“Leeeettts Partyyyyyy…” Teriak Ara dengan semangat.
Di Villa tempat Ara tinggal, kini telah berkumpul banyak orang yang tidak lain adalah teman – teman Ara. Dia mengajak teman – temannya untuk berpesta. Ini bukan yang pertama kali Ara mengajak berpesta teman – temannya di rumah, bahkan bisa dikatakan sudah terlalu sering. Tetapi hari ini adalah puncaknya, karena Ara dengan berani hampir menghabiskan seluruh uang pemberian deddynya untuk membeli barang.
.
Arabella Swan adalah anak pertama dari Antony Swan. Dia mempunyai seorang adik yang bernama Rosalia Swan.
Saat ini Ara duduk di bangku kelas 12 sekolah menengah atas di sebuah sekolah Internasional yang ada di negara Itali.
**
Lima orang lelaki yang memiliki good looking, good money dan good power dengan satu orang sebagai leadernya yang terkenal dengan julukannya ‘Devil Hand atau Ace’.
Mereka berlima adalah Max atau yang sering mereka sebut dengan ‘Devil Hand atau Ace’ sang leader, Alexi asisten Max, Leonid sang hacker, Kevin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca 15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 14
"Kapan kau akan berangkat Ace? " Tanya Leonid.
"Malam ini aku akan berangkat! " Jawab Max.
" Ace, siapa sebenarnya gadis yang kau bawa itu? " Tanya Dylan
" Bukan siapa - siapa" Jawaban yang Max berikan, sama dengan jawaban yang ia berikan pada Cassandra kemarin.
***
Max langsung keluar dari ruangan tanpa memperdulukan ekspresi dan reaksi mereka semua, Saat akan mencapai pintu, Max menghentikan langkahnya dan berucap "Kita berangkat besok jam 4 pagi saja El, malam ini masih ada yang perlu ku bereskan! "
Setelah itu, Max pun benar - benar meninggalkan ruangan tersebut dan kembali menuju kamar.
Apa yang Max ucapkan menjadi sebuah tanda tanya besar bagi semua yang ada di dalam ruanga itu.
“Siapa sebenarnya wanita itu Luc?” tanya Dylan lagi pada Alexi. Dengan harapan jika Alexi mengetahui siapa wanita yang dibawa oleh bosnya itu.
“Di sini yang penasaran tidak hanya kau saja Tan, aku pun juga sama… aku yang lebih dulu bertemu dengan wanita itu saja sampai saat ini tidak tahu siapa dia!” Alexi pun juga ikut mengeluh karena tidak mengetahui identitas wanita yang di bawa oleh Max.
Sedangkan Leonid yang sudah tahu identitas wanita tersebut lebih memilih diam bermain gamenya dan berpura – pura tidak perduli seperti biasanya.
“Aku sungguh penasaran dengan wanita itu! Dia adalah wanita pertama yang bisa dekat dengan Max setelah Cassandra” Dylan mencurahkan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.
“Sudahlah! Nanti jika sudah tiba waktunya, Max pasti akan mengenalkan wanita itu pada kita!” Kevin ikut andil bicara dalam kegaduhan yang Max buat.
*
Saat sampai di kamar, Ara pun masih dalam keadaan tertidur. Max mendekat dan memegang dahi Ara. Ia mengecek barangkali Ara mengalami demam. Dan untungnya hal itu tidak terjadi.
Max lantas berjalan menuju balkon yang ada di kamarnya.
Sreeeet...
Ia membuka pintu balkon dan mengeluarkan bungkusan rokok dari dalam sakunya.
Asap putih tebal keluar dari mulut Max. Entah apa yang pikirkan saat ini. Ia sama sekali tidak mengistirahatkan badannya untuk tidur barang hanya sejenak.
Hampir 1 bungkus rokok yang ia habiskan untuk menemani duduk santainya malam ini hingga pagi menjelang.
Pada hisapan terahir, ia melihat jam di tangannya menunjukkan pukul 3 dini hari. Ia pun lantas masuk ke dalam kamar dan menuju ke kamar mandi.
Suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi. Setelah kurang lebih 15 menit ia menyelesaikan ritual mandinya. Ia pun keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk yang ia lilitkan di pinggangnya dan langsung masuk ke walking closet. Jika saat ini Ara terbangun bisa dipastikan ia tidak akan melewatkan indahnya surga roti sobek.
Max keluar dari walking closet, kini ia menggunakan pakaian santai. Ia mengenakan atasan t-shirt warna hitam press body dan mengenakan celana jeans.
Melihat Ara yang masih saja tertidur pulas, Max kemudian mendudukkan pantatnya di tepi tempat tidur di samping Ara. Max merapikan rambut Ara yang sedikit berantakan dan menutup mukanya. Tanpa sadar tangan Max menyusuri garis wajah Ara dan berhenti di bibir Ara yang berwarna merah muda menggoda. Ia usap pelan bibir Ara. Dan perlahan badan Max mulai condong dan mendekati wajah Ara. Jarak antara wajah Ara dan Max semakin dekat, bahkan Max bisa merasakan hembusan nafas Ara.
