Fadel Arya Wisesa, salah satu pewaris grup Airlangga Wisesa bertemu lagi dengan gadis yang pernah dijodohkannya. Dia Kayana Catleya, salah satu cucu dari grup Artha Mahendra.
Gadis yang pernah menolak untuk dijodohkan dengannya.
Saat tau sahabat gadis itu menginginkannya, Fadel dengan terang terangan mengatakan kalo Kanaya adalah calon istrinya di acara ulang tahun sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Restu
"Papa, bisa kah aku dijodohkan dengan Fadel?"
Hendra Wijaya menatap putrinya sambil membenarkan kacamatanya.
Putrinya datang lagi ke ruangannya setelah dia menitipkan berkas untuk Fadel.
"Kamu sudah menemui Fadel?"
"Sudah, Pa." Paramitha menatap ngga sabar pada papanya, karena belum menjawab permintaannya.
"Kamu suka dengan Fadel?"
"Bukan suka lagi, Pa. Aku sepertinya jatuh cinta dengan Fadel."
Hendra tersenyum sambil menghentikan pekerjaannya.
"Hubungan kamu sama direktur keuangan bagaimana?"
"Arka?" Matanya agak menyipit.
"Iya." Memang malam itu putrinya cukup terlihat jelas tertarik dengan Fadel. Tapi dia ngga menyangka karena putrinya sudah berhubungan dengan Arka.
"Dia bukan tujuanku lagi, Pa. Kalo bisa dapat Fadel, bukannya aku akan jadi istri konglomerat.'
Hendra tertawa mendengarnya.
"Arka juga kaya raya."
"Tapi kalah jauh, Pa, dibanding Fadel." Paramitha tetap ngotot.
"Kebahagiaan ngga bisa diukur dengan harta, sayang." Karena menurutnya Arka sudah cukup baik. Laki laki muda anak temannya itu sangat mencintai putrinya.
"Aku butuh yang lebih berharta, pa. Jadi kalo dia selingkuh, aku ngga rugi rugi amat."
Hendra terdiam, dia merasa tersindir.
"Papa dan mama kamu dulunya dijodohkan. Jadi kita ngga punya keterikatan cinta yang kuat," ngeles papanya membela diri.
"Karena itu aku ngga mau mengulang cinta mama dan papa," dengus Paramitha.
"Tapi Arka sepertinya sangat mencintaimu. Kamu ngga akan bernasib seperti mamamu." Papanya mencoba menasehati putrinya, walau dia tau ngga akan didengar karena putrinya sangat keras kepala.
"Aku akan membuat Fadel jatuh cinta denganku, Pa. Ngga akan sulit, aku sangat cantik."
Hendra tertawa, sudah memprediksi jawaban putri tunggalnya.
"Kamu memang sangat cantik, sayang."
"Papa ngga akan malu menawarkan aku sebagai calon istri Fadel. Lagi pula papa pengacara keluarganya."
"Baiklah. Nanti akan papa bicarakan pada papanya Fadel," janjinya.
Wajah Paramitha menjadi sumringah mendengarnya.
"Tapi kalo ditolak, kamu jangan terlalu kecewa."
Wajah Paramitha langsung merengut.
"Kenapa papa ngga yakin begitu? Fadel pasti bisa aku taklukan, Pa!"
Hendra tersenyum.
"Papa hanya ingin kamu bersiap untuk kemungkinan terburuk." Hendra tertawa melihat wajah cantik putrinya yang semakin merengut."
*
*
*
Ketika Fadel baru saja tiba di rumah, Emir langsung merengkuh putranya ke ruang tamu.
"Baru pulang?" tanya Emir kasian melihat wajah lelah putranya. Sudah pukul sepuluh malam.
"Tadi ketemu beberapa.klien, Pi."
Emir mengangguk.
"Ada apa, Pi?" Fadel yakin mereka akan terlibat dalam obrolan serius.
Fadel agak terkejut melihat ada maminya juga di sana. Kelihatannya kedua orang tuanya memang sudah menunggu kedatangannya.
"Sudah makan?" tanya Kamila lembut.
"Sudah mam."
Fadel mengambil tempat duduk di samping maminya dan langsung menyandarkan kepalanya di lengan wanita paling cantik yang sudah melahirkannya
"Kamu harus cepat nyari istri. Itu istri papi loh," komentar Emir dengan senyum miringnya.
Kamila tertawa pelan sambil mengusap rambut putranya membuat Fadel tersenyum
Fadel memang lebih manja dari pada Fathir, kembarannya.
"Papi punya info penting buat kamu."
"Ada klien baru lagi, Pi?"
"Bukan urusan kerjaan," kilah maminya lembut disertai tawa.
Fadel menatap wajah maminya. Terlihat bahagia.
Seakan tau kalo Fadel butuh jawaban, Kamila segera berkata.
"Tentang Kay."
Fadel ngga bisa menyembunyikan kekagetannya. Dia reflek menegakkan tubuhnya.
"Namanya punya efek juga, ya, di hati kamu," decih Emir dengan senyum miringnya.
Fadel batuk batuk sebentar
"Mau minum, sayang," tanya Kamila-maminya lembut.
"Pengalihan itu, sayang," tawa Emir berderai.
