Ketulusan Hati Pengantin Pengganti

Alana tidak berbelanja banyak karena dia hanya tinggal dua hari lagi di Surabaya bersama suaminya. Alana hanya mengisi beberapa bahan keperluan untuk dapur agar tidak perlu membeli makanan siap saji seperti yang dilakukan Raymond. Padahal tanpa Alana sadari Raymond yang telah menghabiskan makanannya.

Raymond juga berada di luar yang pasti sangat mudah mendapatkan makanan sementara dirinya yang memang tidak mengenali kota tersebut dan juga tidak berani yang membuat Alana harus pintar-pintar menyesuaikan situasi.

Alana yang terlihat memasukkan buah-buahan ke dalam troli belanjaan yang tiba-tiba melihat anak kecil yang waktu kemarin dia tabrak.

"Bukankah dia bocah yang kemarin itu," ucap Alana mengingat dengan jelas.

"Dia belum berdamai denganku, apa aku minta maaf sekali lagi secara personal padanya, kemarin hanya ibunya saja memaafkan ku. Tapi bagaimana jika aku mendekatinya dan justru dia kembali menangis?" tanyanya kebingungan yang tidak berani mengambil tindakan.

"Tapi tidak ada salahnya untuk dicoba," ucapnya yang mengumpulkan keberanian dengan menarik nafas dan membuang perlahan ke depan.

Kemudian Alana berjalan menghampiri anak kecil tersebut yang ternyata langsung berlari padahal belum melihat Alana. Alana mempercepat langkahnya dengan mendorong troli tersebut dan pada akhirnya dia menemukan anak kecil tersebut tetapi bukannya kembali melanjutkan langkahnya yang membuat Alana malah berhenti.

"Mama sudah mengatakan jangan lari-lari Dion. Kamu ini benar-benar ya," ucap Naomi menegur putranya itu kembali.

Bukan hal itu yang membuat Alana mematung dengan wajah kaget yang dicampur dengan bengong, tetapi pria yang juga mendorong troli belanjaan yang tak lain adalah Anthony.

"Nanti kalau jatuh bagaimana. Kamu yang ingin jalan-jalan ke Supermarket dan kalau sampai terluka yang repot juga siapa," ucap Anthony dengan nada yang sedikit dingin.

"Iya Papa. Maaf," ucap Dion.

Anthony merasa ada yang melihat dirinya yang membuatnya melihat lurus ke depan dan ternyata Alana sudah sempat bersembunyi di balik rak dengan bersandar di rak tersebut yang nafasnya naik turun dengan jantungnya berdebar dengan kencang.

"Kenapa, Mas?" tanya Naomi.

"Tidak apa-apa," ucap Anthony yang masih melihat ke arah tempat Alana sebelumnya.

"Kalau begitu ayo kita lanjut!" ajak Naomi yang membuat Anthony menganggukkan kepala.

"Ya. Allah ada apa ini sebenarnya?" batin Alana dengan kebingungan.

"Itu Papa dan wanita itu siapa?"

"Dia wanita waktu kemarin?"

"Anak kecil itu kenapa harus memanggil Papa?" Alana yang semakin bingung dengan bertanya-tanya yang pasti tidak memahami situasi yang dihadapi.

Alana benar-benar sangat takut berada di dalam situasi itu. Semakin lama menikah dengan Raymond dan justru dia semakin mendapatkan banyak hal yang mana keluarga Raymond benar-benar sangat membingungkan.

Alana menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan. Dia merasa tidak perlu memikirkan apapun yang berusaha untuk tenang dan sesuai janjinya yang tidak ingin ikut campur dengan keluarga Raymond.

Alana hanya belanja sedikit saja dan setelah melakukan pembayaran, Alana yang keluar dari Supermarket tersebut dengan membawa satu kantong plastik besar.

Tetapi Alana tiba-tiba dikejutkan dengan keributan yang terjadi di samping mobil Raymond yang ternyata Anthony sudah ada di sana dan melayangkan pukulan ke pipi Raymond yang membuat Alana kaget.

Di sana juga ada juga ternyata Naomi dan juga Dion yang mana Naomi sejak tadi menutup mata putranya agar tidak melihat perkelahian itu.

"Aku sudah mengatakan jaga bicaramu dan kau harus menghargaiku sebagai orang tuamu!" tegas Anthony penuh dengan penekanan yang menunjuk tepat di wajah Raymond.

"Aku akan merendahkan diriku jika harus menghargai orang sepertimu!" tegas Raymond.

"Kau mengatakan apa?" tanya Anthony menekan suaranya.

