NovelToon NovelToon
Anjani Istri Yang Diremehkan

Anjani Istri Yang Diremehkan

Status: tamat
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Tamat
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Uang miliaran di rekening. Tanah luas. Tiga ratus pintu kontrakan.

Anjani punya segalanya—kecuali harga diri di mata suaminya dan keluarganya.

Hari ulang tahunnya dilupakan. Status WhatsApp menyakitkan menyambutnya: suaminya disuapi wanita lain. Dan adik iparnya dengan bangga menyebut perempuan itu "calon kakak ipar".

Cukup.

"Aku akan tunjukkan siapa aku sebenarnya. Bukan demi mereka. Tapi demi harga diriku sendiri."

Dan saat semua rahasia terbongkar, siapa yang akan menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8

Pagi itu, Anjani memulai harinya seperti biasa. Udara masih segar menyapa halaman kontrakan kecil yang ia huni. Meski sederhana, tempat itu tampak asri dan hidup. Di sudut-sudut halaman, pot-pot dari ember bekas dan kaleng cat berdiri rapi, penuh tanaman yang tumbuh subur. Tanaman-tanaman itu seolah tahu bahwa tangan Anjani adalah tangan yang penuh kasih, yang merawat bukan hanya karena hobi, tetapi karena cinta.

Tak ada yang tahu, di balik sosoknya yang bersahaja, Anjani sebetulnya sangat mampu membeli rumah mewah di kawasan elit mana pun. Namun, ia memilih hidup sederhana. Sebagian besar penghasilannya ia putarkan untuk mendukung UMKM, dan sebagian lagi diam-diam ia salurkan untuk membiayai beberapa panti asuhan. Tak satu pun pengurus panti itu tahu bahwa pemilik utamanya adalah perempuan yang kini sedang menyapu halaman kecil sambil bersenandung pelan.

Setelah menyiram tanaman dan merapikan dapur, Anjani duduk di teras. Secangkir teh hangat menghangatkan jemarinya. Ketika ketenangan hampir meninabobokan pikirannya, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor yang sudah akrab—Rina, sahabat lamanya semasa kuliah, kini bekerja sebagai asisten kepala Balai Penelitian Pertanian.

Tak lama, ponselnya berdering.

“Halo, Rin?” sapa Anjani ringan.

“Jan, aku ganggu sebentar ya. Ini penting,” suara Rina terdengar cepat, penuh semangat.

“Kenapa? Tumben kamu kayak dikejar proposal,” Anjani tertawa kecil, menyesap teh sambil bersandar di kursi rotan.

“Siang ini jam satu, Pak Guntur dan tim mau ke tempatmu.”

Anjani langsung menegakkan tubuh. “Pak Guntur dari Balitbangtan itu?”

“Iya, benar. Mereka serius, Jan. Tertarik banget sama formula bibit organik yang pernah kamu kirim itu.”

“Hah? Tapi itu aku kirim cuma iseng, Rin. Waktu webinar itu aja, aku bales emailnya sambil goreng tempe, loh.”

“Nah, justru itu. Mereka terkesan. Katanya formulamu punya potensi besar. Jadi, mereka mau diskusi langsung. Gak usah khawatir, bukan mau wawancara kerja. Cuma ngobrol dan pengin kamu jelasin lebih rinci soal prosesnya.”

Anjani terdiam sejenak. Ia nyaris lupa bahwa beberapa bulan lalu, saat mengikuti seminar daring, ia sempat mengirimkan hasil uji coba formulasi pupuk organik berbahan limbah rumah tangga. Sebuah eksperimen kecil dari dapur sempitnya sendiri.

“Tapi tempatku ini, Rin... rumah kontrakan biasa. Gak enak nerima tamu penting.”

“Gak penting itu, Jan. Yang mereka cari itu kamu dan idemu. Siapin aja bahan seadanya. Siapa tahu mereka malah nawarin kerja sama. Atau royalti.”

Obrolan pun berakhir, tapi detak jantung Anjani justru mulai cepat. Ia bersih-bersih rumah seadanya. Meja dilap, kursi dirapikan, dan seteko air putih serta beberapa gelas disiapkan. Tidak ada penganan istimewa, hanya kesungguhan yang ia hidangkan.

Pukul satu tepat, mobil plat merah berhenti di depan kontrakan. Seorang pria paruh baya turun, mengenakan batik rapi dan senyum hangat. Di belakangnya, dua staf muda ikut melangkah. Mereka memperkenalkan diri sebagai Guntur dan tim dari Balitbangtan.

Langsung pada tujuan, Guntur membuka pembicaraan dengan tenang.

“Bu Anjani, kami telah mempelajari formulasi yang Ibu kirim. Kami sangat terkesan. Ini punya potensi besar, terutama untuk para petani kecil. Kami tidak menawarkan pekerjaan tetap, tapi kolaborasi. Kami ingin menjadikan Ibu sebagai tenaga ahli lepas untuk mengembangkan formula ini.”

