NovelToon NovelToon
Ibu Sambung Kekasihku

Ibu Sambung Kekasihku

Status: tamat
Genre:Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:361
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesibukan di Senin pagi

Pagi-pagi sekali aku sudah disibukkan dengan menyiapkan sarapan dan juga keperluan kantor Mas Javar, sedangkan dia masih tertidur pulas di kasur. Tentu saja aku memaklumi hal itu, karena memang ini masih cukup pagi dan sepertinya semalam dia tidur larut malam.

Untuk menu sarapan kali ini aku memilih untuk membuat nasi goreng yang biasa aku buat saat masih tinggal di kosan dulu, kata Thea pernah memuji nasi goreng buatan ku enak mangkanya dengan percaya diri aku membuatnya hari ini dan semoga Mas Javar juga suka dengan nasi goreng buatan ku.

Tidak sampai satu jam nasi goreng buatan ku telah selesai dibuat, sekarang waktunya aku untuk menata nya di piring dan menyajikannya di meja makan. Aku menambahkan potong timun dan juga tomat di atas nasi goreng tersebut sebagai toping. Selesai menata dan menyajikannya, kini saatnya aku membangun Mas Javar yang sepertinya masih tertidur pulas di dalam kamar sana.

Dibukanya pintu kamar dan setelah terbuka aku dapat melihat Mas Javar masih tergulung dalam selimut tebal seakan enggan untuk bangun melakukan aktivitas di senin pagi, mungkin bagi siapapun hari ini memang menyebalkan dan membuat malas untuk melakukan aktivasi apapun setelah weekend kemarin.

"Mas, bangun! Kamu kan harus ke kantor hari ini, semalam katanya ada meeting penting." Aku berusaha membangunkannya dengan cara mengguncangkan tubuhnya yang masih tertutup oleh selimut tebal itu.

"Mas! Cepet bangun, aku udah masak buat sarapan kita hari ini." Aku masih terus berusaha membangunkannya dengan cara mengguncangkan tubuhnya dengan lebih keras.

Akhirnya usaha ku membuahkan hasil, Mas Javar akhirnya bangun juga.

"Eunghh.. jam berapa sekarang?" Tanya nya saat mulai membuka matanya dan bangun dari tidurnya.

"Jam setengah tujuh, Mas ke kantor nya jam delapan kan? Kita sarapan dulu."

"Iya, kamu masak apa pagi ini?"

"Nasi goreng spesial buatan aku, udah sana mandi dulu. Nanti ke dapur ya, aku tunggu di dapur buat sarapan bareng."

"Iya-iya, saya mandi dulu, tapi pagi ini belum dapet pelukan selamat pagi dari kamu."

Malas untuk menanggapi perkataan dan juga malas mengulur waktu, aku dengan cepat menuruti permintaannya. Satu pelukan di pagi hari tidaklah buruk, beberapa detik kami berdua tenggelam dalam pelukan sebelum aku kembali melepaskannya.

"Udah kan? Udah sana mandi, aku mau balik lagi ke dapur."

"Iya." Dia pun beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Oh iya Mas! Baju buat ke kantornya udah aku siapin ya, ada di atas meja rias!" Teriak ku padanya karena dia sudah masuk ke dalam kamar mandi.

"Iya Amira!" Balasnya dengan berteriak juga.

Sesuai dengan perkataan ku tadi, aku kembali ke dapur untuk membereskan bekas masak nasi goreng tadi sambil menunggu Mas Javar selesai mandi.

Kurang lebih tiga puluh menit kemudian Mas Javar akhirnya keluar dari dalam kamar dengan pakaian yang sudah rapih tapi tidak dengan dasinya yang belum terpasang yang kini ada di tangan kirinya.

"Udah selesai? Sarapan dulu, aku udah masak nasi goreng yang kata temen aku rasanya enak, semoga menurut Mas juga enak."

"Belum, dasi saya belum terpasang. Teman kamu yang mana yang bilang nasi goreng buatan kamu enak?" Ucapnya sambil menunjuk sebuah dasi di tangannya yang sudah aku ketahui tadi.

"Thea, temen kosan aku dulu. Sini aku pasangin dasi nya." Aku pun melangkah mendekat ke arahnya dan meraih dasi yang ada di genggamannya tadi, mulai memasangkan dasi tersebut di lehernya.

Aku perlu berjinjit untuk memasangkan dasi tersebut, karena memang tinggi kami berdua yang signifikan. Mas Javar sama seperti Geovan, mereka berdua sama-sama tinggi karena memang mereka memiliki gen yang sama.

"Udah selesai." Saat aku selesai mengucapkan itu, tiba-tiba sebuah kecupan dia layangkan di bibir ku.

"Kebiasaan tau Mas!" Ucapku kesal sambil memukul lengannya.

"Iya memang kebiasaan, setiap pagi harus ada morning kiss." Sontak saja perkataannya itu membuat aku menatapnya tajam.

"Terserah, udah ayo sarapan."

