Takdir Cinta Sang Penari

Jalanan tak lagi gelap gulita. Ada lampu penerangan yang meneranginya meski redup. Kembali dia harus memaksakan tubuhnya yang terpontang-panting.

Menahan sakit  telapak kakinya, berjalan terpincang-pincang dengan kaki berlumpur tanah, pakaian kotor dan rambut yang lepek. Terlihat persis seperti gembel yang tak pernah mandi.

Monday tak kuat berjalan lagi. Dia duduk di samping sumur di sebuah rumah sederhana. Dilihat jam di ponselnya sudah jam 3 pagi.

Tak berapa lama keluar seseorang dari pintu itu, dia terkejut dan berteriak saat melihat penampilan Monday.

"Kamu siapa?!" tanya seorang Ibu penghuni rumah tersebut.

"Maaf Bu kalau penampilan saya membuat ibu takut. Saya tersesat dan terjatuh dari longsor. Saya ingin pulang namun saya tak kuat berjalan. Mohon maaf, saya boleh duduk disini sebentar," ucap Monday dengan lirih.

Merasa iba, Ibu itu pun menawarkan Monday untuk membersihkan dirinya, dia juga meminjamkan baju bersih miliknya kepada gadis itu.

"Sebaiknya nak Monday berbenah diri dulu ya, jika mau nak Monday bisa menggunakan air sumur ini untuk menghilangkan kotoran pada tubuhnya dan juga kalau tidak keberatan nak Monday bisa memakai baju Ibu," tawar sang Ibu yang baik hati itu.

"Ibu baik sekali, memangnya Ibu tidak takut kepada Saya?" tanya Monday.

"Insyaallah jika kita berbuat baik jangan pandang orang nak. Tidak perduli dia jahat atau baik. Serahkan semuanya kepada Allah. Jikapun yang kita tolong orang jahat, maka Saya yakin Allah akan menyelamatkan kita." ucap Ibu penolong.

"Subhannallah Ibu sungguh mulia, dijaman sekarang ini banyak orang yang tidak mudah percaya apalagi berbuat baik kepada orang yang belum dikenal." ucap Monday.

"Loh kok kita jadi banyak ngobrol, ayo sana bersihkan dirimu dulu nak, sudah mau  mendekati waktu subuh." Perintah si Ibu.

"Oh ya sebentar ya, Ibu ambilkan pakaian bersih Ibu." Timpalnya seraya masuk kedalam mengambil pakaian bersihnya.

Monday lalu menurut dan bergegas ke kamar mandi yang terpisah dari rumah si Ibu itu. Kamar mandi nya terbuat dari anyam bambu dan berada beberapa meter dari rumah.

15 Menit Kemudian. Monday terlihat lebih segar dan cantik. Gadis itu pun masuk ke dalam rumah. Ibu pemilik rumah itu ternyata seorang janda beranak satu. Anaknya kelas 2 SMA sebaya Monday.

"Hai, Aku Ratih, kamu siapa? duduk disini yuk," ucapnya

"Hai, Aku Monday," sahutnya seraya duduk disamping ratih.

"Sambil menunggu subuh, mama dan aku membuat beberapa lauk untuk dijual," Terlihat Ratih sedang merajang-rajang bawang dan memotong-motong beberapa sayuran.

"Boleh Aku bantu?" ucap Monday menawarkan diri.

"Apakah tak apa? kakimu sedang sakit, setidaknya  minum dan makanlah beberapa gorengan ini," tawar Ratih yang sudah menaruh minuman dan beberapa gorengan di meja untuk di nikmati tamunya itu.

"Terimakasih, setelah saya nikmati minuman dan makanan ini, boleh saya membantu kalian kan?" ucapnya Ratih pun membolehkan.

Mamanya Ratih sedang masak didapur sedangkan Ratih membantu memotong-motong dan membersihkan sayuran. Monday ikut membantunya .

"Apa saja yang kalian jual?" tanya Monday.

"Macam-macam tapi hari ini hanya ada SOP, tumis kangkung, sambal kentang, telur dadar, ikan goreng, ayam goreng, dan macam-macam gorengan, kita jualnya di depan rumah ini," terang Ratih.

