Menghadapi kerasnya kehidupan, membuat Aqilla menjadi seorang wanita yang tegar. Semenjak kedua orangtuanya meninggal dalam suatu kecelakaan, membuatnya menjadi pribadi tertutup. Dengan merintis usaha kecil bersama sang adik, untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Dalam kondisi ekonomi yang dibilang sulit, ia tetap bertahan.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seseorang yang selalu berkaitan dengan darah, bahkan membunuh pun adalah kesehariannya. Namun hal itu tersembunyi dibalik kharismanya sebagai salah satu CEO di suatu perusahaan besar.
Bagaimana kelanjutannya?
Apakah yang akan terjadi jika mereka dipertemukan?
Penasarankan, ikuti terus up dari karyanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
" Dasar manusia berhati iblis, begitukah cara anda berterima kasih dengan orang yang menyelamatkan hidup anda dari maut, hah." Meyra segera meletakkan kepala Aqilla diatas pahanya.
" Qilla bangun, bangun Qilla." Mey menepuk pipi Aqilla agar ia sadar.
" Hah! Berterima kasih? Kalian itu hanya sampah yang menjijikkan, ingin menipu saya dengan akting kalian ini? Sungguh konyol." Akhtar masih dengan angkuhnya.
" Menipu??? Anda bilang kami menipu? Dimana otak anda, hah. Apa ini, didikan orangtua anda untuk menghargai seorang perempuan? Kalau kami ingin menipu kalian, dari awal kami akan meminta uang dengan jumlah besar kepada anda. Tapi sahabat saya, dengan ikhlas menolong dan menggorbankan nyawanya untuk anda tanpa pamrih. Bahkan ia pergi dari rumah sakit, karena takut tidak bisa membayar biayanya. Walaupun sudah saya bilang, kalau anda akan menanggungnya." Mey terus mencoba membangunkan Aqilla.
Akhtar terdiam dengan perkataan dari Meyra, mencerna kata demi kata yang ia dengarkan. Ada rasa bersalah dalam hatinya, namun semuanya itu masih tertutupi oleh ego-nya .
" Apa anda masih mengganggap sahabat saya ini sebagai penipu, karena menyelamatkan anda. Ia harus menanggung akibatnya seumur hidup, apa anda bisa membayar penggorbanan Aqilla?." Meyra menatap tajam ke-arah Akhtar.
" Seumur hidup ???" Mulut Akhtar membeo.
" Benar, Aqilla harus menanggungnya seumur hidup. Tembakan itu menggenai organ ginjalnya, hingga menggalami kerusakan fungsi yang sangat berat. Untuk bertahan hidup, ia harus menjalani cuci darah selamanya. Dan anda harus perfikir lagi, ia bahkan tidak meminta pertanggung jawaban dari anda bukan! Apa anda masih menuduhnya sebagai PENIPU!!! " Meyra sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.
Akhtar terdiam, bagaikan patung hidup yang berdiri kokoh. Namun, keterdiamannya itu hilang. Ketika teriakan dari Meyra.
" Tuan tolong, tolong bawa Aqilla kerumah sakit, tolong tuan. Selamatkan nyawanya, tolong !!!.
Entah dapat bisikan darimana, Akhtar segera meraih tubuh Aqilla yang sudah tak sadarkan diri. Dengan cepat ia membawa tubuh Aqilla menaiki tangga rumahnya, dan meletakkan tubuh ringkihnya diatas kasur milik Akhtar.
" Van, segera kerumahku. Sepuluh menit!!!" teriak Akhtar disaat menelfon.
" Hei tuan bodoh, kenapa membawanya kesini. Kita harus kerumah sakit, tubuh Aqilla tidak akan sanggup menahan sakitnya.
Mendengar teriakn dari Meyra, Membuay Akhtar emosi.
" Kamu ini bisa DIAM tidak, hah. " suara Akhtar tak kalah menakutkan, hingga Meyra yang mendengarkanya menjadi terdiam.
Akhtar menopang dagunya dengan tangan kanan yang bertumpu pada tangan kirinya. Suara hentakan kaki yang cukup keras terdengar menuju kamarnya, Evan datang dengan setengah berlari.
" Van, cepat kamu periksa!!! ." Wajah Akhtar sudah sangat menggenaskan seperti orang kehilangan dompet.
Evan yang sedari tadi bingung, kenapa ada wanita dikamar Akhtar yang notabennya adalah orang yang dingin terhadap perempuan. Namun ia Lebih baik melaksanakan tugasnya terlebih dahulu daripada bertanya, nantinya malah jadi masalah baru.
Tak berselang lama, Evan segera memdekat kepada Akhtar.
" Kita harus segera bawa wanita ini kerumah sakit, sepertinya ada masalah dengan ginjalnya yang sebelah kanan. Ada bekas jahitan disana, dan lagi. Ada hantaman keras mengenai perutnya, itu berakibat fatal. Aku akan menghubungi rumah sakitmu, untuk mempersiapkan tindakan. Kita harus cepat, kalau tidak nyawanya dalam bahaya. " Dengan segap, Evan menghubungi pihak rumah sakit milik keluarga Wijaya.
Seakan-akan ada pukulan yang sangat keras mengenai kepala Akhtar, perkataan Evan sangat mengganggu pikirannya. Apalagi itu adalah masalah nyawa seseorang, yang baru saja ia aniaya secara fisik dan verbal. Sungguh hal ini membuat Akhtar berubah menjadi tikus kecil yang manis, tidak lagi menjadi orang yang angkuh.
" Woi, ngelamun dianya. Cepetan, mau ikut apa nggak nih? Nyawa wanita ini sudah di ujung tanduk bego'. Dasar !!!" Evan geram dengan tingkah Akhtar.
