Happy reading ...
Tiba waktu pulang sekolah, Rayhan dan teman-temannya menuju tempat parkir. Di sana sudah ada Mang Asep yang menunggu.
"Ray, jemputan Lo tuh," tunjuk Raka setengah mengejek.
"Sialan Lo. Gue pulang bareng Lo aja, Gas."
"Nggak ada helm. Sama si Raka tuh, pinjem helm cadangan di security."
"Dih, aneh. Sama Lo juga bisa, tinggal pinjam helm-nya. Iya kan?"
"Nggak ah. Gue mau ke klinik nyokap," sahut Agas.
"Terserah deh. Ka, pinjemin sana!"
"Oke."
"Mang, Ray pulang sama saya," ujar Raka saat melewati Mang Asep.
"Oke, Den Raka. Jadi saya tinggal nunggu Neng Nisa sama Non Dita nih?" Raka ngacungkan ibu jarinya.
Raka dan Rayhan mendahului pulang. Sementara itu Agas masih asik dengan ponselnya. Tak lama terdengar suara Dita dan teman-temannya. Kemudian suara Yuda juga terdengar di sana.
"Dit, kalau ada anak yang lihat Lo pulang sama si Nisa berabe. Jatuh harga diri Lo," bisik Tasya dan diangguki oleh Mela.
"Gue juga tahu. Udah ah, bye." Raydita masuk ke dalam mobil. Dari luar Tasya dan Mela dapat melihat Dita dan supirnya beradu argumen. Tak lama kemudian, mobil pun mulai melaju.
"Bye, Upik abu," ujar Dita yang membuka sedikit jendela mobilnglya.
"Anak itu manggil upik abu sama siapa ya? Aku penasaran," ujar Yuda pelan sambil celingukan.
Dua teman Raydita terkekeh sambil mendelik pada Annisa. Mereka bersorak melihat raut wajah Annisa yang sedang bingung.
"Aku pulang dulu ya. Sudah dijemput Abi. Daah Nisa, daah Yuda! Sampai bertemu besok." Isti pun berlalu meninggalkan tempat itu, menghampiri ayahnya yang sudah memanggil dari kejauhan.
"Kamu ada yang jemput nggak, Nis?"
"Ee, ada mungkin." Sahutnya bingung.
"Kok mungkin? Kalau nggak ada, aku aja yang antar kamu pulang. Ada helm kok di bawah jok motorku." Tawarnya.
Annisa masih bingung harus menjawab apa. Ia merasa canggung bila menerima tawaran Yuda. Namun ia juga tidak yakin Mang Asep akan kembali untuk menjemputnya.
Annisa menatap ragu pada helm yang disodorkan Yuda. Melihat Yuda yang sudah siap akan menghidupkan mesin motornya, Annisa pun menggunakan helm tersebut.
"Dia pulang bareng gue. Helm-nya pinjam dulu ya," ujar Ghaisan mengagetkan Annisa yang sedang mengenakan helm.
Raut wajah Annisa semakin bingung saat tangan Agas menariknya menuju motor milik sahabat Rayhan tersebut.
"Oh, sekarang aku ingat. Dia kan yang waktu di tempat kemah itu," gumam Yuda. Kemudian berteriak saat Agas yang membonceng Annisa melewatinya.
"Woy! Main embat aja." Serunya.
Sementara itu, setibanya di rumah, Mang Asep kembali memutar kemudinya. Ia merasa tidak enak karena telah meninggalkan Annisa. Tepat di pertigaan jalan, suara klakson motor Agas mengalihkan perhatiannya.
"Itu kan Neng Nisa. Kalau nggak salah sama Den Agas. Syukurlah. Jika tidak, bisa dimarahi Tuan. Kira-kira Neng Nisa ngadu nggak ya?" Gumamnya.
Mobil yang dikemudikan Mang Asep kembali berpapasan dengan Agas. Mang Asep merasa heran karena Agas menurunkan Annisa tidak di depan rumah majikannya.
"Neng, Neng Nisa. Aduh, maafkan Mang Asep ya. Baru saja Mamang mau jemput Eneng."
Nisa yang akan membuka pintu gerbang hanya tersenyum dan menjawab, "Nggak apa-apa, Mang. Mang Asep mau masuk atau masih ada perlu di luar?"
"Masuk, Neng. Sebentar lagi pergi mengantar Nyonya."
"Ya udah, kalau begitu. Sekalian saya bukakan gerbangnya."
"Tidak usah, Neng."
Annisa tidak menghiraukan Mang Asep dan membuka lebar-lebar pintu gerbang. Setelah mobil itu masuk, Annisa menutup pintu itu kembali.
