Chapter 6 Kematian Murniati

Berkali-kali sudah Ratna menyuapkan makanan ke dalam mulut Murni, kakak iparnya itu, namun berkali-kali pula makanan itu dimuntahkan kembali oleh Murni, terkadang dengan campuran darah yang berwarna kehitaman, namun seakan Ratna tak peduli dengan itu semua. Penuh ketelatenan ia merawat kakak iparnya. Sesekali terdengar suara rintihan Murni disertai ekspresi kesakitan yang terlihat jelas di guratan wajahnya.

Sukirman masuk ke dalam kamar, raut wajahnya menampakkan kepedihan dan kemarahan, ia sungguh tak tega meninggalkan istrinya yang tengah sakit parah itu, namun ia harus melakukannya demi kesembuhan Murni dari santet Getih Sewu yang kini menggerogoti tubuh Murni.

"Ratna, mas pamit ya, tolong jaga Murni dengan baik, secepatnya mas akan kembali membawa obat untuk kesembuhan mbakyu iparmu."

Ratna hanya mengangguk tanda mengiyakan, tangannya sesekali membersihkan cipratan muntahan Murni yang mengenai pakaiannya.

Sukirman mendekati tubuh istrinya, tercium aroma busuk yang menyengat, tapi Sukirman tak mempedulikan itu, dipeluknya tubuh istrinya yang sudah kurus kering itu, tak terasa air mata berlinang membasahi pipi.

"Sayang, mas akan pergi tapi nggak akan lama, sekembalinya mas nanti akan membawa obat buat kesembuhanmu, dan kita bisa hidup normal lagi."

Murni mengangguk lemah, tak ada kata-kata yang terucap dari bibir, hanya matanya yang berkaca-kaca.

\=\=\=

Mobil angkot yang ditumpangi Sukirman dan Yudistira berhenti di sebuah gapura, setelah membayar ongkosnya berdua mereka menuju rumah yang dimaksud dalam secarik kertas yang dituliskan pak Daim.

Di kiri kanan mereka tampak pohon-pohon kelapa yang berjajar rapi, mereka melintasi perkebunan kelapa milik Ki Jenar Songgolangit.

"Sampeyan yang bernama Sukirman? Saya Supri, yang tinggal di rumah ini," tanya Supri saat sosok dua orang lelaki yang diperhatikannya sejak tadi berjalan ke arah rumahnya kini berdiri tepat di hadapannya.

"Bukan, Mas, saya Yudistira, temannya, yang ini yang bernama Sukirman," jawab Yudistira sambil telunjuk kanannya menunjuk pada Sukirman.

"Oh, silahkan duduk dulu, ada yang ingin saya berikan pada mas Sukirman, titipan dari Ki Jenar."

Sukirman tampak bingung, bagaimana Ki Jenar bisa tahu kalau dia akan datang menemuinya?

Tak perlu menunggu lama karena Supri akhirnya keluar dengan menjinjing sebuah bungkusan bulat kain putih, isinya tak lain adalah kelapa muda yang sudah dibacakan doa oleh Ki Jenar semalam.

"Ini dari Ki Jenar, beliau berpesan airnya agar diminumkan kepada istrimu, tapi jangan dihabiskan, sisanya campurkan kedalam air untuk digunakannya mandi, mudah-mudahan lewat syariat kelapa muda ini istrimu segera sembuh dari sakitnya."

Mendengar penuturan Supri, bertambahlah kebingungan Sukirman, namun tetap juga di terimanya bungkusan kain putih itu, mereka berdua pamit pulang, Sukirman menyodorkan sebuah amplop namun dengan halus ditolak oleh Supri.

\=\=\=

"Aahh! sakiiit!!" teriak Murni, tubuhnya sudah tampak kejang-kejang, teriakan Murni tentulah mengundang perhatian dari para tetangganya yang segera berhamburan masuk ke dalam rumah.

"Bu, titip mbakyu Murni sebentar ya, saya mau ke rumah pak Daim," kata Ratna kepada salah seorang warga yang tahu-tahu muncul ke kamar.