Anjani menelan ludah. Ia nyaris tak percaya dengan apa yang ia dengar.

“Ibu tak perlu tinggalkan rutinitas Ibu. Kami hanya minta Ibu menyempurnakan formula ini. Kalau nanti dipatenkan dan diproduksi massal, Ibu akan menerima royalti sebagai pemilik hak intelektualnya,” lanjut Guntur mantap.

Pertemuan itu tidak berlangsung lama. Tapi dampaknya... luar biasa. Setelah tamu-tamu itu pulang, Anjani duduk sendirian di ruang tamu kecilnya. Wajahnya tenang, namun matanya berkaca-kaca.

Bukan karena bangga. Tapi karena lega.

Di saat suaminya dan keluarga mertua memandangnya sebelah mata, dunia luar justru melihat nilainya. Mungkin, semesta memang tahu kapan waktunya seseorang yang tersembunyi mulai bersinar.

.....

Siang itu, Mirna duduk di ruang makan sambil mencoret-coret daftar belanja di tangannya. Matanya tajam memindai setiap item, lalu mencoret harga satu per satu. Beras, misalnya, yang semula kualitas super seharga 800 ribu, kini ia ganti dengan yang paling murah: 300 ribu per karung.

“Pantas saja dia boros. Segala beras organik, gaya-gayaan doang. Sama-sama beras, sama-sama putih, sama-sama dimakan,” gumam Mirna sambil mencibir.

Ia lanjut mencoret sabun mandi dan sabun cuci. Produk organik yang dulu dipakai Anjani diganti dengan merek biasa yang harganya jauh lebih murah.

“Sabun aja pilih-pilih, katanya aman buat kulit. Sok-sokan banget. Hidup itu yang penting hemat, bukan gaya.”

Tangannya kembali sibuk mengubah daftar. Ia menghitung cepat penghematannya—sekitar satu setengah juta rupiah.

“Lumayan. Bisa buat beli dua dus mi instan, empat kilo telur, dan sayur seadanya. Yang penting perut kenyang, nggak usah sok sehat!”

Mirna menghela napas panjang. Ada kegetiran di nada suaranya. “Anakku manajer, gaji 16 juta, tapi nanti makannya cuma nasi, mi, dan telur. Ironis.”

Sejenak, pikirannya melayang. Dulu, saat Anjani yang mengelola uang rumah tangga, semuanya terasa cukup meski hanya tiga juta per bulan. Makanan sehat, dapur selalu ada stok, dan anak-anak tak pernah mengeluh kekurangan.

Mirna menggelengkan kepala, hampir saja kagum.

“Ah, tidak. Dia cuma perempuan kampungan. Nggak mungkin dia lebih pandai dari aku.”

“Ceklek.” Suara pintu terbuka. Nina dan Nani masuk dengan tas kuliah masih menggantung di pundak.

“Bu, minta uang 200 ribu buat tugas kampus,” kata Nina.

Mirna menatap mereka tajam. “Tugas apa sampai butuh 200 ribu?”

“Itu buat berdua, Bu. Kita biasanya minta ke Kak Anjani. Tapi kan sekarang uangnya dipegang Ibu,” jelas Nani.

“Enggak ada!” potong Mirna cepat. “Buat makan aja Ibu udah ngirit-ngirit. Gak nyisa sedikit pun!”

Nani menggerutu, kecewa. “Waktu Kak Anjani pegang uang, kita gak pernah kekurangan…”

"Daripada kalian terus memuji wanita kampungan itu, lebih baik kalian cuci baju sendiri! Lihat tuh—sudah numpuk kayak gunung. Heran, anak perawan joroknya minta ampun!" semprot Mirna, suaranya meninggi sambil menunjuk ke tumpukan pakaian kotor di pojok rumah.

“Ih, Ibu… masa kita balik ke zaman jahiliyah lagi?” sahut Nina, setengah bercanda.

“Kalau bukan kalian, terus siapa yang mau nyuci?” tanya Mirna ketus.

“Ya... Ibu dong,” jawab Nina polos.

Mata Mirna langsung melotot tajam, membuat Nina dan Nani refleks mundur beberapa langkah. Tanpa perlu komando, mereka segera masuk ke kamar.

“Baru tiga hari Kak Anjani nggak ada, hidup rasanya rempong banget,” keluh Nani sambil menjatuhkan diri ke kasur.

“Iya... mana uang jajan gak ada lagi. Nongkrong di kafe juga mimpi,” sahut Nina sambil membuka ponselnya.

“Nin, gimana kalau kita terima tawaran Joni aja?” bisik Nani hati-hati.

Nina menoleh cepat. “Gila kamu! Masa kita mau jadi ayam kampus?!”

