Dilarang Boom Like !!!
Zulaikha Al-Maira. Wanita yang sudah berstatus seorang istri itu harus terpaksa menelan pil pahit kebohongan dan pengkhianatan.
Awalnya, Zulaikha mengira kalau pernikahannya baik-baik saja, tapi semua berubah saat dia mendapati kebenaran tentang pernikahan pertama suaminya.
Zulaikha merasa hancur, dia tidak terima dan memilih untuk pergi dari sisi suaminya.
Zulaikha pergi dan memilih untuk melupakan semua hal tentang suaminya, tapi saat dia ingin memulai. Tiba-tiba, sang suami datang dan kembali mengejar cintanya.
Bagaimanakah kisah Zulaikha selanjutnya ?
Akankah Zulaikha kembali pada suaminya, atau malah membuka lembaran baru dalam hidupnya ?
Ikuti perjalanan cinta Zulaikha yang penuh dengan perjuangan dan air mata.
Follow IG Author ayu.andila 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16. Lupa
Zulaikha dan Syifa melihat ke arah seorang pria yang sedang berdiri diambang pintu, pikiran mereka mulai menerka-nerka apakah pria itu mendengar obrolan mereka atau tidak.
"sejak kapan Mas ada di sini?" tanya Syifa, dia menatap tajam ke arah Defin yang sedang melihat ke arah zulaikha.
"Zulaikha, aku ingin bicara denganmu!" Defin melangkahkan kakinya meninggalkan kakak beradik itu tanpa menjawab pertanyaan Syifa, Zulaikha langsung bangkit untuk mengikuti langkah sang suami.
"aku ikut Mbak!" pinta Syifa sembari memegang tangan sang kakak, dia takut kalau Defin melakukan sesuatu pada kakaknya.
"enggak usah dik, ini urusan rumah tangga Mbak!" ucap Zulaikha sembari melepas pegangan tangan Syifa, dia lalu mengejar langkah Defin yang sudah duduk diruang tamu.
"ada apa Mas?" tanya Zulaikha setelah mendaratkan pantatnya di atas sofa, sementara Defin duduk tepat dihadapannya.
"apa kau sudah puas, membuat keributan?" tanya Defin dengan tajam, dia merasa kesal saat sang Ibu memarahinya.
"aku? membuat keributan?" tanya Zulaikha dengan bingung, kapan dan di mana dia membuat keributan? pikirnya.
"tidak bisakah kau menyelesaikan masalah dengan baik?"
Zulaikha terlonjak kaget saat mendengar ucapan Defin, dia lalu bangkit dan menatap tajam pada lelaki itu.
"keributan apa yang kau maksud, Mas? dan msalah apa yang tidak ku selesaikan dengan baik?" tanya Zulaikha dengan nada bicara yang mulai meninggi, dia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikirin suaminya itu.
"apa harus, kau mengadu pada orangtuaku kalau kau ingin bercerai denganku? hah?" ucap Defin dengan emosi, dia baru saja ingin menyelesaikan masalah namun Zulaikha malah mengadu pada orangtuanya.
"lalu aku harus mengadu pada siapa Mas? kalau bukan pada orangtuamu!" ucap Zulaikha dengan penuh penekanan. Wajahnya memerah karna luapan emosi yang mulai menyelimuti hatinya.
"kita bisa menyelesaikan masalah rumah tangga kita sendiri, Zulaikha!" desis Defin, dia ikut bangkit dengan tatapan tajam ke arah sang istri.
Zulaikha menarik napas panjang, dan menghembuskannya dengan perlahan untuk menenangkan perasaan emosi yang sudah sampai ke ubun-ubunnya.
"aku mengadu bukan karna ingin membuka masalah rumah tangga kita, Mas. Tapi karna aku ingin bercerai denganmu!" lirih Zulaikha yang langsung menundukkan kepalanya.
"cerai? kau yakin ingin bercerai denganku?" tanya Defin dengan nada tinggi memekikkan telinga.
Zulaikha meremas ujung hijabnya dengan dada bergemuruh, dia lalu manganggukkan kepala dengan yakin untuk menjawab pertanyaan sang suami.
Defin menghela napas kasar, dia lalu mendekat ke arah Zulaikha yang masih menundukkan kepala.
"Jika kau memang ingin bercerai, maka terserah. Aku tidak peduli!" Defin melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu, pikiran yang sedang pusing dengan masalah perusahaan harus ditambah dengan masalah istri kedua membuatnya merasa sangat kesal.
Sepeninggalan Defin, Zulaikha masih mematung ditempatnya. Air mata kembali menetes dan terjatuh membasahi lantai. Dia memejamkan mata menahan rasa sakit dan sesak hang datang secara bersamaan.
Bruk, Syifa memeluk tubuh sang kakak untuk memberi kekuatan, rupanya dia tadi mengintip Zulaikha dan Defin yang sedang berbicara tentang rumah tangga mereka.
