Sequel : Aku memilihmu.
Rega adalah seorang arsitek muda yang tidak hanya berbakat, namun dia juga menjadi CEO muda yang sukses di bidangnya. Dia memiliki tunangan bernama Rhea yang seorang dokter muda, pertunangan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
"Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,"
"Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita," jawaban Rhea membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Apa yang terjadi dengan keduanya setelah itu? bagaimana kisah mereka dan pada siapakah akhirnya Rega maupun Rhea akan melabuhkan hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sindiran Aldo
Almira melajukan mobil milik Rhea menuju rumah sakit, mereka memang langsung berangkat setelah selesai sarapan dan membersihkan meja makan. Akhirnya Rhea membawa beberapa sarapan dan juga jajanan yang tadi di beli Almira kerumah sakit, dari pada mubadzir lebih baik dia bawa untuk anak-anak.
“Mampir beli kopi dulu ya, Ra! Buat anak-anak yang jaga pagi,” pinta Rhea.
“Boleh deh. Aku juga mau bawa buat kekantor,” Almira kemudian menuju coffee shop langganan mereka.
Almira menepikan mobil, dia berhenti tepat di depan coffee shop. Keduanya lantas turun dan masuk kedalam.
“Pagi dokter dan sekertaris cantik,” sapa karyawan cafe yang memang sudah mengenal mereka, karena keduanya sering membeli kopi di sana.
“Pagi San. Makin cerah saja nih,” jawab Almira dan Rhea tersenyum sambil mengangguk.
“Cafe latte 10 ya, san. Seperti biasa taruh di stereofom extra es,” Rhea kemudian memberikan tumbler miliknya dan Almira pada Sandi. “Salted caramel latte less sugar,” ucapnya kemudian.
“Siap dokter,” jawab sandi.
Rhea dan Almira mencari tempat duduk sambil menunggu pesanan mereka jadi, keduanya kembali mengobrol santai.
“Kak Rega lihat storymu tidak?” Almira kembali mengkepo.
“Sepertinya lihat, dia bertanya itu siapa. Aku belum membalasnya, dari semalam aku tidak menyalakan ponsel dan baru tadi pagi aku nyalakan. Hanya pesanmu, mama Indah dan kak Axel yang aku baca dan balas. Lainnya masih aku biarkan,” jawab Rhea santai.
Almira tertawa mendengarnya, perempuan dua puluh empat tahun tersebut mengacungkan kedua jempolnya kearah Rhea. “Biar tahu rasa dia, Rhe. Gue suka gaya lo, kalau kata anak jaman now seperti itu.”
Rhea tergelak mendengar ucapan Almira. “Kosa katamu selalu aneh-aneh, Ra. Ada saja kamu dapat,” Rhea memang sengaja mengabaikan Rega, lebih tepatnya dia berusaha untuk membiasakan diri dari sekarang tanpa Rega nantinya.
Mereka masih asik mengobrol hingga tidak menyadari seseorang datang. “Mbak Rhea, mbak Almira. Beli kopi?” Aldo tidak menyangka bertemu dua orang tersebut saat dia ingin beli kopi.
“Beli racun, Aldo. Buat ngeracun bos kamu,” jawab Almira.
Membuat Aldo tersenyum kikuk. “Mbak Almira sepertinya dendam banget sama pak Rega,”
“Bukan dendam tapi empet, Do. Empet, kamu tidak lihat dokter secantik ini dia abaikan. Bisa-bisanya milih ondel-ondel mampang,” ketus Almira.
“Haah! Ondel-ondel mampang, mbak?” Aldo cengo, IQ-nya mendadak merosot kalau sudah bicara dengan Almira.
“Ck…siapa lagi kalau bukan sekertaris sok cantik bosmu itu. Aku juga sekertaris sih, tapi bukan aku ya. Aku anak baik-baik hanya sedikit bar-bar,” jawabnya.
Rhea dan Aldo tertawa. “Mbak Almira bisa saja. Tapi bagus juga mba julukan baru dia,” Aldo mengekeh saat membayangkan wajah Karin yang disebut Almira ondel-ondel mampang.
“Beli kopi buat kamu sendiri atau kak Rega, Do?” tanya Rhea.
