NovelToon NovelToon
Mas Kapten, Ayo Bercerai!

Mas Kapten, Ayo Bercerai!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:63.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Lima tahun lalu, malam hujan hampir merenggut nyawa Kapten Shaka Wirantara.
Seorang wanita misterius berhelm hitam menyelamatkannya, lalu menghilang tanpa jejak. Sejak malam itu, Shaka tak pernah berhenti mencari sosok tanpa nama yang ia sebut penjaga takdirnya.

Sebulan kemudian, Shaka dijodohkan dengan Amara, wanita yang ternyata adalah penyelamatnya malam itu. Namun Amara menyembunyikan identitasnya, tak ingin Shaka menikah karena rasa balas budi.
Lima tahun pernikahan mereka berjalan dingin dan penuh jarak.

Ketika cinta mulai tumbuh perlahan, kehadiran Karina, gadis adopsi keluarga wirantara, yang mirip dengan sosok penyelamat di masa lalu, kembali mengguncang perasaan Shaka.
Dan Amara pun sadar, cinta yang dipertahankannya mungkin tak pernah benar-benar ada.

“Mas Kapten,” ucap Amara pelan.
“Ayo kita bercerai.”

Akankah, Shaka dan Amara bercerai? atau Shaka memilih Amara untuk mempertahankan pernikahannya, di mana cinta mungkin mulai tumbuh.

Yuk, simak kisah ini di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

04. Tidak akan menunggu seseorang yang sedang membuat luka lebih dalam

Hening yang tadinya hanya menggantung di antara mereka kini berubah menjadi sesuatu yang lebih berat. Shaka menatap amplop putih di atas meja itu lama, lalu tanpa satu kata pun, tangannya terulur dan mengambil amplop tersebut. Amara menatapnya tenang, namun dalam dadanya jantung berdetak cepat, antara lega dan takut.

Namun hanya butuh tiga detik bagi semua ketenangan itu hancur. Shaka merobek surat itu tepat di depan matanya. Kertas itu terbelah dua, lalu empat, hingga serpihannya jatuh di lantai seperti salju yang menandakan akhir musim.

“Shaka!” seru Amara, berjalan mendekat lagi ke arah Shaka. Tatapannya tajam, nada suaranya meninggi.

“Kau pikir dengan merobek itu semuanya selesai?!”

Shaka menatapnya tajam. “Aku tidak akan menandatangani perceraian ini.”

Amara mendengus tak percaya. “Apa maksudmu?”

“Selama aku belum mengizinkanmu, selama keinginan keluarga belum terpenuhi, kau tetap istriku, Amara!” Nada Shaka tegas, dalam, dan menusuk.

“Dan kalau aku tidak peduli dengan keluarga itu?” balas Amara cepat.

“Kalau aku memilih diriku sendiri, bukan mereka?!”

Shaka maju satu langkah. “Amara...”

“Jangan panggil namaku seperti itu!” Untuk pertama kalinya, Amara membentaknya.

Suara yang selama ini lembut kini berubah menjadi tajam, memotong udara yang tegang.

“Lima tahun, Shaka! Lima tahun aku menunggu kau mencintaiku. Tapi setiap kali aku berusaha, kau bahkan tak pernah melihat ke arahku!”

Shaka menatapnya, rahangnya mengeras. “Kau tidak tahu apa-apa tentangku, Amara.”

“Benar! Karena kau tidak pernah membiarkanku tahu!” teriak Amara, matanya mulai berair. “Aku istrimu, tapi aku selalu merasa seperti orang luar di hidupmu!”

Shaka tiba-tiba melangkah cepat, menarik pergelangan tangan Amara hingga tubuh wanita itu terdorong ke dinding.

“Cukup, Amara!”

“Tolong lepaskan aku!” Amara berusaha melepaskan diri, tapi genggamannya terlalu kuat. Suara napas keduanya berbaur, penuh emosi, dan tiba-tiba Shaka menciumnya. Paksaan itu begitu cepat, begitu keras, hingga Amara menahan napas, tubuhnya menegang menahan rasa sakit dan marah yang berbaur jadi satu. Ia mencoba mendorong, tapi Shaka semakin menekan.

“Lepas!” Amara menjerit dan mendorong dadanya sekuat tenaga. Tangannya terangkat tanpa sadar,

Plak!

Tamparan itu keras, bergema di ruangan yang sunyi. Shaka kemudian terdiam, pipi kirinya memerah. Amara menatapnya dengan mata bergetar namun penuh keberanian.

“Jangan pernah lakukan itu lagi.” Suaranya rendah, namun menggigil karena emosi.

