NovelToon NovelToon
Harga Diri Seorang Istri

Harga Diri Seorang Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Wanita Karir / Penyesalan Suami / Selingkuh / Romansa
Popularitas:82.4k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda SB

Indira pikir dia satu-satunya. Tapi ternyata, dia hanya salah satunya.

Bagi Indira, Rangga adalah segalanya. Sikap lembutnya, perhatiannya, dan pengertiannya, membuat Indira luluh hingga mau melakukan apa saja untuk Rangga.

Bahkan, Indira secara diam-diam membantu perusahaan Rangga yang hampir bangkrut kembali berjaya di udara.

Tapi sayangnya, air susu dibalas dengan air tuba. Rangga diam-diam malah menikahi cinta pertamanya.

Indira sakit hati. Dia tidak menerima pengkhianatan ini. Indira akan membalasnya satu persatu. Akan dia buat Rangga menyesal. Karena Indira putri Zamora, bukan wanita biasa yang bisa dia permainkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pagi yang Kelam

Sinar matahari pagi menembus celah tirai kamar utama, menerpa wajah Rangga yang tertidur dengan gelisah di tepi tempat tidur king size. Ia hanya tidur tiga jam, terlalu banyak pikiran yang menghantuinya sepanjang malam. Indira. Kunci. Keputusan bodohnya.

Jam alarm berbunyi keras, pukul enam pagi. Waktu untuk bangun dan bersiap ke kantor. Rangga mematikan alarm dengan gerakan kasar, duduk di tepi tempat tidur dengan kepala terasa berat.

Di sampingnya, Ayunda masih tertidur nyenyak dengan selimut menutupi hampir seluruh tubuhnya, hanya rambut panjang yang terlihat berantakan di atas bantal. Dengkuran halus terdengar dari bibir yang sedikit terbuka, pemandangan yang dulu Rangga anggap lucu, tapi sekarang hanya membuatnya kesal.

Rangga berdiri, berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka. Air dingin menyegarkan wajahnya yang kusut, tapi tidak bisa menghilangkan rasa bersalah dan cemas yang menggerogoti dadanya.

Setelah keluar dari kamar mandi, ia menghampiri Ayunda yang masih tidur. Rangga mengguncang bahunya pelan.

"Ayunda," panggilnya dengan suara serak. "Ayunda, bangun."

"Mmm..." Ayunda hanya bergumam, menarik selimut lebih tinggi.

"Ayunda!" Rangga mengguncang lebih keras. "Bangun. Aku harus ke kantor. Aku butuh kamu siapkan pakaian kerjaku dan buat sarapan."

Ayunda membuka mata perlahan, mata yang masih sangat mengantuk, masih setengah tidur. "Ha? Apa?"

"Pakaian kerja dan sarapan," ulang Rangga dengan tidak sabar. "Aku harus ke kantor. Siapkan untukku."

Ayunda menatap suaminya dengan tatapan bingung yang perlahan berubah menjadi tidak percaya. "Kamu serius?"

"Tentu saja aku serius..."

"Rangga," Ayunda duduk tegak, rambut berantakan tapi wajahnya sudah menunjukkan ekspresi kesal yang jelas. "Aku ini istrimu. Bukan pembantumu."

"Aku tahu kamu istriku," Rangga mulai frustrasi. "Makanya aku minta kamu lakukan tugas istri..."

"Tugas istri?" Ayunda memotong dengan tawa sarkastik. "Rangga, ini abad dua puluh satu. Bukan zaman nenek moyang kita. Istri bukan pembantu yang harus melayani suami dari pagi sampai malam."

"Tapi Indira selalu..."

"INDIRA BUKAN AKU!" Ayunda berteriak, emosinya meledak. "Aku bukan Indira yang rela jadi budak di rumahnya sendiri! Aku punya harga diri!"

Rangga tersentak dengan kata-kata itu. "Aku tidak bilang Indira budak..."

"Tapi kamu treat dia seperti itu, kan?" Ayunda menatapnya dengan tajam. "Dia yang masak, bersih-bersih, cuci baju, siapkan semua kebutuhanmu. Dan kamu anggap itu wajar. Tapi aku tidak akan lakukan itu, Rangga. Aku tidak akan jadi Indira kedua."

Rangga menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan amarahnya yang mulai naik. "Kalau begitu apa yang akan kamu lakukan? Kamu cuma tidur sepanjang hari?"

"Aku akan melakukan apa yang istri modern lakukan," jawab Ayunda sambil berbaring lagi. "Aku akan cari pembantu. Suruh mereka yang kerja. Kamu kan CEO, pasti mampu bayar pembantu."

"Tapi sambil menunggu dapat pembantu, siapa yang akan masak? Siapa yang akan..."