Dengan perlahan dan pasti. Max mencium bibir Ara
CUP
Cukup lama Max menempelkan bibirnya ke bibir Ara. Kemudian perlahan ia menjauhkan bibirnya dari bibir Ara. Dan bertepatan dengan itu Ara membuka kedua Matanya. Mereka saling beradu tatap sampai sebuah kata terucap dari mulut Max.
“Jika kau tak menginginkan, kau bisa menghindar!”
Setelah megucapkan kata itu, Max kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Ara. Entah setan mana yang menghipnotis Ara saat ini. Sampai wajah mereka tidak berjarak lagi Ara sama sekali tidak mendorong ataupun membuang wajahnya. Ia hanya diam dan menunggu apa yang akan Max lakukan padanya.
Melihat tidak ada penolakan dari Ara, dengan hati – hati Max mengecup bibir Ara. Ciuman yang awalnya hanya sekedar menempelkan bibir kini telah berubah menjadi lumatan.
Ciuman yang diberikan Max pun juga sangat lembut dan penuh kehati – hatian. Ara yang awalnya menerima ciuman dari Max dengan mata terbuka, kini perlahan – lahan mulai memejamkan matanya karena terbuai dengan ciuman yang diberikan oleh Max.
Cukup lama mereka saling mel*mat. Entah sudah berapa menit, Ara tidak menghitungnya. Ia sungguh terbuai. Hingga Max menyudahi kegiatan mereka.
Bibir Ara terasa tebal karena lamanya mereka saling ber pangutan.
“Di dalam laci ada ponsel yang bisa kau gunakan! Tunggu aku di sini sampai aku kembali!” Max pun lantas mengusap kepala Ara dan langsung pergi.
Ia sama sekali tidak memberikan waktu kepada Ara untuk menjawab atau pun bertanya.
Dan Ara yang mendengar perkataan dari Max tanpa sadar menganggukan kepalanya.
Sepeninggal Max, Ara terus saja memegangi bibirnya yang tadi di cium oleh Max. Cukup lama ia memegangi bibirnya. Sampai ia tersadar akan apa yang tadi Max lakukan padanya.
“Apa yang tadi sudah dia lakukan pada ku? Dan kenapa aku juga hanya diam saja? Aduh Ara… “ Ara kemudian mengacak – acak rambutnya.
Teringat akan pesan Max tadi, Ara tidak mau membuang kesempatan. Ia lantas langsung membuka laci nakas yang ada di sebelah tempatnya berbaring. Dan benar apa yang di katakana oleh Max tadi, bahwa ia telah meninggalkan sebuah Hp keluaran terbaru untuknya.
Dengan semangat Ara lantas mengetikkan nomor ponsel Richard. Ia sangat merindukan pacarnya itu.
Tuuut…
Tuuuut…
Tuuuut…
Tuuuut…
“Apakah dia sedang sibuk? Biasanya dia pasti langsung akan mengangkat panggilanku”
Tuuuut…
Sampai dering ke lima akhirnya Richard menerima panggilan Ara.
“Sayang kau sedang apa? Kenapa lama sekali mengangkat panggilanku?” ucap Ara.
“Ara?” sahut Richard
“Iya ini aku…” jawab Ara
“Kau ganti nomor sayang?” tanya Richard
“Hah!.. ah, iya…kemarin ponsel ku di sita di asrama. Kau sedang dimana sayang?” Ara beralasan takut jika apa yang sudah ia lakukan diketahui oleh Richard.
“Aku di rumah. Aku baru saja tertidur setelah mengerjakan tugas!” Suara Richard memanglah khas seperti orang yang sedang bangun tidur. Merasa kasihan telah mengganggu tidur pacarnya, akhirnya Ara menyudahi telponnya.
“Ya sudah sayang, jika kau baru saja tidur! Aku tutup telponnya!” ucap Ara.
“Baiklah sayang…bye!”
“Kau yakin ingin tidur lagi beb?” Ara mendengar suara seorang perempuan yang tidak asing baginya. Ara pun kemudian mengurungkan untuk mematikan panggilan teleponnya. Ia diam dan mendengarkan percakapan antara keduanya.
“Jika kau menggoda ku seperti ini, mana mungkin aku bisa tidur beb!” suara Richard
“Siapa tadi yang menelpon beb? Apakah Ara?” suara wanita itu
DEG
(Dia tahu siapa aku!) batin Ara
“Iya… sudahlah, dia tidak akan tahu jika sahabat baiknya telah lama menjaga pacarnya dengan baik, bahkan sangat baik sampai mau menemani tidur pacar sahabatnya.”
JDER!
Bagai di sambar petir, Ara syok mendengar apa yang diucapkan Richard.
“Benar sekali sayang, dia adalah tambang keuangan bagi kita berdua… hahahaha” wanita itu tertawa puas.
“ Hanya dalam mimpi kalian!” ucap Ara dan langsung mematikan teleponnya.
Ia bahkan langsung memblokir nomor milik Richard.
Dan tanpa Ara tahu, semua percakapan yang Ara lakukan bersama Richard ikut di dengar juga oleh Max.
semangat author dalam berkarya 💪