“Terus gimana? Kamu tahu sendiri kan Ibu pelitnya kayak apa. Waktu kita SMA aja kita cuma dikasih uang 15 ribu per hari,” ujar Nani frustrasi.

“Kita sabar aja. Sebentar lagi Bang Riki nikah sama Mbak Lusi. Aku yakin deh Mbak Lusi lebih loyal. Kemarin aja kita dikasih uang 200 ribu,” kata Nina, mencoba menenangkan diri.

“Nina! Naniiii!” Teriakan Mirna membuyarkan percakapan mereka. “Ngobrol aja kerjaannya! Cepat cuci baju kalian sebelum Ibu bakar itu semua!”

“Duh, Ibu balik lagi jadi mak lampir,” gerutu Nina pelan.

Dengan malas, mereka keluar kamar, membawa ember dan baju kotor ke kamar mandi. Sementara itu, Mirna masuk dapur, mulai menyiapkan makan malam dengan wajah kesal yang belum juga reda.

1
Endang Supriati
tolol, mau aja jd babuuuu, diam aja begitu,labgsung suruh pecat si rizky! coba mau apa si lusi.
Ermila Ermila
sangat menarik ceritanya, walau ending nya masih agak gantung sih..
Nur Lela
luar biasa
Ayu
Thor.. sdh tamat kah. blm jg 5 naga di tangkap.Riki kshn di penjara. kahn jg mirna Bram jg Adi dpt karma nya. thor bkn kah istri baru Adi Siksa ya kok jdi susi. kbr Raka.Viona jg lusi blm ada kepastian nya. tapi slmt dan sukses ya thor. crita nya bagus dan seru
Ayu
Thor..heran jg. si Anjani kan di culik. psti kan gk bw apa2 .mgkn jg barang2 nya di ambil penculik nya. kok bs ya waktu di slmtkan Anjani msh pegang map yg berisi dokumen nm2 oak jamal jf pak Gunawan. dunia novel mmg the best. Semua bs di kbulkan. kita ikut author nya aja ya
Ayu
Firman ketemu istei nya yg ternyata wanita yg di jodohkan kakek nya. sungguh lucu dan buat tegang pembaca thor. smgt trs
Ayu
Pertemuan yg penuh haru antata kakek dan cucu2 nya. ternyata Reno sm Anjani cucu orang yg sgt berkuasa
Mazree Gati
ga di kasih ucapan selamat ultah aja nangis,,jijik
Ayu
Berita mengejutkan lg. ternyata Anjani anak lukas. lukas anak piter yg menghilang. Alhamdullillah Anjani bs terselamatkan oleh kakek kandung nya yg tersembunyi
Ayu
Firman ternyata cucu piter. dan ternyata nikah jg sm wanira yg sm2 di jodohkan
Ayu
Thor.. tk kirain dr awal bc crita nta tentang seorang istri yg terabaikan. ujung2 nya crita nya smpai politik mafia dan kekuasaan. crita nya bagus bgt thor. pemeran crira bnyk bkn mentok ke peran utama Anjani aja. cm 1 kesalahan thor. nm kk Raka kan Tiara knp jadi nm laras. maaf thor
Ayu
Smg Anjani slmt. sl ada yg membantu nya
Ayu
Kshn Anjani.. hanya krn pupuk organik nta jdi rebutan. semua orang yg dkt sm dia di tangkap. di mn keadilan buat orang2 yg serakah. siapa lg yg bs menolong Anjani. smg Rizky atau anak buah pak Jamal dpt menolong nya
Ayu
Diko watak nya mirip dgn Raka. smg Anjani kukuh dgn prinsip nya. pak Jamal sl ada di saat dia dlm bahaya. jgn krn orang baru knl lgsg percaya dgn menjelek kan nm irang lain. smg Anjani sl waspada
Ayu
Ternyata pak Jamal bekas pasukan Elit. pembaca semua mengira mantan mafia. smg pak Jamal bs sl melindungi Anjani
Ayu
Kok bs tau ya si Diko klau pak Jamal bekas Mafia. smg Anjani gk terhasut dgn omongan Diko. krn sejati nya pak Jamal sl menolong dan menyelamatkan nyawanya
Ayu
Ya ellah.. hanya ken pupuk AJ25 laku keras. pembuat pupuk jdi incaran orang2 yg iri dengki. ternyata Bram jg jht.
Ayu
Ternyata kekayaan yg di miliki Bram punya istri nya. sm jg bohong dong
Ayu
Pertama bwnci dan saling cuek. akhir nya nanti Firman sm Wulan berjodoh jg
Ayu
Nah.. ternyata btl kan Bram pp nya Viona pp nya Riki jg. bersyukurlah. disaat kalian jatuh bertemu Bram yg sdh kaya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!