Shapire tanpa sengaja telah menabrak calon istri Axel hingga tiada. Karena kesalahannya Saphire terpaksa menikahi seorang mafia kejam. Pria itu menghukum Saphire dengan pernikahan yang tidak pernah ia bayangkan. Pernikahan yang membuat hari-harinya seperti di neraka.
Akankah Saphire berhasil menaklukkan hati sang Mafia? Atau ia yang akan terjerat oleh cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda FK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Martin langsung bereaksi dan menembak musuh yang menyerang Axel, lalu berlari menuju Axel untuk membantu. "Axel, kita harus keluar dari sini, kamu terluka parah!" kata Martin sambil menopang Axel.
Axel menggigit bibirnya, menahan rasa sakit yang luar biasa. "Tidak... aku tidak bisa meninggalkanmu di sini... kita harus menyelesaikan ini," kata Axel dengan suara yang terengah-engah.
Martin tahu bahwa Axel tidak bisa bergerak dalam kondisi seperti ini, jadi ia memutuskan untuk mengambil tindakan. "Aku akan melindungi kamu, Axel. Kita akan keluar dari sini bersama-sama," kata Martin dengan tekad yang kuat.
Tiba-tiba, Justin muncul dari balik tembok dan mulai menembak musuh yang menghalangi jalan mereka. "Martin, aku ada di sini! Aku akan melindungi kalian berdua!" teriak Justin sambil terus menembak.
Martin mengangguk dan mulai bergerak maju, menopang Axel yang terluka parah. "Kita harus menuju ke pintu keluar, Justin akan melindungi kita!" kata Martin dengan nada yang tenang.
Axel masih menahan rasa sakit, tapi ia tahu bahwa Martin dan Justin akan melindunginya. Namun ia tidak boleh menyerah begitu saja, Axel bangkit lalu menembaki musuh satu persatu.
Dengan luka yang masih membara, Axel memaksakan dirinya untuk berdiri dan menembak musuh satu persatu dengan akurasi yang luar biasa. Martin dan Justin terkejut melihat Axel yang masih bisa bertahan dan melawan musuh dengan gigih.
"Axel, kamu tidak perlu memaksakan diri!" teriak Martin, tapi Axel tidak menghiraukannya. Ia terus menembak dan bergerak maju, menentukan dirinya untuk menyelesaikan misi ini.
Justin yang melihat kehebatan Axel tidak bisa tidak mengagumi semangat juang pemimpin mereka. Marco dan Franco tertawa ketika melihat Axel yang berusaha mempertahankan Black Devil dan markas mereka.
"Hahaha! Axel, kamu memang berani, tapi sia-sia saja!" kata Marco dengan nada ejekan. "Kamu tidak bisa menghentikan kita, kita akan menghancurkan semuanya!"
Franco menambahkan, "Ya, Axel, kamu sudah kalah, lebih baik kamu menyerah saja dan bergabung dengan kita!"
Axel tidak menghiraukan ejekan mereka, ia terus maju dengan senjatanya. "Aku tidak akan pernah bergabung dengan kalian, aku akan menghentikan kalian berdua!" kata Axel dengan tekad yang kuat.
"Tidak ada kata menyerah bagi Black Devil untuk melawan tikus-tikus seperti kalian. Ayo, semuanya kita tunjukkan seperti apa kita kepada mereka!"
Semangat Axel yang membara itu menular ke seluruh pasukan, membuat mereka bangkit kembali dan siap untuk melawan. "Untuk Black Devil! Untuk Axel!" teriak mereka serentak, semangat juang mereka kembali membara.
Martin dan Justin juga tersenyum, melihat semangat Axel yang tidak pernah padam. "Ayo, kita hancurkan mereka!" teriak Martin, dan Justin mengangguk setuju.
Pasukan Axel yang telah bangkit kembali itu maju dengan gigih, siap untuk menghadapi Marco dan Franco dalam pertempuran yang menentukan. Pertarungan berlangsung cukup lama, keadaan kini berbalik membuat Franco dan Marco kewalahan menghadapi mereka.
Sementara itu di dalam rumah saat ini mereka baru saja selesai menikmati hidangan makan malam. Dad Kaivan merasakan sesuatu terjadi pada putranya, melihat Shapire yang sejak tadi terlihat cemas. Bahkan ia sampai tidak bekerja karena mengkhawatirkan Axel.
"Marvel kau sudah menemukan Axel?" tanya Dad Kaivan pada sambungan telepon genggamnya.
"Ia sudah aman Dad, kau tidak perlu meragukan putramu. Dia dapat mengatasi semua sendiri, di luar biasa!" jawab Marvel dari sebrang sana.
Sebenarnya sejak Axel keluar dari rumah membuat Dad Kaivan curiga sehingga ia meminta Marvel untuk mengawasi putranya dari kejauhan.
