NovelToon NovelToon
Janji Di Atas Bara

Janji Di Atas Bara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas Dendam / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

"Janji di Atas Bara" – Sebuah kisah tentang cinta yang membakar, janji yang teringkari, dan hati yang terjebak di antara cinta dan dendam.

Ketika Irvan bertemu Raisa, dunia serasa berhenti berputar. Cinta mereka lahir dari kehangatan, tapi berakhir di tengah bara yang menghanguskan. Di balik senyum Raisa tersimpan rahasia, di balik janji manis terselip pengkhianatan yang membuat segalanya runtuh.

Di antara debu kota kecil dan ambisi keluarga yang kejam, Irvan terperangkap dalam takdir yang pahit: mempertahankan cintanya atau membiarkannya terbakar menjadi abu.

"Janji di Atas Bara" adalah perjalanan seorang pria yang kehilangan segalanya, kecuali satu hal—cintanya yang tak pernah benar-benar padam.

Kita simak kisahnya yuk, dicerita Novel => Janji Di Atas Bara
By: Miss Ra

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 16

Irvana menghentikan motornya di tebing itu_tempat di mana dulu ia dan Raisa pernah menancapkan bendera angsa. Simbol sederhana, tapi penuh janji yang kini hanya tersisa dalam bentuk karat di ujung bambu tua.

Angin sore berembus, menyapu rambutnya yang berantakan. Ia mematikan mesin motor, lalu berbaring di atas jok, satu tangan menopang kepala, satu lagi menggenggam rokok yang menyala.

Asapnya melayang ke udara, berpadu dengan kabut tipis dari laut di bawah sana. Untuk sesaat, ia seperti bisa mencium aroma rambut Raisa_ wangi yang pernah ia hafal bahkan saat matanya tertutup.

Sekejap kemudian, semua kembali hening. Hanya suara laut dan detak jantungnya yang terasa terlalu keras.

Setelah rokok terakhir habis, Irvana bangkit. Ia melangkah ke arah bangunan kosong di tebing itu, tempat yang masih menyimpan jejak masa lalu.

Temboknya retak, sebagian roboh, tapi tulisan itu masih ada di sana_ samar, tapi cukup jelas untuk membuat dadanya sesak.

"Raisa ❤️ Irvana."

Ia duduk di bawah tulisan itu, meneguk minumannya pelan.

Setiap tegukan terasa seperti menelan kenangan_pahit, tapi tetap ia cari.

Mungkin karena itu satu-satunya cara ia bisa merasa dekat lagi dengan Raisa, meski hanya lewat rasa sakit.

Menjelang malam, Irvana kembali mengendarai motornya. Ia menyusuri jalan-jalan lama, melewati setiap tempat yang pernah mereka datangi. Warung kecil tempat Raisa menertawakannya karena tak bisa makan pedas. Taman pinggir kota di mana mereka pertama kali bertengkar. Setiap titik, satu potongan kecil dari kisah yang tak sempat diselamatkan.

Hingga akhirnya ia berhenti di depan sebuah gudang tua di ujung kota. Sunyi. Hanya nyanyian jangkrik dan desir angin menemani.

Ia turun dari motor, membuka jeriken, lalu menyiram bensin ke truk tua yang berdebu di dalamnya.

Korek api di tangannya menyala. Api kecil di ujung jari, tapi di dalam dadanya, bara itu sudah lama hidup.

Ia melemparkannya ke arah truk. Dalam sekejap, nyala api menjilat logam, membesar, menggila.

Irvana masuk ke kabin, menyalakan mesin, lalu mengarahkan truk itu lurus ke gudang berisi gandum.

Dentuman keras menggema.

Dan beberapa detik kemudian_

Buuummm...

Langit malam terbakar jingga. Api menjalar, melumat semuanya.

Tapi Irvana tidak menoleh. Ia berjalan menjauh, langkahnya tenang, seolah ledakan di belakang hanyalah musik pengiring kepergiannya.

Rokok lain terselip di bibirnya. Ia menyalakannya, mengisap dalam-dalam, lalu menghembuskan asap ke udara.

"Aku sudah mencoba, Sa," gumamnya pelan.

Mungkin bukan untuk didengar siapa pun.

Mungkin hanya untuk memastikan bahwa dirinya masih hidup, meski setengahnya sudah ikut terbakar bersama kenangan itu.

Ia menaiki motornya, melajukannya ke arah jalan gelap, meninggalkan api, nama, dan cinta yang tak sempat selesai.

**Pagi harinya**.

Sisa asap masih menggantung di udara, samar menempel di dinding hangus yang kini hanya tinggal arang. Bau gosong bercampur tanah basah terasa menusuk hidung.

Dharma berdiri di tengah puing-puing gudang, bersama beberapa polisi yang masih memeriksa lokasi. Seragam mereka kotor, sepatu berdebu, tapi tak ada satu pun yang berani bicara lebih dulu.

Wajah Dharma tegang. Matanya menatap kosong ke arah tumpukan abu yang dulu adalah sumber penghasilannya. Gudang itu — tempat ia mencari uang, tempat ia membangun harga dirinya — kini hanya tinggal sisa api yang padam terlalu cepat.

Tangannya terkepal di sisi tubuh. Rahangnya mengeras. Ia tahu siapa pelakunya, dan itu yang paling membuat darahnya mendidih.

“Luar biasa,” ujar polisi yang berdiri di samping Dharma, matanya menatap api yang baru padam di sisa gudang. “Dia begitu berani mengubah lima puluh kilo gandum jadi abu.”

