Rupanya salah masuk kamar hotel saat liburan membuat Gia Adrian harus rela terjebak dalam sebuah pernikahan konyol dengan pria asing dan begitu juga dengan Gio Hadikusumo terpaksa menerima pernikahan tersebut padahal dirinya merasa tak melakukan apapun.
"Aku tidak mau menikah dengan gadis manja dan liar sepertinya," ucap pria tampan nan macho dengan pandangan sedingin es gunung himalaya tersebut.
"Ck, kamu kira aku juga mau menikah dengan pria dingin dan kolot sepertimu? hidupku pasti akan penuh sial nanti," umpat Gia menolak mentah-mentah pernikahannya. Ia masih sangat muda dan masih ingin bersenang-senang.
"Pokoknya kami tidak ingin menikah, kami hanya salah masuk kamar!" ucap mereka bersamaan saat kedua orangtuanya memaksakan sebuah pernikahan demi menjaga nama baik keluarga masing-masing.
Gia anak gaul metropolitan, kaya raya dan manja serta gemar hang out bisakah bersatu dengan Gio pria kepulauan yang dingin dan serius yang selalu menjunjung tinggi adat istiadat keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Club malam
Sebuah alunan musik nampak menggema nyaring disebuah club malam dan terlihat beberapa pengunjung asyik menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama yang dimainkan oleh seorang DJ ternama.
"Akhirnya sebentar lagi kita akan lulus," ucap seorang wanita yang tengah asyik menggoyangkan tubuhnya bersama kedua temannya yang lain disebuah lantai dansa bercampur dengan pengunjung lainnya.
Jarum jam baru menunjukkan pukul 9 malam namun tempat tersebut sudah mulai dipenuhi oleh muda-mudi metropolitan untuk mencari hiburan disebuah club elit tengah kota, beberapa pria dewasa pun juga nampak berada disana namun kebanyakan dari mereka memilih menghabiskan waktunya duduk di bar bersama teman-temannya, kolega atau pun seorang wanita penghibur yang disediakan oleh tempat itu.
"Kamu benar akhir-akhir ini kepala ku hampir pecah karena memikirkan ujian," timpal seorang gadis lain yang sejak tadi terlihat heboh mengikuti penampilan DJ terkenal itu.
Gadis tersebut adalah Gia Adrian, gadis berpenampilan modis itu terlihat cantik dengan sebuah rok selutut dan juga atasan berbentuk crop top hingga menampakkan sedikit perutnya yang terbuka, rambutnya dicepol beserta makeup tipis menghiasi wajahnya.
"Ngomong-ngomong ini jam berapa?" Gadis lainnya yang bernama Moana ikut menimpali pembicaraan kedua sahabatnya tersebut.
"Baru jam 9," sahut Nadia seraya menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya itu.
Mendengar itu pun Gia langsung melotot dan sontak menghentikan goyangannya. "Jam malamku telah habis, aku harus pulang." ucapnya dengan wajah paniknya, ia hanya memiliki batas malamnya sampai pukul 9 jika tidak maka ayah dan ibunya akan marah.
"Gia please, tak ada salahnya kamu sesekali melanggar peraturan ayahmu lagipula kamu sudah 21 tahun dan sebentar lagi akan lulus kuliah." tukas Nadia yang merasa heran dengan aturan kedua orang tua sahabatnya itu padahal putrinya sudah dewasa.
Gia berpikir sejenak, benar kata sahabatnya itu ia sudah beranjak dewasa dan ayahnya seharusnya tak begitu mengekangnya terutama tentang jam malamnya, lagipula ia sudah bisa menjaga dirinya sendiri dengan tidak pacaran sampai detik ini.
"Baiklah," ucapnya lantas kembali menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan musik dari DJ favoritnya dan melupakan sejenak segala aturan sang ayah.
Tak terasa jarum jam telah menunjukkan pukul 11 malam dan ketiganya pun memutuskan untuk meninggalkan club, saat sedang keluar dari lantai dansa Gia tak sengaja terdorong hingga hampir saja terjatuh jika saja seseorang tak segera menolongnya dengan menopang tubuhnya.
Keduanya nampak berpandangan sejenak tapi pria dengan pandangan sedingin es itu langsung melepaskannya.
"Tak seharusnya gadis remaja sepertimu berkeliaran ditempat ini," ucap pria tersebut dengan tatapan mengintimidasi hingga membuat Gia langsung naik pitam karena berani sekali pria itu mengguruinya.
"Bukan urusanmu," ucapnya dengan tatapan tajam lantas segera mengajak kedua sahabatnya berlalu pergi dari sana.
"Ck, dasar gadis liar." pria itu pun hanya menggeleng kecil menatap kepergian mereka kemudian segera berlalu ke meja dimana seorang pria nampak melambaikan tangan kearahnya.
"Tuan Gio," ucap pria tersebut menatap rekannya yang baru saja datang itu.
Sementara itu dengan menggunakan mobilnya Gia segera mengantar kedua temannya Moana juga Nadia pulang.
"Gia kamu kenal dengan pria tampan tadi? tatapannya oh astaga bikin hatiku ngilu," ucap Nadia saat mobil yang dikendarai oleh sahabatnya itu melaju kencang membelah jalanan malam itu.
"Tidak," sahut Gia singkat dengan pandangan fokus ke jalanan depannya karena baginya pembahasan mereka tidak penting.
