Menjadi Ibu Susu Bayi Bayi Gaib

Di layar hand phone milik Pak Sigit itu terlihat sosok perempuan berambut panjang dengan memakai pakaian hitam hitam, berdiri di depan pintu pagar.

“Ma lihat dia mulai memanjat pintu pagar.” Ucap Pak Sigit terlihat semakin panik, kala di layar hand phone menampilkan kaki Nyi Ratu Kodasih mulai naik di atas pagar.

“Haduh Pa, bagaimana ini...” Ucap Retno segera berlari ke kamar yang ditempati oleh Langit dan Lintang.

Sedangkan Widowati sudah lebih dulu berlari untuk melindungi Langit dan Lintang.

Pak Sigit yang panik pun langsung berlari ke ruang depan.

“Pa, telpon pak Babin bilang perempuan itu di rumah kita. Kondisi gawat.” Teriak Retno sambil terus masuk ke dalam kamar.

Di dalam kamar Widowati sudah mendekap erat Langit dan Lintang. Dua bayi itu tampak tenang dan tidur di dalam dekapan Widowati.

Saat Retno masuk ke dalam kamar, dia yang panik menoleh noleh mencari cari sesuatu. Ekspresi wajah Retno semakin panik kala kedua matanya tidak melihat sosok anak laki lakinya, yang merupakan perjaka bau kencur.

“Putri di mana Mas mu? Apa dia di kamarnya? Sekarang dalam bahaya, kita kumpul di sini. Kalau perempuan itu masuk kita serbu ramai ramai.” Ucap Retno sambil menatap anak perempuannya yang duduk di tepi tempat tidur, mepet di tubuh Widowati.

Wajah PutrI, gadis kecil yang duduk di bangku Sekolah Dasar kelas enam itu, tampak pucat karena ketakutan.

“Itu Ma, Mas Rizki di situ.” ucap lirih Putri sambil menatap sebuah lemari yang lumayan besar dan tampak kokoh.

Retno pun sedikit tenang, dia cepat cepat melangkah menuju ke lemari besar yang ada di dalam kamar itu. Dia buka salah satu pintu lemari yang berfungsi untuk menaruh pakaian yang digantung.

Tampak sosok Rizki berada di dalam lemari itu di antara pakaian pakaian yang tergantung. Wajah Rizki di dalam keremangan tampak pucat pasi.

“Ya sudah kamu di sini, pintu jangan ditutup rapat rapat. Nanti kalau Nyi Ratu bisa masuk kamar ini, baru kamu tutup rapat.” Ucap Retno.

“I iiiya Ma.. aku takut banget nih Ma, aku tidak mau diper ko sa Nyi Ratu. Kata teman teman kalau Nyi Ratu suka tidak dibunuh tapi dibawa ke lereng merapi dijadikan budak naf su nya..” ucap lirih Rizki dengan suara bergetar karena begitu takutnya pada sosok Nyi Ratu.

“Tidak akan aku biarkan anak anakku dan keluarku dijadikan budak Nyi Ratu.” Ucap Retno lalu menutup pintu lemari itu tidak rapat agar Rizki tidak kehabisan oksigen.

Jantung mereka semua semakin berdebar debar kala Pak Sigit sudah mulai berteriak minta tolong.

“Tolooonnng.. Toloooonnnggg...”

Suara ketukan pintu rumah yang kokoh pun sudah terdengar sangat keras.

TOK

TOK

TOK

“Mamaa.. Tolong Papa itu!” teriak Putri tampak sangat bingung.

Retno dan Widowati pun lebih bingung lagi.

“Dia sudah sampai di depan pintu. Bagaimana kalau dia bisa mendobrak pintu Wid. Aku pukul pakai apa ya..” gumam Retno sambil menoleh noleh mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk memukul Nyi Ratu.

“Ma, pakai ini Ma, disetrum pakai ini!” ucap Putri sambil mengulurkan raket nyamuk yang sejak tadi ada di atas tempat tidur.

“Mbak kita berdoa saja Mbak, mohon perlindungan dari Allah pencipta alam semesta dan segala jenis makluk.” Ucap Widowati sambil mengusap kepala Langit dan Lintang.

