Setelah mengalami penderitaan di kehidupannya karena keberuntungan memiliki wajah cantik, tubuh semampai dan kaya. Kirana mendapat kesempatan kedua untuk hidup kembali. Sebagai orang jelek, miskin dan badan gemuk. Tak disangka keberuntungannya ikut berubah. Bahkan dia mendapat jodoh yang lebih baik daripada saat menjadi wanita cantik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Dimana Anda menemukannya?"
"Di klub"
"Kapan? Kenapa saya tidak pernah melihatnya?"
"Bukan urusanmu"
"Bagaimana bisa Anda menyembunyikannya selama ini? Wanita secantik itu"
"Jaga mulutmu!!"
"Baik. Tapi sungguh. Apa Anda tertarik padanya hanya karena cantik?"
"Aku memanggilmu kembali sebagai asisten untuk membantu pekerjaanku"
"Tapi saya harus mencari tahu semua hal tentang wanita itu. Apa ada yang harus saya sembunyikan?"
Armand tahu pasti asistennya akan membuat laporan panjang tentang Kirana untuk keluarganya. Tapi Armand tidak merasa terbebani sama sekali.
"Terserah. Apapun yang akan kau temukan, aku sudah mengetahui semuanya" jawab Armand pasti.
"Anda serius akan menikahi wanita itu?" tanya asistennya lagi.
"Tentu saja" jawab Armand ingin tahu bagaimana reaksi kakek, ayah dan pamannya ketika dia memilih seseorang seperti Kirana sebagai seorang istri. Mereka pasti marah dan kesal setengah mati.
Pulang kerja, Armand tidak menemukan Kirana. Dia masuk ke kamar dan tetap tidak melihat wanita itu.
"Wah gila!!"
Terdengar suara dari balkon. Armand mengintip dari balik jendela dan melihat wanita itu sedang membaca buku yang dia berikan. Tentang berbagai macam ciuman.
Senyum kembali terpasang di wajah Armand.
Bagaimana bisa, seorang wanita yang tinggal di tempat kumuh seperti itu tidak mengerti caranya berciuman. Menurut pengalaman Armand, orang yang berada dalam garis ekonomi serendah itu sering membicarakan hal-hal tabu dengan bebas.
Tapi sepertinya Kirana berhasil menghindar dari stereotype yang dia pikirkan. Karena wa Ita itu lebih memilih menyembunyikan dirinya yang sebenarnya dalam balutan pakaian dan riasan aneh.
"Kau sudah belajar?" tanya Armand mengejutkan Kirana. Wanita itu hampir melempar buku itu ke bawah.
"Anda sudah pulang?"
"Kau sudah belajar?" tanyanya lagi.
"Hahahaha. Ini ... Mudah" jawab wanita itu. Tapi Armand yakin Kirana sedang gugup sekarang.
"Baguslah. Kita akan mulai mempelajarinya setelah aku mandi" ucap Armand lalu pergi mandi dengan senyum kecil.
Baru saja selesai mandi, Armand keluar dan menemukan Kirana sudah berbaring di ranjang. Saat mendekat, Armand mendengar dengkuran halus wanita itu.
"Kau sudah tertidur?" tanya Armand di telinga Kirana.
Ada gerakan halus pundak Kirana menjauh darinya. Itu membuktikan wanita yang berbaring itu belum tidur.
"Bagaimanapun, kita akan melakukannya nanti. Dan pura-pura tidur tidak akan membuatmu menghindarinya" bisik Armand lagi.
"Tapi hal ini tidak perlu dipelajari. Kalau memang mau melakukannya nanti. Dilakukan begitu saja" kata Kirana yang akhirnya membongkar kebohongannya sendiri.
Armand maju mendekati wanita itu. Secara reflek punggung Kirana mundur dan menjauh.
"Ini yang kau lakukan setiap kali aku mendekat. Bagaimana kau bisa mencium ku dengan reflek seperti ini?"
"Tapi, menurut buku ini jenisnya sangat banyak. Neck kiss, single lips kiss, ear lope kiss, forehead kiss, French kiss, butterfly kiss. Bagaimana membedakannya?"
"Karena itu kau butuh latihan. Kita mulai dari yang pertama, forehead kiss" kata Armand lalu mencium dahi Kirana. Kali ini wanita itu tidak mengelak.
"Kenapa Anda melakukannya?" protes Kirana.
"Menunjukkan bagaimana mudahnya hal itu dilakukan" jawabnya santai.
Kirana tampak kesal dengan aksi Armand.