"Iya, cepat ya, Dik, kasihan itu Murni, sepertinya sangat kesakitan."

Dengan berlari Ratna menuju rumah pak Daim, sementara Murni kini ganti tertawa-tawa dengan sangat mengerikan, beberapa ibu-ibu yang tampak takut melihat kejadian itu segera berlari keluar, mereka khawatir kalau tiba-tiba Murni menyerang mereka, karena mereka semua tahu sakit apa yang di derita oleh Murni, dan dari tertawanya jelas itu bukan suara Murni, sepertinya Murni tengah dirasuki makhluk ghaib.

Beberapa warga yang mencoba memegangi Murni sambil membaca ayat-ayat yang mereka hapal malah terpental saat Murni mengibaskan tangannya, meski dengan terhuyung Murni melangkah ke dapur, warga yang sudah sangat takut tak ada yang berani mendekat, hanya menatap dari jauh sambil menduga-duga apa yang akan diperbuat Murni yang sedang kerasukan ini?

Murni mengambil sebilah pisau di dapur, dengan cepat ia memotong urat nadi di tangannya, darah mengalir deras, masih dengan langkah terhuyung ia masuk ke ruang tengah, melihat Murni datang dengan tangan kanan memegang pisau, makin ciutlah nyali para tetangga untuk mendekati Murni.

Pak Daim dan Ratna masuk, melihat Murni yang memegang pisau dan darah yang mengucur deras dari lengan kirinya, maklumlah pak Daim bahwa makhluk yang kini merasuki tubuh Murni berniat menghabisi nyawa Murni saat ini juga, rupanya makhluk itu sadar bahwa kalau sampai Sukirman datang dan berhasil membawa kelapa muda, maka gagal totallah semuanya.

Pak Daim bertindak cepat dengan menendang tangan kanan Murni, pisau di tangan Murni terlempar, seorang warga memungutnya untuk mengamankan.

"Cepat pegangi Murni!" perintah pak Daim.

Beberapa warga yang nyalinya sudah ciut itu kembali merasa berani karena kini ada pak Daim yang dikenal cukup sakti, menangani Murni yang tengah kerasukan, segera beberapa orang laki-laki maju dan memegangi Murni, kini meski ia meronta dengan kuat ia tak lagi bisa melepaskan diri, seketika tubuh Murni ambruk. Pingsan.

"Cepat angkat dan bawa masuk ke dalam kamar," kembali pak Daim memerintah.

Beberapa orang yang tadi memegangi tubuh Murni kini merenggangkan pegangan, berganti membopong tubuh Murni untuk dibawa ke kamar.

Namun sesampainya di kamar betapa terkejutnya mereka, kembali Murni mengamuk, mereka semua terpental dan Murni kini telah lepas dari pegangan mereka, berdiri di atas ranjangnya.

"Kalian semua manusia bodoh, mudah sekali tertipu! hahaha ... kini saatnya aku habisi pemilik tubuh ini!"

kejadiannya begitu cepat, pak Daim yang bergegas masuk ke kamar untuk melihat apa yang terjadi pun hanya bisa terpana, Murni melompat dari ranjang, mengambil botol minum di meja yang terbuat dari kaca, lalu memecahkannya, dengan ujung pecahan botol ia merobek lehernya sendiri, darah segar segera muncrat keluar dari leher yang robek cukup dalam. Setelah menggelepar sejenak, tubuh Murni kemudian kembali ambruk ke lantai yang masih berupa tanah.

Pak Daim segera mendekati tubuh Murni, memeriksa nadinya, merasakan denyutan jantungnya, namun kemalangan tak bisa ditolak, takdir telah ditetapkan, Murni akhirnya meninggal karena kehabisan darah.

"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun," kata pak Daim dengan nada lemah.

Beberapa warga yang masih berada di kamar menyahuti dengan kalimat yang sama, mereka semua kini maklum kalau Murni telah meninggal dunia.