Dad Kaivan menghela napas lega setelah mendengar jawaban Marvel. "Bagus, aku percaya pada Axel, tapi aku juga khawatir tentang keselamatannya. Tolong terus pantau dia dari jauh, Marvel."
Marvel menjawab, "Jangan khawatir, Dad. Aku akan selalu ada di belakangnya, memastikan keselamatannya tanpa dia sadari. Axel memang luar biasa, tapi aku juga ingin memastikan dia tidak sendirian dalam menghadapi tantangan ini."
Dad Kaivan tersenyum, merasa lega karena putranya memiliki teman seperti Marvel yang setia dan peduli. "Terima kasih, Marvel. Aku percaya padamu."
Dad Kaivan mematikan sambungan teleponnya, ia lalu melanjutkan meminum kopi buatan istrinya dengan tenang. Sementara Shapire saat ini sedang kebingungan, ia ingin sekali melarikan diri saat ini. Ini adalah kesempatan baginya untuk pergi dari kehidupan Axel. Namun di sisi lain kakinya enggan untuk melangkah lebih jauh.
Malam semakin larut namun belum juga ada tanda Axel akan kembali, Shapire keluar dari kamar ketika mendengar suara mobil memasuki pekarangan. Shapire berlari menuju balkon kamar untuk melihat siapa yang datang. Ia melihat Axel di bawa oleh Martin dan satu pria yang tidak ia kenal masuk ke dalam.
Dengan cepat Saphire berlari keluar dari kamar menghampiri mereka. Shapire terkejut ketika melihat suaminya berlumuran darah, "Mengapa tak kau bawa ke rumah sakit? Kenapa kau bawa kemari?" tanya Shapire yang merasa aneh.
"Cepat selamatkan dia nanti aku jelaskan!" pinta Martin.
Shapire mengangguk dan meminta Martin dan Justin membawa Axel ke dalam kamar mereka. Pertempuran telah berakhir namun Axel tumbang setelah menghabisi musuh. Shapire bekerja dengan hati-hati untuk menghentikan pendarahan pada pinggang Axel sekaligus mengeluarkan peluru pada lengan suaminya.
Pertama kali bagi Shapire melakukan hal ini tanpa obat bius, sementara Martin membantu membersihkan tubuh Axel yang penuh dengan darah dan keringat. Justin membantu Martin membawa air hangat dan handuk untuk membersihkan tubuh Axel.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Martin sambil membersihkan wajah Axel.
Shapire memeriksa luka pada pinggang Axel dengan cermat. "Pendarahan sudah mulai berhenti, tapi kita harus tetap waspada. Luka ini cukup parah," jawab Shapire dengan nada yang tenang.
Martin mengangguk, terus membersihkan tubuh Axel dengan lembut. "Aku akan membantu membersihkan luka-lukanya, pastikan dia nyaman," kata Martin.
Shapire mengangguk, terus bekerja untuk memastikan Axel mendapatkan perawatan yang tepat. "Aku akan melakukan yang terbaik untuknya," kata Shapire dengan tekad yang kuat.
Setelah selesai membantu Shapire mengobati Axel dan memastikan semua baik-baik saja Martin dan Justin pamit undur diri. Shapire dengan membaringkan tubuhnya di samping Axel , Shapire menatap wajah Axel dengan perasaan yang kompleks, campuran antara kasih sayang dan kepedulian. Ia memperhatikan detail wajah Axel, dari alis yang tebal hingga bibir yang tegas. Bibir yang selalu berkata pedas kepadanya.
Shapire mengulurkan tangan dan menyentuh wajah Axel dengan lembut, memastikan bahwa Axel nyaman dan aman. "Mengapa kau suka sekali berada dalam bahaya?" tanya Shapire dengan suara lembut.
Ini kesempatan Shapire untuk pergi namun ia tidak bisa, entah mengapa ia rasanya tidak sanggup membiarkan Axel sendirian. Shapire akhirnya tertidur sambil memeluk Axel, entah rasa apa namun seperti ada rasa nyaman meskipun ia sangat jahat.
Hayoooo siapa kira² yg datang, ahh bunda sukane ngegantung ae
Kayaknya Axel udh jatuh cinta sama Saphire, tapi tidak menyadari nya
ettt tp othorr menganggu aja.. dasarr🙄
sapa sihh tuhh yg ketok🤔
dengarkan kata mom shapir dan kau akan tau kalau dia kesepian dan butuh teman .
kemana kata²mu yg menyakitkan dulu/Curse//Curse/
aku gak terima ya axel, kau belum minta maaf dah nyosor dan posesif aja/Right Bah!//Right Bah!/
ah enak Axel klu nyusu dari sumbernya😂😂