“Aku bukan boneka yang bisa kau kendalikan dengan ego dan amarahmu.”

Shaka menatapnya lama, lalu berkata dingin, “Aku tidak akan menceraikanmu, Amara. Bukan sampai keluargamu memberi apa yang mereka janjikan.”

Mata Amara menatapnya tak percaya. “Jadi ini semua tentang kesepakatan? Tentang kekuasaan, bukan perasaan?”

“Jangan naif,” ucap Shaka pelan, tapi suaranya tajam seperti belati. “Kita berdua tahu pernikahan ini bukan soal cinta sejak awal.”

Air mata jatuh dari mata Amara, dia menatap suaminya dengan pandangan yang kali ini benar-benar kosong. Bukan karena lelah, tapi karena tidak ada lagi yang tersisa untuk diperjuangkan.

“Kalau begitu,” katanya pelan sambil mengambil tasnya yang tadi terjatuh.

“Anggap saja hari ini aku menepati janjiku yang terakhir.”

Shaka menatapnya pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hanya suara langkah Amara yang menjauh, dan pintu apartemen yang menutup keras menjadi saksi betapa retaknya dua hati yang dulu pernah saling berjanji. Beberapa detik setelah itu, Shaka berdiri diam di ruang tamu, menatap kertas-kertas robek di lantai. Hujan di luar semakin deras, dan di dalam dadanya,

Keesokan paginya.

Bandara pagi itu dipenuhi hiruk pikuk khas hari kerja. Suara roda koper beradu dengan lantai marmer, seruan petugas check-in, dan deru mesin jet yang bergemuruh di kejauhan.

Namun di antara semua kesibukan itu, ada dua orang yang berjalan di lorong yang sama dengan jarak seperti dua benua. Kapten Shaka Wirantara melangkah gagah dengan seragam lengkapnya.

Di belakangnya, Amara, sebagai pramugari yang selalu tampak profesional, berjalan dengan wajah datar, tak sedikit pun menoleh. Keduanya tampak seperti rekan kerja biasa di mata orang, bukan suami istri yang semalam hampir saling menghancurkan.

Beberapa pramugari berbisik pelan, kagum pada sosok Shaka yang dikenal tegas dan disiplin. Tak ada yang tahu bahwa di balik tatapan dingin pria itu, ada badai yang belum selesai.

“Amara,” suara berat itu memecah hening ketika mereka sudah berada di ruang briefing. Shaka menghampirinya, namun Amara tak bergeming. Dia sibuk menelaah rute penerbangan di tangannya.

“Kita perlu bicara,” kata Shaka pelan, mencoba menahan nada emosinya.

“Di sini tempat kerja, Kapten,” balas Amara tanpa menatap, suaranya tenang namun tajam.

“Kalau urusan pribadi, simpan sampai setelah jam terbang.”

Shaka mendesah frustrasi. “Kau tahu aku tidak mau semua ini berakhir begitu saja.” Amara akhirnya menatapnya, matanya dingin.

“Lucu, kau baru peduli setelah aku ingin pergi?”

Sebelum Shaka sempat menjawab, suara langkah cepat terdengar dari arah pintu.

“Mas Shaka!”

Shaka menoleh spontan, Karina datang dengan seragam baru berwarna biru muda pramugari pelatihan baru di bawah naungan keluarga Wirantara. Rambutnya dikuncir rapi, namun senyum manisnya terlalu berani untuk ukuran tempat kerja.

“Oh, Kapten, aku tadi disuruh Divisi HR datang ke sini langsung,” ujarnya ceria sambil mendekat.

“Katanya aku akan di bawah pengawasan tim penerbangan Kapten Shaka sendiri. Wah, senang banget akhirnya bisa kerja bareng!”

Nada manjanya membuat beberapa rekan lain saling pandang. Amara menunduk, berusaha menyembunyikan ekspresi getir yang hampir pecah. Shaka mengerjap, tampak tak nyaman.

“Karina, ini ruang briefing, bukan tempat untuk...”

“Tapi aku cuma ingin menyapa,” sela Karina lembut, lalu menepuk lengan Shaka ringan. “Sudah lama banget, kan, kita nggak bicara banyak?”

Tatapan Amara seketika naik, dingin, tajam, dan menahan amarah. Ia menutup map rute penerbangan dengan bunyi yang keras, lalu berdiri.

“Permisi,” katanya datar. “Aku ada yang harus disiapkan.”

Shaka menatap punggung Amara yang menjauh tanpa kata. Ia tahu Amara marah, tapi tak tahu harus memulai dari mana. Dan Karina, yang kini berdiri di depannya dengan senyum manis itu, tampak puas melihat pemandangan barusan.

