Cinta itu buta, mengaburkan logika dan hati nurani. Itulah yang Andien alami dalam pernikahannya bersama Daniel.
Setelah lima tahun berusaha mengembalikan perusahaan Barmastya ke performa yang lebih baik, pada akhirnya Andien tetap dibuang oleh sang suami begitu cinta pertamanya kembali.
Bukan hanya waku, perasaan, namun juga harta dan pikiran telah Andien curahkan kepada suami dan keluarganya pada akhirnya hanya satu kata yang didapatkannya “Cerai” dan diusir tanpa membawa apapun, terlunta-lunta dijalan dan terhina.
Disaat tengah merenggang nyawa, Andien yang terkapar dipinggir jalan tiba-tiba terselamatkan oleh sebuah keajaiban yang memberinya sebuah system bernama Quen System.
Dengan bantuan system, Andien bangkit. Menjadi sosok wanita sukses, kuat dan kaya raya. Diapun membalas semua perbuatan buruk sang suami dan orang-orang yang menyakitinya satu persatu dimasa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MELESAT SEMAKIN JAUH
Setelah selesai dengan kegiatan dikampus, Clarissa pun memutuskan untuk pergi ke cafenya dijalan pahlawan, selain untuk memberikan seragam baru bagi karyawannya, dia juga ada janji temu dengan Arkan yang kebetulan tengah ada urusan didaerah dekat sana.
Begitu sampai di cafenya, Clarissa yang melihat sosok Arkan sedang berbincang dengan barista dicafenya, memanggilnya, “Kak Arkan, sudah lama datang?”, tanyanya.
Arkan menoleh dan tersenyum ramah, “Belum lama, baru lima menit yang lalu”, jawabnya santai.
Setelah menepuk bahu barista yang merupakan temannya dua kali, Arkan segera menyusul Clarissa yang telah masuk kedalam ruang kerjanya.
“Selamat ya. kudengar kamu akan membuka dua cabang stationary di depan kampus biru dan merah, dan juga toko kue di jalan kenikir”, ucap Arkan sambil mendaratkan bokongnya di sofa empuk, didepan Clarissa.
“Terimakasih kak. Karena hal ini jugalah, aku ingin bertemu kakak. Ada hal yang ingin aku bahas”, ujar Clarissa sambil membuka dessert yang dibelinya, dan menyuruh Arkan untuk mencobanya.
“Jadi, kue-kue seperti ini yang ingin kamu jual di tokomu?”, tanya Arkan memastikan setelah semalam Clarissa mengirimkan pesan untuk mencarikannya seorang chef yang ahli membuat dessert.
“Iya kak. Siapa tahu kakak kenal dengan beberapa orang chef yang ahli dibidang ini. aku hanya perlu satu. Nanti biar chef itu sendiri yang mencari beberapa asisten untuk membantunya. Selain kue-kue cantik ini, kalau bisa chef tersebut juga bisa membuat kue tradisional yang rencananya juga akan ku jual juga ditoko. Melihat jika disana banyak kantor pemerintahan dan tak jauh dari sekolah, bisnis seperti ini aku rasa bagus untuk dijalankan mengingat setiap ada kegiatan mereka pasti membutuhkan kue untuk sajian. Sementara untuk roti, aku akan ambil dari Diamond Bakery, kebetulan aku ada saham disana jadi lebih enak negoisasinya nanti”.
Pemaparan yang Clarissa berikan membuat Arkan semakin tercengang. Dia tak menyangka, gadis muda yang dibantunya untuk membuka usaha pertamanya, kini telah melesat jauh meninggalkannya.
Bahkan dia juga berhasil menjalin kerjasama dengan raja property di negeri ini, Ciptadaya Grup, membuatnya merasa semakin kagum karena tak menyangka jika Clarissa bisa berkembang dan memantapkan dirinya sebagai pebisnis muda di kota M dengan cepat.
Sebagai kota kecil yang terus mengalami perkembangan, kabar mengenai keberadaan Clarissa sebagai pebisnis muda yang mengepakkan sayap di kota M sudah santer terdengar.
Pada awalnya, mereka hanya menganggapnya sebagai pendatang baru yang tak terlalu diperhitungkan. Tapi, melihat bagaimana cepatnya Clarissa berkembang, bahkan belum genap sebulan, dia sudah memiliki beberapa usaha dan membuka cabang serta berhasil bekerjasama dengan Ciptadaya Grup, membuat banyak orang penasaran akan sosoknya, meski tak jarang yang merasa iri dengan keberhasilannya dan pencapaiannya, tapi masih lebih banyak yang ingin mendekat, berharap bisa mendapat keuntungan dari gadis kaya yang royal itu.
Banyak orang yang iri dengan Arkan karena sangat dekat dengan Clarissa setelah berhasil bekerjasama dengannya melalui coffe shop Jalani Hidup, hingga banyak orang yang berusaha menjalin kerjasama juga dengannya.
Clarissa yang selektif dan fokus pada misi system, tentu saja tak terlalu serius menanggapi kerjasama yang tak terlalu menguntungkan baginya, sehingga memberi penolakan kepada mereka secara halus jika itu bukan bidang yang dikuasainya.
“Baiklah, kasih aku waktu dua hari untuk menghubungi beberapa kenalanku”, janji Arkan.
Setelah urusan dengan Arkan selesai, begitu karyawan shift sore datang, Clarissapun segera mengumpulkan semuanya untuk membagikan seragam yang kemarin dibelinya.
