Istri Culun Badboy Tengil

Masih di posisi yang sama. Elang mengerutkan keningnya bingung, begitupun dengan Kia.

"Naya? Siapa?"

"Lo kenal dia?" tanya Elang sambil menatap istrinya penuh tanda tanya.

Kia menggeleng pelan, "Enggak."

"Ah ya gue salah, lo culun. Gak selevel sama dia!" ujar Bhaskara menatap tak suka, lalu beralih menatap Elang penuh permusuhan.

"Selera lo rendah!" sindirnya.

Elang menatapnya datar, lalu menarik lengan Kia mengajaknya pergi. Saat melewati Bhaskara, dengan sengaja menubruk pundaknya cukup keras.

"Sialan! Urusan kita belum selesai!"

Elang mengangkat tangannya dan memberikan jari tengah membentuk fuck, tanpa menoleh ke belakang. Membuat Bhaskara semakin di buat kesal.

Setelah dari minimarket, Kia mengajaknya untuk langsung pulang. Namun, Elang malah membawanya ke suatu tempat.

"Kamu tau tempat ini darimana?" tanya Kia sambil menatap kagum pemandangan di depan.

Saat ini keduanya sedang berada di warung bakso yang tempatnya seperti lesehan, dekat dengan danau. Hembusan angin bersemilir, cahaya rembulan yang semu dengan di hiasi ribuan bintang. Yang membuat pemandangan malam ini terlihat begitu indah.

"Gak sengaja lewat."

"Ini baksonya, Den."

"Makasih, Bi," ucap Elang sambil tersenyum tipis.

"Jangan pedes-pedes!" Elang menghentikan istrinya yang sedang memberikan sambal pada baksonya. Sangat banyak, bahkan sudah dua sendok.

"Ck, lo cewe jangan kebanyakan makan pedes! Apalagi kalau dah punya anak nanti, kalau nyusuin gak boleh makan pedes!" omelnya seperti emak-emak, sambil menukar baksonya yang belum di kasih sambal.

Kia hanya diam melongo melihat suaminya yang sedang menyendokkan sambal seujung sendok pada bakso di hadapannya. "Segini aja, cukup."

"Ih, tapi aku pengen pedes," protes Kia.

Elang melototinya yang membuat Kia terdiam, "Makan!"

Karena kesal akhirnya Kia pun langsung menyantap baksonya. Mulutnya kelopokan merasakan bakso yang begitu panas. Elang refleks langsung menyodorkan tangannya ke arah mulutnya.

"Udah tau panas, maen makan aja! Lain kali hati-hati!" omelnya.

Karena tak kuat Kia pun langsung memuntahkan baksonya pada tangan suaminya. Ia terdiam menatapnya dengan perasaan tak enak.

"Jorok lo!" Elang mengambil beberapa lembar tisu dan mengambil bakso di tangannya.

"Sini gue suapin aja," Elang menarik mangkuk bakso milik Kia, lalu mulai memotong dan meniup pelan baksonya.

"Nih makan."

Kia masih terdiam menatap sesendok bakso yang berada dekat bibir. Karena Elang tak sabaran, akhirnya mulai membuka mulutnya.

"Aku makan sendiri aja," pinta Kia berniat merebut kembali mangkuk bakso miliknya.

"Gak usah, biar gue aja. Gue mah belakangan masih kenyang," kekehnya yang padahal sebenarnya tidak menyukai pedas, sedangkan baksonya di kasih sambal sangat banyak.

Dan akhirnya malam ini menjadi momen yang romantis. Elang dengan senang hati menyuapi istrinya. Tatapan mereka sesekali bertemu.

'Ternyata dia sangat romantis.'

'Gue ngerasa lo itu, dia.'

"Sekarang giliran kamu, mau aku suapin juga?" ujar Kia sambil tersenyum tipis.

"Gue--"

"Gak boleh nolak, kamu juga tadi maksa!"

Akhirnya Elang hanya menurut. Kia mulai menyuapinya dan baru sesuap wajahnya sudah memerah kepedesan. Elang mencoba biasa saja, dan kembali menerima suapannya.

"Muka kamu kenapa?"

"Hah ... Pedes! Gue gak kuat!" Elang langsung meraih jus alpukat miliknya dan meneguknya hingga habis.

"Kamu gak suka pedes? Haha jadi cowo kok cemen! Makanya gak usah sok jago!" ledek Kia dengan berani, membuat Elang menatapnya tajam.

"Berisik lo! Ayo pulang! Sampe apartemen pijitin gue!"

Elang berlalu pergi begitu saja untuk membayar bakso. Dan akhirnya kali ini mereka benar-benar langsung pulang.

Sesuai omongannya tadi, Elang terus memaksa istrinya untuk memijitnya.

"Dosa lo gak nurutin perintah suami!" ujarnya sambil melonjorkan kedua kakinya pada paha Kia.

"Buruan sayangku cintaku ..." bujuk Elang membuat Kia merinding.

Karena males mendengar ocehannya, Kia pun mulai memijit kaki suaminya. Hingga beberapa menit berlalu, Elang tak lagi bersuara. Kia menoleh melihatnya yang ternyata tertidur. Wajah tampannya begitu menenangkan dan sangat damai saat sedang tertidur.

'Lo ternyata gak seburuk yang gue kira. Tapi, di mata gue lo tetep orang jahat.'

...***...

"Bos ayolah, kita penasaran!"

Sedari tadi teman-temannya terus mengintrogasinya tentang cewek yang mereka dengar pas mabar kemarin. Saat ini waktunya istirahat, seperti biasa mereka sedang berada di kantin. Elang sedari tadi tak menghiraukan. Ia duduk diam menyilangkan kakinya, sambil mengedarkan pandangannya. Dan berhenti tepat pada seseorang yang di carinya.

"Heh culun, beliin gue bakso dong!" ucap Kathi sambil menghalangi Kia yang berniat ingin melangkahkan kakinya.

"Punya kaki kan? Kenapa gak beli sendiri?" sahut Kia santai.

"Lo!"

Karena kesal, Kathi berniat menamparnya. Namun, tiba-tiba tangannya di cekal oleh seseorang. Ia mendongak menatap Elang yang sudah berdiri di hadapannya sambil menatapnya tajam.

"Elang?!"

"Lo selama ini gue biarin! Tapi, makin sini malah makin menjadi-jadi!" sentaknya semakin menguatkan cengkramannya.

"Ah sakit! Lepass!"

Elang menghempaskan lengannya kasar, "Sekali lagi gue liat lo nyakitin orang tanpa sebab, abis lo sama gue!"

Elang melirik Kia sekilas, lalu berlalu pergi begitu saja kembali menuju tempat duduknya.

"Anjay, tumben peduli?! Lo beneran suka sama dia?" tanya Bima penasaran.

"Gue juga sering liat kalian berangkat dan pulang bersamaan!" ucap Aldo.

"Wah apa jangan-jangan, cewe kemarin ada sangkut pautnya sama dia?" sahut Nathan.

"Kalian ngawur, mana mungkin si bos suka sama cewe culun kek dia!" ujar Juan tak terima.

"Terus urusannya sama lo apa?" tanya Elang sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Lo beneran suka?"

Tring-tringgg!

"Masuk! Gue lagi males di hukum si botak!" ucapnya sambil beranjak dari tempatnya menuju kelas, memang saat ini jadwal pelajaran fisika yang di gurui oleh Pak Tomi.