"Kamu," jawab Ayunda simpel. "Atau pesan delivery. Atau makan di luar. Banyak pilihan, Rangga. Jangan dramatis."

Rangga menatap istrinya dengan campuran tidak percaya dan kemarahan yang semakin membesar. "Ayunda, dengarlah..."

"Tidak, kamu yang dengar," Ayunda menatapnya dengan tegas. "Tugasku sebagai istrimu adalah melayanimu di ranjang. Dan itu sudah aku lakukan dengan baik. Untuk urusan rumah tangga? Itu tugas pembantu. Jadi sebaiknya kamu cepat-cepat cari pembantu kalau kamu tidak mau hidup berantakan."

Kata-kata itu seperti tamparan di wajah Rangga. "Melayani di ranjang? Itu saja?"

"Itu saja," Ayunda menarik selimut, bersiap tidur lagi. "Sekarang biarkan aku tidur. Aku masih ngantuk."

Rangga berdiri mematung di samping tempat tidur, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Istrinya... istri yang ia nikahi dengan harapan akan membuat hidupnya lebih baik, ternyata hanya menganggap pernikahan sebagai... apa? Transaksi? Di mana ia hanya perlu "melayani di ranjang" dan sisanya bukan tanggung jawabnya?

Kemarahan yang sudah ia tahan sejak tadi akhirnya meledak. "KAMU PIKIR PERNIKAHAN ITU APA? KAMU PIKIR..."

"Rangga," Ayunda memotong dengan nada bosan, "tolong jangan teriak pagi-pagi. Kepalaku sakit. Dan aku mau tidur. Kalau kamu mau marah-marah, keluar dari kamar."

Rangga menatap istrinya, wanita yang berbaring dengan santai, tidak peduli dengan amarahnya... dan tiba-tiba ia teringat Indira.

Indira yang selalu bangun lebih pagi darinya. Indira yang selalu menyiapkan pakaian kerjanya dengan rapi... sudah disetrika, sudah dipilihkan yang matching. Indira yang selalu menyiapkan sarapan... nasi goreng, atau roti panggang, atau bubur, selalu bervariasi, selalu hangat. Indira yang selalu bertanya "sudah siap sayang?" dengan senyum yang tulus.

Indira yang ia sia-siakan. Indira yang ia khianati. Indira yang sekarang terkunci di kamar tamu karena keputusan bodohnya semalam.

Rangga berbalik, keluar dari kamar dengan membanting pintu, tidak peduli kalau itu akan membangunkan Ayunda lagi. Ia turun ke dapur dengan langkah berat, frustrasi yang menggerogoti setiap sel tubuhnya.

Dapur terasa asing tanpa Indira. Tidak ada aroma kopi yang baru diseduh. Tidak ada suara pisau yang memotong bahan. Tidak ada kehangatan yang biasa mengisi ruangan ini.

Dengan gerakan yang tidak terbiasa, Rangga membuka kulkas. Mengambil roti tawar. Mengoleskan selai kacang dengan kasar. Membuat kopi instan dengan air panas. Sarapan yang menyedihkan untuk seorang CEO.

Tapi kemudian ia berpikir.. Indira. Indira pasti belum sarapan. Ia terkunci sejak semalam. Pasti lapar.

Dengan sedikit penyesalan yang mulai muncul, Rangga membuat dua porsi roti dan kopi. Meletakkannya di atas nampan, tidak se-rapi yang biasa Indira lakukan, tapi setidaknya ia mencoba.

Ia akan ke kamar tamu. Akan membukakan pintu. Akan sarapan bersama Indira. Akan minta maaf dengan cara yang lebih baik. Akan mencoba memperbaiki hubungan mereka...walau dalam hatinya ia tahu mungkin sudah terlambat.

Rangga naik tangga dengan nampan di tangan, berjalan menuju kamar tamu di ujung koridor. Ia merogoh saku celana, mencari kunci yang tadi malam ia gunakan untuk mengunci Indira.

Kunci itu ada di sana. Rangga mengeluarkannya dengan tangan yang sedikit gemetar.

"Dira," panggilnya sambil mengetuk pintu dengan siku karena tangannya penuh. "Dira, aku bawakan sarapan. Aku... mau kita sarapan bersama. Dan aku mau bicara. Minta maaf dengan benar."

Tidak ada jawaban dari dalam.

"Dira?" Rangga mengetuk lagi. "Aku tahu kamu marah. Aku tahu aku salah. Tapi kumohon, beri aku kesempatan untuk jelaskan. Untuk minta maaf."

Masih tidak ada jawaban.

Sesuatu dalam dada Rangga mulai tidak nyaman. Dengan tangan yang semakin gemetar, ia memasukkan kunci ke lubang kunci, memutarnya...