\=\=\=

Tak terasa tujuh hari sudah sejak kematian Murni, namun rasa sedih dan amarah yang membara masih bergolak dalam dada Sukirman, ia ingat betul saat ia sampai kembali ke desa Medasari, dengan membawa harapan baru bagi kesembuhan istri yang sangat dicintainya, namun yang ia lihat pertama kali di depan rumahnya adalah bendera kuning yang berkibar, seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Sukirman spontan melemparkan kain putih berisi kelapa muda dari Ki Jenar, lalu berlari cepat masuk kedalam rumahnya. yang dilihatnya hanyalah sesosok tubuh di ruangan tengah ditutupi oleh selembar jarik. Saat ia membuka bagian wajah, Sukirman tak mampu lagi menahan kepedihannya, ia berteriak dan menangis kuat, seakan tak peduli lagi pada banyaknya warga yang saat itu tengah berkumpul di sekitar jenazah istrinya sambil membacakan surah Yasin. Pak daim yang kebetulan ada di sana segera menarik Sukirman dan membawa keluar, setelah Sukirman agak tenang barulah pak Daim menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi, beberapa orang yang kebetulan ada di dalam kamar saat kejadian itu turut membenarkan perkataan pak Daim, dan pak Daim dengan kata-kata bijaknya meminta agar Sukirman ikhlas menerima apa yang telah berlalu sebagai ketetapan Tuhan yang memang sudah menetapkan bahwa hal itu mesti terjadi, juga agar Sukirman bisa sabar dan tabah menerima ujian berat ini.

Lamunannya seketika buyar tatkala terdengar suara salam dari luar, Sukirman lantas beranjak dengan malas untuk keluar menemui tamunya yang tak lain adalah pak Hendarto, pemilik penggilingan padi tempatnya bekerja.

\=\=\=

"Apa kamu sudah memikirkannya dengan masak, kang Sukir? meski pun kamu berhasil membalas dendam, itu takkan bisa mengembalikan istrimu yang kini sudah tenang di alam kuburnya," kata pak Hendarto.

"Maaf, Pak. saya berterima kasih atas simpati Bapak kepada saya, namun apa yang saya putuskan ini sudah menjadi kebulatan tekad, dengan berat hati saya mengundurkan diri dari pekerjaan saya, dan saya ingin pergi mencari seorang yang sakti untuk berguru kepadanya, agar saya bisa membalaskan kematian Murniati."

Untuk sejenak terjadi kebisuan di antara mereka, sampai akhirnya pak Hendarto berkata, "Baiklah, kang Sukir, saya menghargai keputusan kang Sukir, saya tidak bisa menahan kemauan kang Sukir, namun saya harap kang Sukir tidak menolak pemberian saya ini, mudah-mudahan bisa secepatnya menemukan guru yang tepat, dan apa yang saya berikan ini bisa menambah untuk biaya perjalanan kang Sukir. Ngomong-ngomong saya tidak bisa berlama-lama, Kang, masih banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan."

Pak Hendarto meletakkan sebuah amplop tebal di meja, di hadapan Sukirman, lalu berdiri.

"Kalau pemberian saya ini masih kurang, kang Sukir jangan ragu untuk datang ke rumah, saya sudah anggap kang Sukir keluarga saya sendiri. saya pamit, as salaamualaikum."

"Wa 'alaikumus salam," dengan nada pelan Sukirman menjawab salam pak Hendarto.

Di pandanginya kepergian pak Hendarto sampai hilang di ujung jalan, Sukirman lalu masuk ke kamar, mengemasi pakaiannya ke dalam sebuah tas besar.

Setelah mengunci rumah, ia beranjak pergi, meninggalkan desanya, meninggalkan kenangan pahitnya.

Tujuannya kini hanya satu ... pembalasan dendam.

\=\=\=

Terpopuler

Comments

Mina Karel

Mina Karel

riyah yg kirin satet

2021-03-22

0

Andini Anisa

Andini Anisa

siapa yg mengirim santet

2021-01-18

1

Echaleo Alfurqon Albantani

Echaleo Alfurqon Albantani

owhh ak inget episode ini .. yang katanya untuk pak hendarto akan selalu ada krna hendarto adalah yang membiayai kang sukir mencari ilmu sakti

2021-01-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!