"Kira-kira dia pengusaha apa ya? aku jadi penasaran, siapa tahu pria itu menjadi jodoh diantara kita bertiga." tukas Nadia lagi mengingat pria yang menolong sahabatnya itu seperti bukan pria sembarangan bahkan pakaiannya pun sangat mahal.
"Benar, dia benar-benar tampan dan juga maskulin." imbuh Moana menimpali.
Gia Hanya menggeleng kecil. "Kalian berdua saja aku tak tertarik," timpalnya.
Sejauh ini ia memang belum menemukan seseorang yang mampu menggetarkan hatinya, entah dimana pria itu tapi ia yakin akan ada waktunya mereka bertemu lagipula benar kata ayahnya ia harus fokus dengan pendidikannya dahulu karena kedua temannya yang sering gonta-ganti pacar lebih banyak memiliki problem dari pada hidup tenang.
Sesampainya di rumahnya Gia segera berjalan mengendap-endap, semoga saja kedua orangtuanya sudah terlelap tidur karena sebelumnya ia meminta pelayannya untuk mengatakan jika dirinya telah tidur di kamarnya.
"Syukurlah," gumamnya saat baru membuka pintu rumahnya menggunakan kunci cadangan dan melihat beberapa lampu juga telah padam itu berarti seluruh orang rumahnya baik kedua orang tuanya maupun para pembantunya sedang tidur namun saat baru menutup pintunya tiba-tiba semua lampu rumahnya menyala hingga membuatnya langsung berjingkat kaget.
"Papa?"
Gia sontak menelan ludahnya ketika melihat ayahnya sedang duduk diatas sofa kebesarannya, entah sejak kapan pria itu ada disana.
"Pa-papa belum tidur?" imbuhnya seraya mendekati pria paruh baya tersebut.
"Kamu tahu ini jam berapa?" pandangan tuan Gerard sang ayah tajam kearah putrinya itu seperti hendak mencincangnya kecil-kecil.
Gia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya tersebut. "Pukul 11.20 menit," sahutnya dengan wajah mulai pucat.
Sebenarnya ayahnya jarang sekali marah bahkan ia terkesan diperlakukan seperti tuan putri hanya saja pria itu selalu bersikap tegas jika peraturannya dilanggar padahal ia bukan anak-anak lagi saat ini bahkan sebentar lagi ia akan lulus kuliah.
"Apa kamu lupa batas waktu malammu?" tuan Gerard masih menatap tajam anak gadisnya tersebut.
Gia langsung tersenyum nyengir. "Pa please cuma hari ini saja tadi Moana ulang tahun aku tidak enak jika tidak ikut merayakannya," terangnya memberikan alasan.
Hari ini sahabatnya itu memang ulang tahun namun perihal pergi ke club malam sudah sering ia lakukan tanpa sepengetahuan sang ayah karena ia memang selalu pulang tepat waktu.
"Dengan pergi ke club malam?" potong tuan Gerard seraya mengeraskan rahangnya.
"Da-darimana papa tahu?" Gia langsung gugup dan mulai gelisah, apa ayahnya mulai mengawasinya? Tidak, ia bukan anak kecil lagi yang hidupnya terus dikekang disaat gadis seusianya bisa menikmati masa mudanya dengan bebas.
"Itu tidak penting Gia tapi tempat itu bukan tempat yang baik untuk kamu kunjungi ...."
"Aku hanya ingin bersenang-senang pa, lagipula aku tidak pacaran apalagi hamil jadi papa tidak berhak mengawasiku karena aku juga memiliki privasi dan memilih kebahagiaan ku sendiri." potong gadis itu berapi-api lantas menghentakkan kakinya pergi meninggalkan ayahnya tersebut.
"Gia papa belum selesai berbicara oh astaga anak ini," tuan Gerard benar-benar tak habis pikir dengan sikap putrinya yang semakin hari semakin tak bisa di atur.
Bukannya mendengarkan teriakan sang ayah gadis itu justru terus berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Nyonya Andrea sang ibu yang terbangun karena mendengar keributan pun langsung berlalu keluar dari kamarnya.
"Sayang ada apa?" ucapnya menatap sang suami.
"Gia baru pulang," sahut pria itu yang terlihat menyandarkan punggungnya disandaran kursi sembari memijit pelipisnya yang tiba-tiba nyeri.
"Jam segini? oh astaga bukankah kata bibi dia sudah tidur sejak tadi?" tentu saja wanita itu terkejut mendengarnya.
"Anak itu semakin lama semakin susah diatur saja," keluh sang suami dan sang istri hanya bisa menenangkannya tanpa berniat menyalahkan pria itu yang memang sejak dahulu terlalu memanjakan putrinya.
hayo loh siapa yang duluan jg atuh cinta ni🤭🤭
Wah wah wah benar2 yaa Gio seorang suami idaman...
Perlu dikarungin jangan sampai lepas /Drool/, bahaya kalau sampai jatuh ke dalam pelukan wanita yang ngga bener..
Anugrah terindah lho Gia kamu punya suami yang seperti itu...
Satu point plus sudah dimiliki oleh Gio sebagai seorang suami...
Jangan sampai positive vibes ini menjadi ternoda ya Gio..
Awas saja kalau kamu masih gagal move on dari mantan...
jordi buaya...bru nikah aja liat istri orang kek gtu apa lgi kalau udah lama
apa yg dtuggu" gi 🤣
wkwk.../Facepalm//Facepalm//Facepalm/