Pintu terbuka.

Rangga masuk dengan nampan di tangan, mata menyapu ruangan...

dan jantungnya berhenti.

Kamar itu kosong.

Tidak ada Indira di tempat tidur yang rapi... terlalu rapi, seperti tidak dipakai. Tidak ada Indira di kamar mandi. Tidak ada Indira di mana pun.

Jendela terbuka lebar, tirai berkibar tertiup angin pagi.

"Dira?" Rangga meletakkan nampan di meja dengan kasar, berlari ke jendela. Ia melirik ke bawah, kanopi yang sedikit penyok, pohon mangga dengan cabang yang masih bergoyang sedikit.

Dan ia mengerti. Indira kabur. Indira turun lewat jendela dan kabur.

"TIDAK!" Rangga berteriak, tangannya mencengkeram bingkai jendela dengan erat. "DIRA!"

Ia berlari keluar kamar, menuruni tangga dengan tergesa... hampir terjatuh di anak tangga terakhir. Ia berlari ke garasi, mobil Indira masih ada. Berarti ia tidak pergi dengan mobil sendiri. Berarti ada yang menjemput. Rani? Pasti Rani.

Rangga meraih ponselnya, menelepon nomor Indira dengan tangan gemetar.

"Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi..."

Diblokir. Indira memblokir nomornya.

"SIAL!" Rangga membanting ponselnya ke sofa, untung tidak pecah.

Ia harus mencari Indira. Harus minta maaf. Harus membawa dia pulang. Ia tidak bisa membiarkan istrinya pergi seperti ini. Ia tidak bisa...

Ponselnya bergetar. Panggilan masuk. Dari Papa...

Dengan tangan gemetar, Rangga mengangkat. "Papa?"

"RANGGA!" suara Bambang terdengar panik, sangat panik. "Kamu harus ke kantor sekarang! SEKARANG!"

"Papa, ada apa..."

"Pradipta Medika dalam bahaya besar!" Bambang hampir berteriak. "Dua investor besar kita tiba-tiba menarik dana mereka! Tanpa alasan yang jelas! Dan bank mulai menagih hutang yang jatuh tempo bulan ini! Kita... bisa bangkrut dalam hitungan minggu kalau tidak dapat investor pengganti!"

Darah di wajah Rangga menghilang. "Apa? Tapi bagaimana... investor mana yang..."

"PAPA TIDAK TAHU!" Bambang terdengar hampir menangis. "Yang jelas kita dalam krisis besar! Kamu harus ke kantor sekarang! Kita harus meeting darurat dengan seluruh dewan direksi! Kita harus cari solusi sebelum terlambat!"

"Aku... akan ke sana sekarang," Rangga menjawab dengan suara serak.

"CEPAT!" Bambang menutup telepon dengan kasar.

Rangga berdiri mematung di tengah ruang tamu...ponsel masih di tangan, pikiran kacau balau. Indira kabur. Perusahaan dalam bahaya. Investor menarik dana. Bangkrut.

Semuanya runtuh. Semuanya hancur. Dalam satu malam.

Ia melirik ke tangga... ingin naik, ingin minta Ayunda untuk ikut, untuk dukung dia. Tapi ia ingat kata-kata istrinya tadi... "tugasku hanya melayani di ranjang."

Tidak ada gunanya.

Dengan langkah gontai, Rangga mengambil kunci mobil, tas kerja yang tergeletak di sofa, dan keluar dari rumah... rumah yang tiba-tiba terasa sangat kosong, sangat dingin.

Ia masuk mobil, menyalakan mesin, menjalankan mobilnya keluar dari halaman.

Di kaca spion, ia melihat rumahnya... rumah yang dulunya penuh kehangatan karena Indira, sekarang hanya bangunan kosong yang dihuni oleh wanita yang tidak peduli padanya dan istri yang kabur karena pengkhianatannya.

Dan entah kenapa, Rangga merasakan air mata mengalir di pipinya.

Bukan karena perusahaan yang hampir bangkrut.

Tapi karena ia baru menyadari... Terlambat... apa yang sebenarnya ia kehilangan.

Ia kehilangan Indira.

Wanita yang mencintainya dengan tulus.

Wanita yang melayaninya dengan sepenuh hati.

Wanita yang sekarang pergi.

Dan tidak akan pernah kembali.