“Buat aku sendiri mbak, aku pesan dulu.” Aldo kemudian memesan kopi pada Sandi, setelah itu dia kembali bergabung dengan Rhea dan Almira.
“Sudah sarapan, Do?”
“Belum mbak,”
Rhea mengeluarkan toast dan sandwich. “Ini buat kamu sarapan, tadi ada lebihan jadi aku bawa kerumah sakit.” Dia memberikannya pada Aldo.
“Terimakasih banget nih mbak,” Aldo tidak bertanya kenapa Rhea memberinya dua roti isi tersebut, namun dia tahu kalau satunya tentu untuk Rega.
“San tambah salted caramel lattenya 1 lagi ya! Taruh tumbler hitam,” pinta Rhea.
“Less sugar dok?”
“Iya, san.”
“Ok,”
Setelah beberapa saat menunggu, pesanan Rhea dan Almira jadi. “Kami pamit dulu ya, Do. Titip ini,” Rhea memberikan tumbler hitam berisi kopi pada Aldo.
“Siap mbak. Terimakasih traktiran sama sarapannya,” jawab Aldo.
“Sama-sama,”
Rhea dan Almira kemudian masuk kedalam mobil, Almira kembali melajukan mobilnya. Lima belas menit lagi jam tujuh, jadi dia harus membawa sahabatnya tersebut sampai rumah sakit tepat waktu.
“Nanti aku jemput jam berapa, Rhe? Soalnya aku ada meeting juga,”
“Jam setengah delapan saja, atau kamu selesaikan meeting dulu baru jemput aku. Kalau masih sempat kita mampir baby shop, Ra. Aku mau beli kado buat Retha,”
“Siap dokcan,”
“Hati-hati di jalan, Ra.” Rhea melambaikan tangan pada Almira yang mengacungkan jempolnya kearah Rhea. “Sip,” jawab Almira.
Rhea bergegas masuk keruangannya, dia mengambil scrub suit berwarna abu dan segera masuk kedalam kamar mandi untuk ganti baju.
Tap
Tap
Tap
Langkahnya selalu tegas menyusuri koridor menuju UGD, saat ini dia adalah tumpuan banyak orang. Semua masalah pribadi dalam hidupnya tidak boleh dan tidak akan dia biarkan mengganggunya saat bertugas, karena Rhea tahu kalau setiap keputusan juga tindakan yang dia ambil dan lakukan mempengaruhi keselamatan pasien-pasiennya.
“Pagi mbak Gita,” Rhea menaruh box berisi kopi dan juga jajanan di nurse station. “Kopi sama jajan buat mba Git sama yang lain, biar hari ini kita semangat. Seperti Avatar,” lanjut Rhea.
Mbak Gita tertawa. “Pagi juga dokcannya UGD, makasih lho ini. Sering-sering saja,”
“Sip deh mbak,” jawab Rhea yang kemudian sudah duduk dibelakang layar PC untuk melihat laporan handover dari dokter yang jaga malam.
***
Aldo bersenandung dengan riang sambil menenteng paper bag berisi kopi dan juga sarapan, dia baru saja sampai lobi kantor. Hari ini memang Aldo tidak menjemput Rega, bosnya tersebut kekantor diantar supir.
“Baru dapat jackpot? Bahagia banget,” ucap Karin yang sudah berdiri di belakang Aldo.
Aldo menoleh kebelakang, disana bukan hanya Karin tapi juga ada sang bos yang tidak lain Rega.
“Kalian datang bersama?”
“Eum. Kenapa? Tidak usah iri,” ketus Karin yang masuk lebih dulu kedalam lift, Aldo langsung menekan tombol lift. “Aldo!” pekik Karin saat tahu dikerjai Aldo, sementara Aldo dan Rega masih belum masuk lift.
Entahlah kenapa Aldo jadi seberani itu, padahal ada Rega. Tapi dia juga tidak perduli, belum jam delapan itu artinya masih diluar jam kerja. Jadi dia bisa berbuat sesukanya.
Rega dan Aldo memilih menggunakan lift khusus untuk CEO, sebenarnya memang Aldo sengaja melakukan hal itu.