“Kata orang orang dia punya kekuatan ilmu hitam. Hanya Allah yang bisa mengalahkan dengan segala cara dan lewat perantara ciptaan Nya Mbak...” ucap Widowati lagi.

Sesaat kedua mata Langit dan Lintang terbuka, kedua tangan dan kaki kaki mungil itu tampak bergerak gerak..

Dan tiba tiba, di luar rumah itu, angin berembus dengan sangat kencang.

Angin terus bertiup dengan kencang terutama fokus menuju ke sosok Nyi Ratu Kodasih.

Rambut panjang Nyi Ratu yang masih berdiri di depan pintu itu tampak melambai lambai dan menjadi sangat berantakan.

Baju hitam hitam longgar yang dipakai oleh Nyi Ratu pun tampak berkibar kibar karena hembusan angin yang sangat kencang.

“Hah! Kenapa angin begitu kencang menerpa tubuhku!” teriak Nyi Ratu sangat kesal. Dan kini kedua tangannya sibuk merapikan rambut yang terus berantakan karena ditiup angin.

Bahkan banyak rambut rambut panjang Nyi Ratu yang patah dan rontok saat dirapikan oleh tangannya, karena rambut rambut itu menjadi bundet ruwet.

Dan tidak lama kemudian..

DDUUUUEEEERRRRR

CLAAAPP

Suara halilintar sangat keras dan tampak cahaya kilat di atas langit gelap di dusun Argo Pura.

Hujan pun turun dengan sangat deras. Angin terus bertiup dengan kencang. Nyi Ratu yang berdiri di depan pintu rumah itu pun tidak bisa menghindar dari tampias hebat air hujan yang sangat lebat.

Rambut panjang Nyi Ratu basah kuyup. Rambut itu semakin kusut, bundet dan ruwet. Baju hitam hitamnya pun juga basah kuyup..

“Malah hujan turun dengan sangat lebat. Sialan ini bukan hujan dan angin sembarangan. Ini hujan angin kiriman.” Ucap Nyi Ratu dengan nada yang sangat kesal.

“Siapa yang sudah berani berani melawan aku! Kurang ajar!”

Nyi Ratu pun menoleh noleh ke halaman rumah Pak Sigit. Tampaknya dia sedang mencari cari sesuatu.

“Hah, itu ada pohon besar aku berteduh di bawah pohon itu untuk semedi.” Gumam Nya Ratu dan segera melesat bagai kilat menuju ke pohon besar yang ada di lokasi halaman rumah Pak Sigit yang luas.

Nyi Ratu lalu duduk bersemadi di bawah pohon jeruk bali alias jeruk gulung. Pohon itu sangat besar dan tinggi. Dahan pohon jeruk itu pun sangat lebar. Nyi Ratu terus duduk bersila bawah pohon jeruk itu, untuk menghimpun kekuatan tenaga dalamnya.

Rambut panjang Nyi Ratu yang basah masih berkibar kibar tertiup oleh angin. Akan tetapi kini dia mengabaikannya. Dia terus diam bersemadi.

Sementara itu di dalam rumah Pak Sigit. Pak Sigit kini duduk di sofa panjang yang melintang mepet di pintu di ruang depan.

Tadi Mak Nah yang menarik narik sofa itu untuk menjadikan penghalang kalau kalau Nyi Ratu mendobrak pintu.

“Sudah tidak ada lagi yang ketuk ketuk pintu ya Pak?” tanya Mak Nah yang juga ikut duduk di sofa panjang untuk pemberat.

“Iya Mak sudah pergi, aku lihat di CCTV kok juga sudah tidak terlihat ya.. Nih lihat dia tampak berlari cepat sekali bagai terbang terus hilang.. “ ucap Pak Sigit sambil memperlihatkan layar hand phone yang menampilkan rekaman CCTV.

Guyuran hujan yang sangat lebat mungkin mengaburkan sosok Nyi Ratu yang melesat lari menuju ke pohon jeruk. Hingga tidak terlihat oleh mata Pak Sigit.