1
Ariany Sudjana
Darren kemana lagi? kenapa ga cerita ke Adrian, kalau panggilan malam itu hanya modus saja, supaya Adrian tidur dengan jalang itu, dan jalang itu akan merekam peristiwa itu, dan membuat Indira hancur. jangan biarkan si jalang itu merusak rumah tangga kamu Adrian, apalagi anak jalang itu, yang sudah diajarkan untuk memanipulasi kamu, sama seperti si jalang itu. lekas binasakan mereka Adrian, kamu harus tegas
mama
minta segera di basm tu jalang tak tau diru
mama
klu km smpe mau mkn siang sm Laura brrti km bodoooh Andrian.. derren juga kmana,gk lngsung bilang ke Andrian klu kmrin Laura cm pingsan bohong an
Ariany Sudjana
ngapain juga ini pelakor mau ajak makan siang Adrian? pasti mau menjebak Adrian supaya bisa tidur bareng, soalnya yang drama pingsan, padahal sudah pakai lingerie, kan gagal 🤭🤭🤣🤣 Adrian kamu harus tegas dong, jangan biarkan Laura ini mengganggu rumah tangga kamu dengan Indira
Aretha Shanum
lo ga kelar2 ma benalu ku skip, nanti muter2 bosen
Dew666
🌻🍦
Ariany Sudjana
ini hanya drama murahan yang dibuat Laura, untuk menghancurkan rumah tangga Adrian dan Indira. dasar pelakor murahan, Laura harus dibinasakan
Dew666
🍭🍭🍭🍭
Dew666
Baru ini lakinya pintar suruh orang utk urusin perusuh🌻🍦
Aether
LAURA HARUS MATI, HARUS DIBINASAKAN SECARA PERLAHAN
Tini Uje
udah mau mati masih aja mau ngejalang 😅laulier laulierrr
Ariany Sudjana
semoga Adrian bisa mencari tahu kebenarannya seperti apa, bagus Indira kamu bisa tetap dengan kepala dingin menerima penjelasan Adrian dan kamu harus tegas menghalau semua pelakor demi rumah tangga kamu
Aretha Shanum
ini nih yg bikin ga mood bca
Wulan Sari: sebetulnya ia selalu ada pelakor ,tp klu ga gini ceritanya ga panjang 🤔🤔🤔🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Dew666
🏆🏆🏆🏆
Ariany Sudjana
harus tes DNA dan Adrian kalau ada bagian IT yang canggih, coba cari cctv nya, benar ga kejadian seperti itu, atau hanya akal-akalan Laura saja, demi merebut Adrian lagi. tapi yang utama sih Adrian harus jujur sama Indira
gaby
Makin ruwet critanya. Aq penasaran para pembaca novel ini kira2 kalo ada di posisi Indira mau ga dsuruh ngasuh anak haram suami?? Kalo aq mah Big No. Suruh aja sodara atau bawahan Indira atau Adrian yg ngurus, jgn kaya org susah ngurus anak haram nyuruh istri sah. Jd istri jg jgn bucin tolol mau dsuruh ngasuh anak haram suami. Walau anak ga berdosa, tp seolah2 serendah itukah harga diri seorang istri di suruh ngasuh anak haram suami. Kalo aq mending cerai & menjanda aja slamanya drpd dhina dgn status istri tp ngasuh anak haram suami.. Takutnya jd kebiasaan si Adrian, ada masalah sdikit lari ke bar, mabuk & berakhir nidurin perempuan. Namanya rmh tangga walau atas pondasi cinta, ga mungkin tanpa konflik. Takutnya nih, stiap ada masalah sm Istri, si Adrian lari ke bar lagi, lalu beberapa thn kemudian ada lagi wanita yg ngaku pny anak dr Adrian hasil one night stand
Wulan Sari: kalau ibu pribadi mumpung blm punya anak suruh ngasuh anak orang lain lebih baik bercerai pisah karena ibu ga bisa berlapang dada juga berarti dia sudah berselingkuh atau apalah intinya tidak bisa untuk kedepanya gt sj say...😘
total 1 replies
Lee Mbaa Young
filing ku mengatakan itu anak Adrian Dr gestur Andrian yg gk bisa nolak ae wes kelihatan mereka sdh unboxing. tinggal itu tes DNA ae.
malang bner nasib istri Andrian br di keloni ternyata Andrian dah punya anak Dr wanita lain.🤣🤣🤣
Ariany Sudjana
harusnya sih kamu ikut ya Indira, bagaimanapun kamu itu istrinya, dan kamu harus melindungi suami kamu dari pelakor. jangan sampai tragedi rumah tangga kamu dengan William terulang lagi, karena pihak ketiga
aku
napa gk ikut jg.temui berdua. aih. malah di kasih celah. bego
gaby
Indira bodoh, ko malah nyuruh suaminya nemuin wanita lain tanpa di dampingi. Km istrinya & posisinya lg di samping suami, knp ga ikut nemuin Laura?? Ga belajar dr pengalaman sblmnya?? Apa dah siap jd janda lg?? Ga bosen jadi janda gara2 org ketiga??
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!