Zulaikha mencoba untuk menahan tangisnya saat pelukan Syifa semakin erat, dia tidak mau melihat sang adik kembali sedih.
"yang sabar Mbak, hiks," ucap Syifa dengan tangis yang juga sedang dia tahan.
Sungguh malang nasib seorang wanita yang disia-siakan oleh suaminya, bahkan suaminya itu tidak pernah sekalipun melalukan hubungan yang seharusnya terjadi diantara suami istri.
Namun, Zulaikha tetap setia menunggu. Dia berpikir kalau sang suami belum bisa sepenuhnya menerima kehadirannya, dan berharap suatu saat nanti dia akan mendapatkan kebahagiaan yang selama ini selalu dia tunggu.
Tapi ternyata Takdir berkata lain, rumah tangganya harus berakhir saat dia belum merasakan bagaimana menjadi seorang istri yang sesungguhnya.
"Mbak! Mbak!" Syifa menggoyangkan tubuh sang kakak saat wanita itu hanya diam membisu, sementara Zulaikha yang baru sadar langsung gelagapan.
"ke-kenapa Dik?" tanyanya sembari menghapus air mata yang masih membekas diwajah.
"Mbak harus kuat, masih ada aku di sini. Aku akan selalu menjaga Mbak dan menyayangi Mbak sampai kapanpun," ucap Syifa dengan mata berkaca-kaca, saat ini dia harus menjadi kekuatan bagi sang kakak.
"menjaga dan menyayangi Mbak?" tanya Zulaikha sembari menaikkan alis matanya, dan dijawab dengan anggukan kepala Syifa.
"enggak mau!" tolak Zulaikha sembari berlari meninggalkan Syifa yang langsung manyun mendengar ucapannya.
Kemudian mereka berdua kembali ke toko untuk bergabung bersama Sita, yang saat ini sudah ambruk di kursi.
****
Setelah membereskan dan menutup toko, Zulaikha berdiri di depan pintu dengan pikiran berkecambuk. Dia mengingat ucapan suaminya tadi siang, dan tidak mungkin lagi untuknya kembali ke rumah lelaki itu.
"Mbak mau ke mana?" tanya Syifa yang baru selesai mencuci tangan.
Zulaikha berbalik dan melihat Syifa yang sedang berdiri tepat di belakangnya, dia lalu mengulas senyum sembari berjalan masuk kembali ke dalam rumah.
"kami udah pesan makanan kesukaan Mbak loh," seru Sita yang baru menampakkan batang hidungnya. Mereka bertiga berjalan ke arah dapur untuk menikmati makan malam.
"Ya Allah, ini banyak sekali!" ucap Zulaikha sambil melihat ke arah meja yang sudah penuh dengan makanan kesukaannya.
"Enggak banyak kok Mbak, ini pas untuk kita bertiga." Syifa mengambil ayam goreng kesukaannya dan langsung memasukkan ke dalam mulut.
"Uhuk, uhuk, uhuk." Syifa terbatuk-batuk karna tersedak ayam goreng, sementara Zulaikha memberikan segelas air untuknya.
"makanya, kalau mau makan itu berdo'a dulu!" cibir Zulaikha sembari menggelengkan kepalanya.
Syifa hanya mendengus sebal dengan apa yang diucapkan sang kakak, padahal semua yang diucapkan wanita itu adalah kebenaran.
Kemudian mereka menikmati makanan dan minuman yang telah tersaji dimeja itu, sambil sesekali mengobrol masalah yang tidak penting.
Pada saat yang sama, seorang pria terlihat baru pulang dari tempat kerjanya. Dia memarkir mobil dan berlalu masuk ke dalam rumah.
Defin membuka pintu sembari melepaskan sepatu yang sejak tadi terpasang dikakinya, dia lalu melihat rumahnya yang tampak gelap dan mencekam.
Defin segera mengambil ponsel untuk mencari saklar lampu agar rumahnya tidak lagi menyeramkan.
Tangan Defin memencet tombol yang ada didinding, dan seketika semua ruangan menjadi terang benderang.
"ke mana Zulaikha? biasanya kan dia selalu menungguku?" gumam Defin yang tidak melihat keberadaa Zulaikha.
Defin lalu beranjak ke arah kamar dengan menenteng tas kerja yang biasa dibawa oleh Zualikha, mungkin istrinya sudah tidur pikirnya.
"ke mana dia?" ucap Defin saat tidak menemukan Zulaikha dikamar itu.
Namun, seketika Defin mematung ditempatnya saat kembali mengingat apa yang sudah dia katakan pada Zulaikha. Istrinya itu pasti masih berada dirumah Almarhum kedua mertunya.
"sial!"
•
•
•
TBC.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
intinya goblok.
untung ridwan pria tegas!