"Wah pasti enak nih, gorengannya saja nikmat apalagi masakan lainnya pasti lezat, nanti aku mau beli beberapa buat di rumah."

"Wah trimakasih. Oh ya Monday , rumah kamu dimana?" tanya Mama  Ratih yang datang dari belakang dapur. Ia hendak mengambil sayuran yang telah dipotong Ratih dan Monday.

"Rumah saya di jalan S Bu," jawab Monday.

"Kalau boleh tahu, bagaimana kamu bisa tersesat kemari? Ini sangat jauh dari tempat kamu tinggal," tanya Ratih.

"Ceritanya awalnya saya juga bingung. Seingat saya saat saya pulang dan membuka pintu rumah, tiba-tiba saya jatuh pingsan. Tapi begitu  sadar, saya sudah berada di rumah seseorang yang tidak saya kenal. Lalu karena saya masih sangat pusing, saya memilih untuk istirahat kembali. Hal yang tak disangka terjadi. Tengah malamnya orang itu ingin mencelakai saya, saya pun lari dari rumahnya, meski keadaan saya masih pusing hingga terpelesat dari jurang itu," cerita Monday panjang lebar.

"Jahat banget tuh orang. Oh ya memangnya kamu kenapa bisa sampai pusing? Sebelumnya kamu minum apa?" tanya Ratih.

"Itu yang saya heran, saya merasa tidak minum apa-apa," ucap Monday.

"Oh iya saya sempat mencium bau menyengat seperti asap dari sampah yang dibakar. Apakah itu?" tebak Monday.

"Bisa saja itu, jaman sekarang ada banyak cara bius loh. Baunya seperti asap bakaran sampah. Jadi kita tidak berpikir kalau kita akan dijebak, karena mengira itu bau asap sampah betulan." ucap Ratih yang ikut berpikir dengan logikanya.

"Sudah jangan dipikirkan, sekarang kamu makan dulu," perintah si Ibu penolong.

"Hehe Iya Bu, oh ya setelah subuh nanti saya pamit pulang ya Bu," sahut Monday.

"kamu gak istirahat dulu disini? Setidaknya hingga luka mu membaik." tawar Ibunya Ratih

"Terimakasih tawarannya, saya harus segera pulang, saya takut jika orang itu membuntuti saya dan keadaan saya masih tidak aman, malah akan merepotkan warga disini "

"Siapa sih yang kira-kira ingin mencelakai kamu? kamu kenal?" tanya Ratih.

"Tidak kenal," jawab Monday berbohong, dia tak ingin masalahnya bertambah rumit.

****

Subuh berlalu, makanan yang di jual Ibunya Ratih pun sudah siap untuk dijajakan di depan rumah.

Monday membelinya beberapa dan juga membayar baju yang dia pakai. Tetapi Ibu itu tidak menerima uang dari baju yang ingin Monday beli. Ia hanya menerima uang dari jualannya.

Setelah itu, Monday memakai ojek online untuk pulang, saat pengemudi ojek sudah datang, Monday pun segera pamit.

Untunglah masih ada orang baik disekitar Monday . Monday merasakan letih dan mengantuk . Apalagi terbawa suasana angin sejuk yang mengelilinginya sepanjang perjalanan. Ingin rasanya dia tidur, namun dia tersadar jika sedang naik di atas motor seseorang yang tak dia kenali.

Sesampai dirumah. Monday segera masuk dengan cepat. Monday merasa tidak aman. Segera dia mengemas baju dan berkas berkas penting kedalam koper besar berjaga-jaga jika teror datang lagi.

Kemudian Monday membalut luka di telapak kakinya. Dia berfikir sejenak. Ia tak boleh takut dengan Siti. Dia harus lebih cerdik.

"Tidak Aku tidak boleh lemah, Aku seharusnya tetap masuk sekolah hari ini dan memberikan dia pelajaran," ungkap Monday dalam hati.

"Aku juga akan menjauhi Friday. Jika Aku makin  dekat dengan Friday,  nanti yang ada, akan ada siti-siti yang lainnya yang akan lebih nekat dari siti yang ini," batin Monday