Kami berdua pun duduk saling berhadapan di meja makan yang ukurannya tidak terlalu besar ini. Dia pun langsung menyuapkan satu sendok berisi nasi goreng ke mulutnya, sedangkan aku menatapnya penuh harapan semoga dia suka dengan nasi goreng buatan ku.

"Benar apa yang dibilang teman kamu." Mendengar perkataannya aku mengerutkan dahi kebingungan.

"Emangnya temen aku bilang apa?"

"Tadi kamu bilang kalo temen kamu siapa namanya? Oh iya, Thea. Katanya dia bilang nasi goreng buatan kamu enak, benar apa yang dia bilang."

"Oh iya, aku gak sadar." Ucapku dengan menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal.

Kami berdua pun kembali fokus pada makanan masing-masing sampai nasi goreng di piring kami habis tidak tersisa dan kini waktunya Mas Javar untuk berangkat ke kantor.

Aku pun beranjak terlebih dahulu, kemudian pergi ke dalam kamar untuk mengambil tas kerja milik Mas Javar yang masih ada di dalam sana, tidak lama dari itu aku kembali keluar dari kamar dengan sebuah tas yang ada dalam genggaman ku.

Saat aku kembali ke meja makan ternyata Mas Javar sudah tidak ada disana, ruang televisi menjadi tujuan ku dan benar saja ternyata lelaki itu sedang duduk di sofa sambil menonton tayangan televisi. Aku pun langsung menghampiri nya, saat sudah sampai di hadapannya langsung saja aku serahkan tas itu kepada pemiliknya.

"Nonton TV nya nanti lagi Mas, sekarang kerja dulu."

"Tadi cuma sebentar doang sambil nunggu kamu ambil tas saya."

"Ohh, ya udah berangkat sekarang aja, udah jam setengah delapan juga." Ucapku sambil melirik ke arah jam dinding berada.

"Iya ini sama mau berangkat."

"Ya udah sana, ngapain masih duduk di situ?"

Dia mengatakan akan berangkat tapi dirinya masih saja duduk santai di atas sofa, namun pergerakan tiba-tiba dari nya lagi-lagi membuat aku terkejut, dia kembali mencuri kecupan dari bibir ku.

"Ma-"

"Buat isi energi hari ini, saya berangkat dulu."

Baru saja aku akan memprotes tindakannya, dirinya sudah terlebih dahulu menyela perkataan ku dan melengos pergi begitu saja dari hadapan ku ke arah pintu keluar.

Melihat hal itu aku pun mengikutinya dari belakang bermaksud untuk mengantarkannya sampai depan pintu. Setelah kepergiannya aku kembali ke ruang televisi untuk mematikan tayangan televisi daripada menontonnya kembali karena setelah ini aku akan membereskan urusan dapur terlebih dahulu.

Namun, saat aku baru saja mematikan televisi tersebut, aku mendengar suara pintu apartemen yang terbuka, hal itu tentu saja membuatku secara refleks berbalik untuk melihat ke arah pintu tersebut. Disana, di ambang pintu Mas Javar berdiri dengan nafas yang memburu, kenapa dia balik lagi kesini? Apa dia tidak jadi berangkat ke kantor? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di dalam otak ku.

"Mas, kenapa balik lagi?" Tanya ku dengan langkah kaki yang mendekat ke arahnya.

"Kunci mobil saya ketinggalan Amira." Ternyata ini alasan dia kembali lagi ke dalam apartemen.

"Gimana sih Mas bisa lupa kayak gini? Sebentar, biar aku ambilin di laci kamar."

"Iya, jangan lari, saya tunggu disini."

Aku hanya menanggapi nya dengan sebuah anggukan dan langsung berjalan ke arah kamar untuk mengambil kunci mobil tersebut yang berada di dalam laci meja rias, karena memang biasanya Mas Javar menyimpannya di tempat tersebut.

Sampai di dalam kamar aku langsung membuka laci yang di dalamnya terdapat kunci mobil milik Mas Javar dan mengambilnya, kemudian kembali lagi ke depan pintu dengan sedikit berlari.

"Saya bilang jangan lari-lari Amira." Teguran itu langsung dia berikan kepada ku saat aku baru saja sampai di hadapannya.

"Itung-itung olahraga pagi Mas." Setelah mengatakan itu aku memberikan kunci mobil miliknya yang diterima oleh nya.

"Terimakasih, saya berangkat dulu."

"Iya, hati-hati di jalannya Mas."

"Kamu juga hati-hati di apartemen sendirian, kalo Geovan kesini lagi langsung telpon saya."

"Iya."

Dia pun melangkahkan kaki keluar dari apartemen dengan aku yang melambaikan tangan melepas kepergiannya menuju kantor.

Setelah punggung miliknya tidak lagi terlihat di koridor apartemen karena sudah masuk ke dalam lift, aku langsung menutup pintu apartemen dan menguncinya takut-takut Geovan kembali datang kesini. Kembali melangkahkan kaki ke arah dapur untuk membenahi sisa sarapan tadi.

_____________________________________

Segitu dulu buat bab kali ini, menurut kalian Amira lebih cocok sama Geovan atau ayahnya??

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!