“Kamu sengaja?” tanya Rega diangguki Aldo.
“Masih diluar jam kerja. Jadi pak Rega tidak bisa protes,” jawabnya.
“Gue hanya bertanya,” jawab Rega yang memang akan memakai bahasa santai saat diluar pekerjaan.
Aldo melirik kearah bosnya. “Tunangan tidak dijemput, dibiarkan berangkat dan pulang sendiri. Ondel-ondel malah dijemput,” sindir Aldo yang tentu saja terdengar jelas oleh Rega.
Rega menoleh. “Lo nyindir gue?”
“Syukur deh bos kalau sadar diri,” jawabnya. “Eits. Tidak boleh marah, masih belum jam kerja. Masih jam suka-suka Aldo mau apa,” imbuhnya.
“Gue gak jemput Karin. Dia nunggu di lobi apartemen gue,”
“Njir…sa rav,” umpat Aldo.
Keduanya keluar dari lift yang tepat berhenti di lantai dua puluh ruangan Rega berada.
Aldo menyerahkan paper bag pada Rega. “Dari mbak Rhea,” ucapnya.
Rega mengerutkan dahinya, namun dia meraih paper bag tersebut.
“Tidak sengaja ketemu di cafe langganan mbak Rhea dan mbak Almira,” jawab Aldo tanpa ditanya, karena dia sudah paham ekspresi bosnya tersebut.
“Jangan dikasih orang. Itu khusus buat pak Rega, setidaknya hargai apa yang mbak Rhea kasih. Anggap saja salam perpisahan, atau boleh buat saya saja kalau pak Rega tidak mau. Kan lebih suka bekal buatan Karin,” cibir Aldo.
“Thanks,” ucap Rega tidak membalas lagi ucapan Aldo.
Rega berjalan menuju ruangannya, dia melewati Karin yang memang sudah ada disana dari tadi. Seperti biasanya, Karin mengeluarkan kotak bekal sarapan untuk Rega.
“Sarapannya kak,” ucapnya.
“Aku sudah sarapan, Rin. Sorry,” ucapnya langsung berlalu meninggalkan Karin yang bingung, karena tidak biasanya Rega menolak bekalnya.
“Ya sudahlah. Aku makan sendiri,” monolog Karin, sebenarnya dia tidak pernah memasak sendiri bekal untuk Rega. Kadang dia beli atau bibi dirumah yang membuatkan.
Justru dulu Rhea selalu menyiapkan bekal untuk Rega dengan masakannya sendiri, Aldo yang selalu mengambil dari apartemen Rhea. Namun suatu hari Rhea melihat bekalnya buatannya tidak pernah dimakan Rega, melainkan dimakan oleh OB atau kadang di buang dan lebih memilih bekal yang di bawa Karin.
Sejak saat itu Rhea tidak lagi mebuatkan bekal untuk Rega, dia minta Aldo untuk tidak datang lagi mengambil bekal sarapan Rega. Lagipula tunangannya tersebut juga tidak mempertanyakan kenapa Rhea berhenti membuatkan bekal.
Rega masuk kedalam ruangannya, dia mengeluarkan tumbler dan juga toast dari dalam paper bag. Di sana juga ada sticky note dari Rhea.
“Sarapan pagi itu penting, terlebih untuk orang-orang sibuk sepertimu. Jaga kesehatan, selamat menikmati sarapan pagi. Aku pesankan salted caramel latte less sugar, semoga kak Rega suka. Selamat bekerja,” begitulah pesan dari Rhea.
Entah kenapa Rega tersenyum-senyum sendiri, dia sebenarnya belum sarapan. Dia memikirkan ucapan Aldo tadi, hingga akhirnya menolak bekal yang dibawakan Karin dan memilih untuk sarapan dengan bekal dari Rhea.
rayen and rhea
wah blokir ini benaran ?
biar regaerasakannkehilangan rhea
ko pamit apa ada rencana pergi keluar negri ini
Rhea nunggu satu tahun loh biar impas regong nya nunggu lima tahun aja Thor kalau berjodoh sih
hilang ingatan jangan" dulu pernah ketemu regong waktu kecil kaya cinta monyet apa Kitty yah
😂😂