"Baiklah. Sekarang saya akan mencoba single lips kiss. Menghisap bibir. Tidak!! Lebih baik mencoba yang ini dulu, Neck kiss atau ear lope kiss. Mencium bagian tubuh seperti leher atau telinga." terang Kirana lalu melotot ke arah Armand.
"Lakukan!" tantang Armand menyediakan leher dan telinganya.
Kirana dengan enggan mendekat lalu mencium leher Armand. Ketika dia kira wanita itu berhenti karena gugup, ternyata Kirana meneruskan ciuman sampai ke telinga Armand. Membuat mereka begitu dekat dan intim.
Otak Armand yang selama ini selalu memikirkan tentang pekerjaan, kini kosong. Dia hanya bisa memikirkan bibir kecil yang menyentuh kulitnya secara perlahan tapi terus menerus.
"Sudah!!!" teriak Kirana lalu menjauh.
"Sekarang yang berikutnya adalah French kiss. Mencium dengan lidah? Apa maksudnya? Mungkin menjilat? Seperti anjing yang menjilat Tuannya?" lanjut Kirana sama sekali tidak tahu tentang jenis ciuman yang disebutkannya.
Kini giliran Armand yang akan menunjukkan caranya dengan benar.
"Diam dan keluarkan lidahmu!"
"Apa?"
"Buka mulutmu sedikit!"
"Kenapa seperti ini?" tanya Kirana lalu membuka bibirnya sedikit dengan ujung lidah terlihat. Tak sabar, Armand memegang kepala Kirana dan mulai mengajari wanita itu bagaimana mencium dengan melibatkan lidah.
Tapi terpaksa terhenti karena Kirana kehabisan napas.
"Berhenti! Saya tidak bisa bernapas"
"Kau harus bernapas"
"Tapi, napas saya akan mengenai hidung dan pipi Anda. Pasti akan tidak nyaman"
"Kita berciuman. Tidak mencari kenyamanan"
"Tapi tetap saja tidak nyaman"
"Dan buka matamu!"
"Kenapa harus membuka mata?"
"Karena aku suka menatap orang yang berada dekat denganku!" jelas Armand.
"Tapi ... "
Armand tidak ingin mendengar kata-kata lagi. Dia mendorong Kirana hingga berbaring di ranjang. Menatapnya dan mulai menghisap bibir bawah Kirana.
"Ini single lips kiss. Lakukan perlahan agar efek mesranya bisa dirasakan oleh orang yang melihat"
"Hemm"
Armand melanjutkan mencium leher dan telinga Kirana.
"Neck kiss dan Ear lope kiss harus dilakukan dengan sedikit menempelkan hidung di bagian yang dicium. Agar kita tampak saling mencintai"
"Aahhh" desah Kirana mengubah permainan. Dia kembali ke bibir Kirana dan menciumnya. Kali ini dengan beberapa jenis ciuman yang berbeda namun dalam waktu lebih lama.
Wanita itu mulai bisa mengatur napas dan pandai mencium. Mereka semakin dekat dan tiba-tiba Armand menghentikan semuanya.
Kirana hanya diam saja saat Armand mulai menjaga jarak dan bangun dari ranjang.
"Kau harus mengatur napas dengan lebih baik. Malam ini tidurlah dulu, ada pekerjaan yang harus kulakukan" ucapnya lalu keluar dari kamar.
Armand mengambil air minum dan menghabiskannya dalam sekali tenggak. Bagaimana bisa berciuman membuat tenggorokannya kering? Dia menoleh ke arah kamar dan bertanya-tanya apa yang dipikirkan wanita itu sekarang?
Pasti sedang memikirkan tentang bagaimana dia pandai mencium? Atau, wanita itu sudah memasuki tahap jatuh cinta padanya.
Seorang pemula seperti Kirana. Wanita yang tak pernah melakukan kontak fisik sama sekali dengan pria lain. Akan lebih mudah jatuh cinta. Dan Armand harus siap menjaga jarak agar wanita itu tidak memiliki khayalan terlalu tinggi.
Dia duduk di meja kerja dan mulai membaca dokumen.
Tapi adegan demi adegan saat dia berciuman dengan Kirana selalu muncul mengganggu konsentrasinya.
Bagaimana Kirana membuka bibirnya yang kecil lalu lidah mereka saling bertautan. Tarikan dan hembusan napas wanita itu yang terasa jelas di hidung dan pipinya. Dan tatapan mata Kirana saat mereka berciuman, seakan merasuk ke dalam tulang dadanya.
Armand bangun, berjalan ke dapur lagi untuk mengambil air minum. Kali ini dengan es batu memenuhi gelasnya.
Setelah meminum air super dingin itu, otaknya membeku. Dan dia siap untuk bekerja lagi.