"Berpamitan kepada istri untuk bekerja dan ternyata bersenang-senang dengan istri muda, sangat menjijikkan sekali!" sinis Raymond yang meremehkan dua orang tersebut.

"Anak kurang ajar!"

"Pa, cukup!" Alana untung saja cepat datang yang berlari menghampiri keributan itu yang berdiri di depan suaminya menghalangi Anthony yang kembali ingin melayangkan pukulan pada Raymond.

"Pa tolong jangan membuat keributan di sini!" ucap Alana yang mencoba menenangkan dua orang yang terbalut emosi itu.

"Minggir kau Alana!" usir Raymond yang pasti tidak ingin Alana ikut campur dengan urusannya.

"Raymond sudahlah jangan memancing Papa lagi, kamu tidak lihat di sini ramai orang dan bagaimana jika ada rekan bisnis kamu yang melihat kamu seperti ini," ucap Alana memperingati suaminya dan sepertinya Raymond tidak peduli dengan hal itu dan justru dia menginginkan ada orang yang melihat semua itu.

Sementara Anthony sepertinya lebih mendengarkan perkataan Alana yang melihat di sekelilingnya bagaimana orang-orang yang memang tidak terlalu mencampuri tetapi tetap saja ketika melewati mereka akan melihat ke arah mereka.

"Kamu beritahu kepada suami kamu untuk menjaga kata-katanya dan katakan kepadanya dia tidak akan jadi apa-apa jika bukan karenaku!" tegas Anthony penuh dengan penekanan yang mengingatkan Alana.

Alana hanya menganggukkan kepala supaya cepat saja.

"Ayo kita pergi!" ajak Anthony yang membuat Naomi menganggukkan kepala dengan buru-buru yang langsung membawa putranya menyusul Anthony.

"Aku belum selesai bicara pengecut!" teriak Raymond yang masih tersulut emosi dan bahkan ingin mengejar Anthony yang membuat Alana menghalanginya.

"Raymond sudah hentikan!" tegas Alana dengan merentangkan kedua tangannya mencegah kepergian suaminya itu.

"Aku bilang jangan ikut campur!" bentak Raymond dengan suara menggelegar yang bahkan sedikit mendorong Alana agar bergeser dari depannya.

"Kau tidak tau apa-apa dan jangan ikut campur apapun!" tegas Raymond.

"Kenapa kamu jadi marah padaku hah! memang salah mencegah kamu dengan papa yang saling melukai hah!" sahut Alana yang jadi kesal pada Raymond.

"Aku tidak pernah melukainya dan justru dia yang melukaiku dan juga Mama!" tegas Raymond dengan suaranya yang menggelegar tampak dari wajahnya ada luka yang begitu sakit yang dia pendam.

Matanya berkaca-kaca yang telah memperlihatkan bahwa hancurnya hatinya dengan masalah yang tidak diketahui Alana.

"Kau pikir luka hanya berdasarkan fisik saja hah! Kau tidak akan paham karena kau tidak berada dalam situasi ini!" tegas Raymond menekan suaranya.

Dengan nafas naik turun Raymond menatap tajam Alana yang mana Alana sejak tadi hanya diam saja melihat kehancuran hati dari pria di depannya itu.

Raymond sepertinya tidak ingin Alana mencoba mencari tahu apa yang dia rasakan membuatnya langsung berlalu dari hadapan Alana yang menghindari tatapan itu.

"Raymond!" panggil Alana yang mana pria itu sudah memasuki mobil ada yang benar saja Raymond meninggalkan Alana sendirian yang menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Hey tunggu!" panggil Alana yang bengong dan tidak sempat mengejar suaminya.

"Kenapa aku jadi ditinggal!" ucapnya yang panik sendiri melihat di sekitarnya

"Issss, kenapa aku yang disalahkan, padahal aku hanya menolong dia. Sekarang aku ditinggal sendirian dan bagaimana caranya aku bisa pulang," ucapnya kebingungan sendiri.

Alana menghela nafas dan mengambil belanjaan yang sempat dia tinggalkan tadi. Alana harus menjadi imbas akibat yang terjadi pada ayah dan anak itu. Sampai detik ini padahal dia belum mengerti apa yang terjadi.

Alana mengambil tempat duduk yang tidak jauh dari supermarket tersebut, Alana mana memiliki keberanian untuk menaiki transportasi dan bahkan dia saja tidak mengingat jalan untuk pulang. Alana juga tidak membawa ponselnya, nasibnya benar-benar sangat sial.

Bersambung .....