Suara sirine pemadam masih terdengar di kejauhan. Asap hitam masih membumbung pelan, mencium langit malam.

“Dia tidak akan membiarkan hidupmu tenang sebelum kau menyerahkan putrimu padanya, Tuan Dharma. Orang-orangmu sudah banyak yang dia hajar, brutal, tanpa ampun. Hanya tinggal menunggu waktu sampai dia menghancurkanmu sepenuhnya.”

Dharma diam. Tatapannya tajam menembus sisa api yang memantul di matanya. Rahangnya mengeras. Tidak ada satu kata pun keluar dari mulutnya — hanya amarah yang menumpuk di dada.

Suara langkah sepatu terdengar mendekat.

Darwis datang, bersama Gilang di belakangnya.

“Ada apa kau menelponku, Dharma?” suara Darwis tenang, tapi nadanya penuh kehati-hatian. “Gudangmu kenapa? Siapa yang berani melakukan ini?” Ia berpura-pura tidak tahu. “Tenang saja. Aku akan menyuruh Irvana mencari tahu siapa pelakunya.”

Dharma tertawa pendek — dingin. “Kau masih membiarkan anakmu tinggal di kota ini, Darwis? Kenapa tidak kau tangkap saja, sekalian? Bukankah sudah jelas siapa yang melakukan ini?”

“Hey, Dharma.” Nada Darwis meninggi sedikit. “Jangan bawa-bawa Irvana dalam urusan ini. Dia tidak akan melakukan hal serendah itu.”

“Didiklah anakmu dengan benar,” balas Dharma, menatapnya lurus. “Sebelum emosinya membakar lebih banyak dari sekadar gudang.”

Darwis terdiam sejenak, lalu menatap balik dengan mata merah yang menahan marah.

“Irvanaku adalah anak terbaik di dunia,” katanya pelan tapi tajam. “Dia tak terkendali karena dikhianati oleh cintanya.”

Ia mendekat sedikit. “Dan aku datang ke sini karena persahabatan kita, Dharma, bukan untuk mendengarkan ceramahmu.”

Darwis menoleh ke Gilang. “Ayo, Lang. Kita pergi.”

Keduanya berjalan menuju mobil jeep yang terparkir di pinggir jalan. Lampu sorot dari mobil polisi memantul di wajah mereka. Sebelum masuk, Darwis berhenti, menatap Gilang dengan wajah serius.

“Menurutmu,” katanya pelan, “Apa Irvana yang melakukan ini semua?”

Gilang menelan ludah, menunduk sebentar sebelum menjawab. “Irvana anak yang diberkahi Tuhan. Dia tidak akan pernah melakukan hal sebodoh itu.”

Darwis menatapnya lama. Lalu tersenyum samar. “Ulangi,” katanya.

Gilang menatapnya, sadar ini bukan sekadar permintaan.

“Irvana adalah anak yang diberkahi Tuhan,” ulangnya perlahan, “dan hanya Irvana yang cukup berani melakukan hal ini.”

Darwis menatap Gilang diam beberapa detik. Lalu tanpa peringatan, ia memukul kepala Gilang dengan topinya. “Kenapa kau tidak bilang lebih cepat bahwa dia pelakunya, hah?” suaranya rendah, tapi bergetar menahan emosi.

Gilang mengusap pipinya yang memerah, tapi malah tersenyum kecil. “Kalau aku bilang, mungkin kau akan menanyakan ini... di atas kuburanku.”

Darwis mendengus pelan, lalu berbalik masuk ke mobil. Ia menyalakan mesin, membiarkan suara mesin jeep itu menelan sisa percakapan mereka. Gilang duduk di kursi samping, diam.

Mobil itu melaju pergi, meninggalkan cahaya merah api di kaca spion — dan pertanyaan yang tak ada seorang pun berani menjawabnya dengan jujur.

...----------------...

**Next Episode**...

1
Deyuni12
dikit amaaaaat
Miss Ra: siaaaap
total 3 replies
Deyuni12
complicated
oh cintaaaa
Deyuni12
sungguh memilukan
Deyuni12
hadeeeeh
kumaha ieu teh atuh nya
Kutipan Halu
mampir kak, mampir jg ya ke karyaku "DIMANJA SAHABAT SENDIRI"☺☺
Deyuni12
lanjuuuut
Jee Ulya
Tapi kalau kebanyakan naratifnya, aku nggak bisa nafas. hihi😁
Jee Ulya
Nyampeee, Aromanyaaa nyampe siniii kaaaak😍😍😍
Jee Ulya: luv banyaak banyaaak
total 4 replies
Jee Ulya
😭😭😭😭 bagus bangettt
Jee Ulya
Aaah diksinyaaaa bikin meleleeeh 😭😭😭
Deyuni12
agaiiiiiin
Deyuni12
lagiiiiii
Deyuni12: d tungguuuu
total 2 replies
Deyuni12
makin penasaran dengan kisah cinta mereka n juga mungkin dendam d masa lalu antara kedua org tua mereka,,hm
lanjut
Deyuni12
hancurkaaaaan
Deyuni12
cinta 🥺🥺🥺
Deyuni12
huft 🥺🥺
Deyuni12
pertikaian dua sahabat kental,berujung kepahitan yg d dapat irvana,,hm
Deyuni12
jeng jeng jeeeng
badai akan segera d mulai
Deyuni12
memadu kasih
hm
lanjut
Deyuni12
hm
haruskah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!