlalu sibuk mengurus pekerjaan kantor, jadi melupakanmu," ucap Bima dengan nada penuh penyesalan.

Regina menarik tangannya dengan kasar dari pipi Bima. Mimpi itu masih membekas, membuatnya sulit untuk bersikap biasa. Bima tampak heran dengan reaksi istrinya. "Ada apa? Kenapa? Bicaralah, Sayang," bujuk Bima lembut.

Regina menatapnya ragu. "Apa aku boleh cerita? Aku bermimpi..." ucapnya lirih. Bima mengangguk, namun Regina kembali terdiam, seolah kata-kata itu sulit untuk diucapkan.

Bima menghela napasnya. "Nanti saja kalau kamu sudah siap bercerita. Aku siap mendengarkanmu," ucap Bima sambil mengelus lembut kepala istrinya.

Tiga hari berlalu, dan akhirnya dokter mengizinkan Regina untuk pulang. Rizky dan Alan sudah tiba di rumah sakit untuk menjemput adik mereka. Orang tua Regina sendiri sudah kembali ke Indonesia beberapa hari lalu, perusahaan mereka di Indonesia membutuhkan perhatian Adhi, sang ayah, untuk mengurusnya.

Nathan saat ini sedang menghadiri rapat penting, sementara Megan masih disibukkan dengan pekerjaannya. Meghan tengah mengelola cabang perusahaan yang berada di selatan kota London. Perusahaan di London semakin berkembang pesat berkat kontribusi Regina.

Bima tengah asyik berkutat di dapur, menyiapkan makan malam. Regina, yang dilarang menyentuh pekerjaan rumah oleh Bima, merasa bosan terkurung di kamar. Tiba-tiba, getaran ponsel Bima di atas meja mengejutkannya. Ia menoleh, menatap benda pipih itu dengan rasa penasaran yang bercampur was-was.

Di layar ponsel, tertera sebuah pesan dari Riana "Hai, apa kabar? Bisakah kamu pulang sekarang?"

Jantung Regina berdegup kencang. Ia terkejut, sekaligus curiga. Untuk memastikannya, Regina meraih ponsel itu. Dibukanya pesan tersebut. Hanya ada satu pesan itu. Mungkin Bima sudah menghapus semua pesan lainnya. Bayang-bayang mimpi buruk kembali menghantui pikiran Regina, membuatnya semakin gelisah.

Pintu kamar terbuka, dan Regina dengan sigap meletakkan kembali ponsel Bima ke tempat semula. Bima masuk, membawa nampan berisi makanan dan dua gelas air putih. "Ayo makan," ajak Bima lembut.

Regina segera menghampiri Bima. Rupanya, Bima telah menyiapkan ayam goreng ketumbar dan capcay. Namun, Regina tampak ragu untuk menyentuh masakan itu. Bima menyadari ada sesuatu yang berbeda pada istrinya. Dengan hati-hati, ia mencoba menyuapi Regina.

Regina membuka mulutnya perlahan dan menerima suapan itu. "Enak?" tanya Bima, menanti jawaban. Regina mengunyah perlahan, lalu mengangguk kecil.

Keduanya makan dalam keheningan, hanya suara dentingan sendok yang sesekali memecah kesunyian. Setelah selesai, Bima membereskan semua peralatan makan kotor dan membawanya ke dapur. Ia tampaknya langsung mencuci piring-piring itu, karena cukup lama ia tak kembali ke kamar.

Regina, masih dirundung rasa penasaran, meraih kembali ponsel Bima. Matanya tertuju pada nomor pengirim pesan di ponsel suaminya. Nama kontaknya terasa begitu akrab, namun pikirannya berpacu, berusaha keras mengingat dari mana ia mengenalnya.

Sebuah ingatan akhirnya menyeruak Riana, nama mantan kekasih Bima di kampung halaman.

Regina mengangguk pelan. Sebuah kesadaran pahit mulai merayap dalam hatinya. Mungkinkah Bima ingin kembali menjalin kasih dengan Riana, cinta lamanya?

Tanpa disadarinya, Bima telah berdiri di ambang pintu. "Sayang?" panggil Bima lembut. Regina terkejut dan secara refleks melemparkan ponsel Bima, tepat mengenai hidungnya. Pria itu meringis, memegangi hidungnya yang terasa nyeri.

Bima merasakan cairan hangat mengalir dari hidungnya. Merah. Regina terkejut melihat darah di tangan suaminya. Matanya membulat, perlahan ia mendekati Bima.

Wajahnya sendu, dihiasi penyesalan. "Ma... maaf," ucap Regina lirih. Bima tersenyum kecil, berusaha menenangkan istrinya. Ia meraih tisu dan menyumpal hidungnya.

"Kenapa kamu?" tanya Bima sambil berjongkok. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di lantai. Di layar, nama Riana terpampang jelas.

Bima tidak terkejut. Belakangan ini, Riana memang sering mengiriminya pesan aneh. Sebenarnya, Bima merasa bersalah karena belum menceritakan hal ini pada Regina, istrinya. Regina baru saja pulih, dan Bima tidak ingin istrinya kembali stres.

"Riana?" ucap Bima. Regina mengangguk. Bima meletakkan ponselnya di meja, bersebelahan dengan ponsel Regina. Pria itu meraih tangan istrinya dan menciumnya.

"Maaf, aku belum cerita tentang Riana. Memang belakangan ini dia sering mengirimiku pesan, tapi aku tidak pernah membalasnya, bahkan langsung menghapusnya." Bima menarik napas perlahan. "Aku nggak mau kamu kembali stres. Kamu sudah susah payah pulih setelah kejadian itu," ucap Bima dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Regina melihat ketulusan di mata Bima. Ia meraih tengkuk suaminya dan memeluk tubuh itu, tubuh kekar yang selama ini menjadi perisainya, tempat ia berlindung. Tubuh kekar itu perlahan bergetar.

Bima meremas baju bagian belakang Regina, seolah ia tengah mengeluarkan emosinya yang selama ini ia pendam. Regina mengelus punggung suaminya dengan lembut, menenangkan badai yang bergejolak dalam diri pria yang sangat dicintainya.

Regina kini menyadari kesalahannya, kehilangan anak mereka juga bukan kesalahan Bima, tapi ini sudah menjadi takdir dari sang pemilik hidup.

Bima melepaskan pelukan ia menatap wajah istri nya, Regina tersenyum manis, sangat manis hingga membuat para pembaca terkena diabetes berjamaah.

1
🚨🌹maly20🌹🏵️
Bagus banget nih novel, author terus berkarya ya!
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 terimakasih ❤️
total 1 replies
Azure
Endingnya puas. 🎉
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 kalau kakak puas 😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!