“Ini buat kami kak?”, ucap Anton, sang barista tak percaya menatap seragam hitam dengan merek ternama ditangannya.
“Tentu saja, yang itu khusus buatmu. Yang lainnya juga dapat, hanya saja mungkin ada sedikit beda modelnya. Untuk warna, aku sama kan semuanya”, ucap Clarissa menjelaskan.
Sama dengan karyawan di toko stationarynya, Karyawan di coffee shop miliknya juga sangat senang mendapatkan seragam dengan merek terkenal yang mereka tahu harga satu setnya bisa lebih dari lima juta. Harga yang fantastis untuk seragam kerja bagi mereka.
Clarissa yang merasa jika penampilan karyawannya akan menunjukkan kualitas dari café yang dia kelola.
Apalagi, coffee shop Jalani Hidup yang ada di jalan pahlawan ini kebanyakan pengunjung yang datang merupakan para eksekutif muda yang bekerja diperusahaan-perusahaan besar dan perusahaan asing yang ada disekitarnya, penampilan dan pelayanan yang ada juga bisa menjadi tolak ukur bagi kenyaman mereka untuk membeli ditempat tersebut, sehingga hal itu sangat diutamakan oleh Clarissa.
Arkan yang melihat Silvi menyeruput ice capucino sambil melihat keceriaan karyawan yang menerima seragam baru, datang menghampiri. “Bagaimana, betah kerja sama Clarissa?”, tanyanya.
“Gimana nggak betah punya bos cantik, baik dan royal seperti itu”, Silvy mengatakan hal itu dengan binar penuh kekaguman.
“Sykurlah jika kamu betah. Setidaknya, setelah ini, ibumu tak perlu bekerja ikut orang lagi sehingga bisa fokus mengurus ayah dan adik-adikmu”, ucap Arkan penuh perhatian.
Mengingat keluarganya, Silvy yang tadi pagi megirimkan paket untuk keluarganya, sudah tak sabar bagaimana respon mereka menerima pemberian bosnya itu, terutama kedua adiknya yang selama ini selalu memakai tas dan sepatu bekas dirinya dulu. Mendapatkan barang baru, tentu mereka akan sangat senang.
“Terimakasih ya, jika saja waktu itu kamu tak mendesakku, mungkin aku akan melewatkan kesempatan baik ini”, ucap Silvy tulus.
“Selama bisa membantu, pasti aku lakukan. Apalagi kita teman seperjuangan dulu”, setelah mengucapkan hal itu, Arkan dan Silvy pun terkekeh pelan ketika mengingat kenangan pahit waktu masa-masa kulihat dulu.
Clarissa yang melihat Silvy tersenyum lepas bersama Arkan, merasa jika keduanya merupakan pasangan yang cocok dan diam-diam dalam hatinya untuk berniat menjodohkan keduanya.
Tak ingin mengganggu keduanya, Clarissa yang masih ada beberapa urusan kembali keruang kerjanya.
Kali ini dia akan kembali meminta pertolongan Elfas untuk mencarikan beberapa orang untuk menjaga empat ruko yang baru dibelinya.
Sebagai preman yang telah pensiun, Elfas yang tak ingin rekan-rekannya kembali melakukan pekerjaan kotor dan nggak benar, menjembatani mereka untuk menjadi penjaga atau security ketika ada yang membutuhkan.
Clarissa yang telah menggunakan jasanya sangat puas dengan kinerja para penjaga dan security yang Elfas salurkan kepadanya sehingga diapun berencana untuk meminta tolong kembali.
Pak Elfas yang mendapatkan telepon dari Clarissa tentu saja sangat senang dan berjanji akan menyediakan para penjaga dan security yang gadis itu minta besok siang.
Merasa urusannya telah beres, Clarissa yang masih harus mencari data mengenai mafia Black Devil dan apa yang membuat mereka mentargetkan keluarga Dipta pun segera mengajak Silvy untuk kembali.
Begitu tiba di parkiran, salah satu security datang menghampiri dan menyampaikan kabar jika ada seseorang yang sedang menunggunya di loby.
“Siapa pak orang yang mencari saya?”, tanya Clarissa penasaran karena dia merasa tak memiliki janji temu dengan siapapun.
“Tadi sih bilangnya Mr. Albert non”, jawab security cepat.
Meski tak merasa kenal, tapi karena tamu tersebut kata security sudah tiga kali bolak-balik untuk menemuinya, membuat Clarissa semakin penasaran dan ingin melihat ada keperluan apa pria asing itu begitu getol untuk bertemu dengannya.
Deg deg deg....
Jantung Clarisaa tiba-tiba berdetak kencang ketika melihat sosok pria asing berusia lima puluh tahunan yang masih sangat gagah segera berdiri ketika melihatnya.
“Ada apa ini? kenapa feelingku nggak enak”, guman Clarissa dalam hati.
Ada perasaan asing yang tiba-tiba menyergap hati Clarissa. Seolah, lubang dalam hatinya yang selama ini terbuka, tiba-tiba menutup.
Clarissa yang merasakan keanehan dalam dirinya mulai meningkatkan kewaspadaan dirinya. Slvy yang menyadari perubahan ekpresi Clarissa pun memasang sikap waspada, apalagi sudah menjadi tugasnya untuk memastikan gadis cantik itu aman.