NovelToon NovelToon
TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu / Kekasih misterius
Popularitas:456
Nilai: 5
Nama Author: nandra 999

Sebuah kisah tentang cinta yang berubah menjadi jeruji. Tentang perempuan yang harus memilih: tetap dalam pelukan yang menyakitkan, atau berjuang pulang ke dirinya sendiri.
Terjebak di Pelukan Manipulasi menceritakan kisah Aira, seorang perempuan yang awalnya hanya ingin bermitra bisnis dengan Gibran, pria karismatik .

Namun, di balik kata-kata manis dan janji yang terdengar sempurna, tersembunyi perangkap manipulasi halus yang perlahan menghapus jati dirinya.

Ia kehilangan kontrol, dijauhkan dari dunia luar, bahkan diputus dari akses kesehatannya sendiri.

Ini bukan kisah cinta. Ini kisah bagaimana seseorang bisa dikendalikan, dikurung secara emosional, dan dibuat merasa bersalah karena ingin bebas.

Akankah Aira menemukan kekuatannya kembali sebelum segalanya terlambat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nandra 999, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

– Bab 3 "Sayang" yang Mengikat

"Aku mencintaimu."

Kata yang dulu membuatku tersenyum, kini membuatku sulit bernapas.

Sejak kejadian malam itu, aku semakin berhati-hati.

Setiap kata yang keluar dari mulutku terasa harus melalui sensor.

Setiap ekspresi harus dipilih. Bahkan saat aku diam, Gibran masih bisa menafsirkan sesuatu yang salah.

Gibran:

"Kamu lagi mikirin orang lain, ya?"

Aira:

“Enggak… aku cuma kepikiran kerjaan kita yang belum jalan.”

Gibran: (mendekat, menatap tajam)

"Kamu tuh susah banget buat percaya sama aku. Aku tuh laki-laki yang udah buang ego buat kamu. Tapi kamu? Kamu kayak gak pernah cukup puas."

Dan setiap kalimatnya selalu ditutup dengan pelukan.

"Tapi aku tetap sayang kamu. Nggak tahu kenapa, walau kamu nyakitin aku begini, aku masih nggak bisa ninggalin kamu."

Lucu.

Padahal akulah yang selalu merasa tersakiti, tapi dia yang bilang disakiti.

Aku mulai bingung, siapa yang sebenarnya jahat?

Aku mencoba menulis diam-diam setiap malam. Bukan puisi, bukan catatan bisnis—tapi hanya baris-baris pengingat bahwa aku masih punya pikiran sendiri.

"Hari ini aku ingin tertawa tapi takut dikira meremehkan."

"Hari ini aku ingin diam, tapi dianggap menyimpan kebohongan."

Ponselku masih disimpan Gibran.

Akses ke psikiaterku sudah lama tak kulakukan.

Pesan yang kukirim ke sahabatku beberapa minggu lalu… belum pernah dibalas. Atau mungkin, memang tak pernah sampai.

“Aku mulai kehilangan arah, dan satu-satunya kompasku adalah orang yang menyesatkanku.”

Gibran semakin sering bicara tentang ‘kita’.

Tapi dalam ‘kita’-nya, hanya ada dirinya. Aku hanya pelengkap.

"Kita harusnya udah bisa besar sekarang, Air. Tapi kamu terlalu banyak drama. Kamu tuh harus berubah biar kita bisa maju."

"Aku sabar loh sama kamu. Gak semua laki-laki bisa terima cewek yang punya masa lalu kayak kamu."

Kata-kata itu tidak kasar. Tapi perlahan membuatku merasa kecil.

Dan setiap kali aku merasa ingin pergi…

Dia akan kembali bilang:

“Terserah kamu mau pergi, tapi ingat ya… gak semua orang bisa sayang kamu kayak aku.”

Dan aku percaya.

Bukan karena aku yakin, tapi karena aku tidak punya siapa-siapa lagi.

“Kata 'sayang' darinya bukan obat. Tapi racun manis yang membuatku tetap bertahan dalam kandang.”

Malam itu, seperti biasa, kami sedang duduk di ruang tengah.

Gibran menatap layar ponselnya sambil bertanya, setengah serius, setengah menggertak:

Gibran:

“Kamu tahu nggak, barang yang aku maksud kemarin tuh yang mana?”

Aku berpikir sejenak.

Kepalaku penuh dengan urusan pekerjaan rumah, belum lagi pikiranku tadi melayang ke keluargaku yang tak pernah kutemui lagi.

Aira:

“Yang dari supplier Jakarta, ya?”

Gibran: (diam beberapa detik, lalu mendekat cepat)

“Salah. Bukan itu.”

Aku langsung tersentak. Tapi belum sempat aku menjelaskan atau mengoreksi jawabanku…

Tangannya bergerak cepat.

Piring kecil yang tadi kubawa terjatuh, pecah di lantai.

Aku terlempar ke sisi meja, dan wajahku… terasa panas, sakit.

Aku terdiam. Dunia seolah membeku beberapa detik.

Gibran: (teriak keras)

“GAK SERIUS KERJA ITU NAMANYA! DIBIAYAI, DIKASIH RUMAH, TAPI NGGAK PAHAM APA-APA!”

Aku hanya bisa terisak. Tapi air mata pun terasa sia-sia.

Yang kudengar hanya gema suaranya, dan jantungku yang berdebar tak karuan.

Tubuhku gemetar. Bukan karena rasa sakit fisik semata,

tapi karena aku baru sadar… aku sedang tidak aman, di tempat yang disebut rumah.

Beberapa menit kemudian, seperti biasa, ia berubah.

Nadanya melembut. Tangannya menggenggam es batu, dan diletakkan di pipiku.

Gibran:

“Maaf ya, aku nggak tahu kenapa bisa kayak gitu. Aku cuma lagi tertekan. Aku butuh kamu ngerti aku, Air…”

Gibran: (berbisik pelan sambil memeluk)

“Kamu tahu nggak… kalau kamu pergi, aku bisa gila. Kamu itu hidupku.”

Dan aku, dengan tubuh yang masih berdenyut perih, hanya bisa mengangguk.

Karena jika aku tidak mengangguk, aku takut itu akan terjadi lagi… atau lebih buruk.

“Orang yang bilang mencintaiku, baru saja menghantamku. Tapi aku tetap tinggal. Apakah itu cinta… atau hanya ketakutanku sendiri yang menyamar?”

[To be continued...]

1
gaby
Jgn2 Gibran pasien RSJ yg melarikan diri.
gaby
Di awal bab Gibran selalu mengatakan cm Gibran yg mau menerima Aira yg rusak. Dan kata2 Aira rusak berkali2 di sebutkan di bab pertama. Maksud Rusak itu gmn y thor?? Apa Aira korban pelecehan atau korban pergaulan bebas??
gaby
Smangat thor nulisnya. Ternyata ini novel pertamamu di NT y. Tp keren loh utk ukuran pemula, ga ada typo. Dr awal bab aja dah menarik, Gibran si pria manipulatif
Robert
Suka banget sama cerita ini, thor!
nandra 999: Thks yeah 🥰
total 1 replies
Gấu bông
Terinspirasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!