Kamila juga ikut tertawa.
Fadel mengutuk gerak refleknya yang di luar sangkaannya. Terlalu responsive.
"Papi sama mami mau ngomong apa soal Kayana?"
"Cieee.... Lumayan lengkap juga nyebut namanya," ledek Emir tambah berderai.
Kamila memberikan isyarat mata pada suaminya agar berhenti menjahili putra mereka.
"Oke, oke......"
Fadel menahan ekspresi datarnya.
"Ini bocoran penting dari calon besanmu, Om Farel. Katanya Kayana udah suka sama kamu. Gimana? Top, kan, info dari calon mertuamu....."
DEG
Benerkah?
"Kayana belum tau sampai sekarang kamu tunangannya. Om Farel mau kamu berusaha lebih keras lagi. Ya, manas manasin Kayana boleh juga," kekeh Emir.
"Tapi jangan kebablasan." Kamila memberi ingat.
Emir melirik putranya yang bibirnya berkedut, walaupun putranya pasti sudah berusaha menahannya.
Dia sangat mengenal Fadel. Juga Fathir. Sebagai daddy, dia sangat dekat dengan kedua putra kembarnya.
"Kamu harus gerak cepat, Del. Pasti Kayana juga banyak yang naksir. Jangan sampai Kayana lepas dari tangan kamu sementara restu daddynya udah kamu genggam," tukas Emir sangat serius.
"Calon mantu mami jangan sampai lepas, ya, Del." Kamila tersenyum manis.
Fadel menoleh ketika tangannya digenggam erat maminya.
"Mami tau kamu masih marah karena Kayana pernah nolak kamu dulu. Maklumi aja, dia belum lihat foto kamu, belum tau siapa kamu. Mungkin juga saat itu Kayana shock, maminya tiba tiba telpon mau ngejodohin kalian," senyum Kamila bijak.
Lagi pula waktu itu hanya ngobrol santai antara mereka berempat. Terutama Emir yang sudah lama ngga bertemu Farel-daddy Kayana.
Tapi dirinya telanjur menganggapnya serius dan mengatakan pada semua anggota keluarganya.
Sayangnya waktunya kurang tepat dan Kayana menolak.
Kinara dan Farel meminta penundaan. Semuanya sudah setuju, tapi sayangnya penolakan Kayana terhadap Fadel malah jadi bahan candaan ledekan para keponakannya.
Mungkin karena itu Fadel agak ogah ogahan dengan perjodohan ini lagi.
Emir tersenyum mendengar ucapan istrinya.
"Dia shock karena sepupu sekaligus sahabatnya menikah dalam waktu singkat," tambah Emir.
Fadel yang awalnya menatap maminya, kini beralih pada papinya. Tatapnya penuh tanya.
"Kamu tau Shakti, kan?"
Fadel mengangguk.
Duda yang sudah menikah lagi, batinnya.
"Dia bercerai dan nggak lama kemudian menikah dengan Abigail. Kayana merasa kehilangan, karena dia hanya selalu bersama Abigail," sambung Emir.
Bisa dimaklumi, batin Fadel. Tapi tetap saja penolakan itu melukai harga dirinya.
Semua sepupunya yang selalu menolak kalo mau dijodohkan. Tapi dia malah ditolak.
Mungkin dia akan bermain sebentar untuk menguji perasaan gadis itu padanya.
Lagipula Om Farel ngga bakalan marah juga.
Fadel menahan senyum miringnya
*
*
*
Hendra memenuhi janjinya pada putrinya.
Pagi ini dia berhasil mengajak Emir untuk ngopi.
"Pasti ada yang mau kamu bicarakan," tebak Emir, setelah mereka berdua menyesap kopi masing masing.
Hendra tertawa.
"Ketahuan, ya."
"Begitulah."
Beberapa saat kemudian setelah tawa keduanya terurai.
"Aku punya permintaan yang agak berat."
"Apa itu?" Dalam hati Emir mencoba menebak.
"Putriku. Dia ingin berkencan dengan putramu."
Emir tersenyum lebar.
"Dengan Fadel?"
"Siapa lagi. Kalo Fathir sudah menikah."
Emir terkekeh pelan.
"Aku terserah Fadel saja. Oh ya, sebenarnya Fadel sudah aku jodohkan."
"Dengan siapa?" Hendra ngga terlalu kecewa karena sudah menduganya.
"On process. Nanti kalo sudah pasti, akan aku katakan."
"Jadi belum pasti maksudnya?" Hendra merasa ada celah untuk putrinya
"Begitulah. Mereka saling denial."
Hendra tertawa.
"Oke, jadi kamu ngga keberatan kalo putriku mencoba peruntungannya?"
Emir ganti tertawa.
"Tidak sama sekali." Dalam hati Emir, dia ingin menguji ketahanan hati Fadel terhadap Kayana.
pada demen banget sich ngerjain
si Kayana.......
anak orang udah seteresssss itu....
maju mundur kena......
perang hati dan logika ga sinkron.. sinkron...
bisa bisa kurus kering tuh anak orang....
trik...trik diet mah....lewaaaatt......😁😁😁
fadelllllllllll fadellll tunangan munkayanaa.. kapan sih kayana tauuuu....