Beberapa jam kemudian, pesawat mengudara. Shaka sekali lagi melirik ke arah Amara yang berdiri di antara para penumpang .

Shaka ingin berbicara, tapi setiap kali melihat profil wajah Amara yang tenang namun dingin, lidahnya kelu. Ia tahu ia sudah melukai perempuan itu terlalu dalam.

Dan dari kursi belakang, Karina sesekali mengirim pesan lewat intercom internal, berpura-pura ingin menanyakan instruksi penerbangan, tapi nada suaranya terlalu manja untuk sebuah urusan kerja.

Amara sudah cukup lama menunggu cinta Shaka tumbuh. Namun kini, setiap kali melihat Karina di dekatnya, Amara hanya tahu satu hal, ia sudah tak ingin menunggu lagi.

Malamnya, di ruang pilot lounge yang sepi, Shaka kembali mencari Amara. Namun kali ini, wanita itu hanya menatapnya datar sebelum beranjak pergi tanpa sepatah kata pun. Langkah Amara tegas, seperti seseorang yang sudah menyiapkan jalan keluar dari sebuah penjara bernama pernikahan. Dan untuk pertama kalinya, Shaka benar-benar takut, bukan karena kehilangan karier, tapi karena menyadari bahwa mungkin, Amara sedang benar-benar berlatih untuk pergi tanpa menoleh lagi.

1
Esther Lestari
harusnya kamu minta tolong salah satu pengawalmu untuk menolong Shaka dulu Amara. Kasihan dia terluka karena menyelamatkan kamu dari amukan wanita tadi.
Yulia Dhanty
Menarik
𝕙𝕚𝕜
lanjutkan thorrrr💪💪💪💪
Ariany Sudjana
Amara, meski kamu sakit hati dengan Shaka, tapi kamu harus ingat Shaka sudah menyelamatkan kamu dari perempuan tadi. setidaknya kamu harus punya rasa kemanusiaan, dengan membawa Shaka ke RS
Hanifah 76
lanjut ka...
Fri5
lanjut kak
Esther Lestari
siapa wanita itu yang berani mempermalukan Shaka di depan umum ?
bagaimana rasanya Shaka, bertemu dengan anak sendiri dan Amara ?
Ma Em
Siapa yg baru saja marah2 sama Shaka mungkinkah Karina dan siapa suaminya yg sombong itu , bagaimana reaksi Amara setelah bertemu dgn Shaka apakah mau kembali pada Shaka .
siti maesaroh
gimana shaka dipermalukan didepan umum malu bukan, bgitu jg dg amara yg duku kau prmlukn didepan staf stafmu,, 0takmu kepikir sampai situ g ,yakin lihat shaka ini bner" pingin tk tampil pake telpon deh aku yg bukn amara aja ikut sakit apa lg amara ya hadehhh. 😄😄🤭 mksih kk thor updatenya
Nanik Arifin
dlu kamu mempermalukan Amara di depan umum demi adik angkat licikmu, sekarang, tanpa Amara tahu Tuhan membalas mempermalukan mu di depan umum. impas, Shaka
silahkan bangkit, bangun kejayaan lagi. jadi pria peka & bertanggung jawab. pantaskan dirimu dlu, baru kejar Amara.
ingat, buang si licik dr hidupmu !!
Fera Susanti
yah gantung😬
Fera Susanti
takdir
Hanifah 76
seru ceritanya
𝕙𝕚𝕜
lanjutkan thorrrr💪💪💪💪
Lenty Fallo
seru ceritanya..😍 lnjut thor upnya 💪💪
Hary Nengsih
ternyata gak bisa bangkit lg shaka🤣🤣🤣🤣jalang nya masi d simpen itu
juriah mahakam
Takdir mank bgtu kejam memisahkan tnpa kt2 n mempertemukan kembali stlh ht ditinggalkan tp ttp menunggu pemilik sejatix,,, gimana ni reaksi Amara hhhmm hhmmm hhhhmm sesi menegangkan akan dtg smngt up kk 🥰
Jong Nyuk Tjen
kyny anak ny s shaka n karin krn selama ini kan s karin tinggal satu rmh am s shaka , mana mngkin ga terjadi sesuatu d antara mereka
Esther Lestari
siapa wanita itu ?
jangan sampai si ulet bulu itu masih berkeliaran dan menganggu Shaka
Esther Lestari
Karina memanfaatkan situasi dan dia menikmatinya.
Semakin menyesal Shaka setelah tahu kenyataan yang sebenarnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!