***
"Mama mau kemana?" tanya Dita saat melihat mamanya sudah bersiap.
"Sama Kak Ehan perginya? Ikut," rengek Dita.
"Iya, ayo. Sana ganti baju dulu."
"Asik. Jangan ditinggal ya."
"Cepetan! Nggak pake lama," ukar Rayhan ketus sambil terduduk di sofa. Putra sulung Adisurya itu terlihat asik dengan ponselnya.
Sementara itu, Rianti melihat Annisa yang sedang membantu Bi Susi di taman belakang. Sesaat ia terkesiap saat melihat tawa Annisa. Tawa itu mengingatkannya pada seseorang.
"Kalau diperhatikan, kok anak itu ada miripnya Mas Adi ya?" batin Rianti bergumam.
"Nggak mungkin kan kalau ... ah, nggak mungkin." Tepisnya.
"Mama ngobrol sama siapa?" tanya Rayhan tanpa menoleh.
"Nggak sama siapa-siapa."
"Heh, aneh."
Tak berselang lama, Rianti dan dua anaknya pun pergi ke pusat perbelanjaan. Walaupun dikenal badboy, Rayhan sangat dekat dengan mamanya. Ia selalu bersedia menemani dan membawakan belanjaan sang mama.
Di tempat lain, Ghaisan juga sedang berada di tempat praktek mamanya, Dokter Rika. Terlahir dari orang tua yang berprofesi sebagai dokter, Ghaisan sangat suka melihat mamanya memeriksa para pasiennya. Bahkan tak jarang sampai ketiduran.
Rika yang telah menyelasaikan tugasnya hari ini, menghampiri Agas yang tertidur di meja perawat. Saat akan membangunkan, tatapan Rika tertuju pada layar ponsel putranya.
"Ini kan? Anak angkat Rianti dan Adisurya?" Gumamnya.
Karena penasaran, Rika mengambil ponsel itu dengan sangat pelan. Wajahnya tersenyum mengetahui putranya sudah mulai memperhatikan teman perempuan.
Rika menatap foto Annisa yang tengah tertidur menggunakan sleeping bag. Keningnya berkerut dan tatapannya menajam. Rika memperbesar tampilan foto itu, kedua maniknya membulat tak percaya.
"Tidak mungkin anak ini ...."
Seketika raut wajah Rika menegang. Ghaisan yang mengerjap nampak kaget dan bertanya, "Ada apa, Ma?"
"Ti-tidak ada apa-apa." Sahutnya tergagap dan mengembalikan ponsel Agas.
Agas terlihat malu mengetahui mamanya melihat foto Annisa di ponselnya. Saat ia mencoba akan menjelaskan, mama mendahului memintanya untuk pulang.
"Mama ada urusan sebentar. Kamu pulang dulu ya, Sayang."
Agas pun menuruti dan berpamitan pada mamanya. Sementara itu, Rika bergegas mengambil tas miliknya dan pergi entah kemana.
"Adi, tega sekali kamu," ucap Rika gusar.
Sementara itu, Adisurya yang baru pulang mananyakan Annisa. Setelah membersihkan diri, ia ingin mendengar anak itu bercerita tentang bagaimana hari pertamanya sekolah.
"Bi, tolong panggilkan Nisa."
"Baik, Tuan."
Bi Susi yang hendak menuju dapur mendengar suara pintu dibuka. Terlihat olehnya Dokter Rika berjalab sangat cepat menuji ke dalam rumah.
"Adi." Panggilnya.
"Ada apa, Rika?"
"Apa maksudmu, hah?"
"Maksud apa?" Adisurya terlihat bingung.
Rika yang mengetahui dari security bahwa Rianti dan anak-anaknya tidak ada, merasa akan leluasa bicara pada Adisurya.
"Dia, anak itu kan?"
"Dia, siapa? Duduklah, santai sedikit."
Rika pun terduduk berseberangan dengn Adisurya.
"Dia, anak angkatmu."
"Annisa? Memangnya kenapa dia?"
"Dia bayi yang kau titipkan pada saudari Bi Susi kan? Aku benar kan, Adi? Aku melihat sendiri bekas operasinya. Meski orang awam tidak dapat melihat dengan jelas, tapi aku ini dokter. Aku tahu itu bekas operasi lima belas tahun lalu. Apa maksudmu? Kau ingin Rianti tahu kalau anak itu anak kandungnya?" cecar Rika. Mereka tidak menyadari ada langkah yang terhenti mendengar hal tersebut.
_bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
noname
ini dokter rika kok aneh ya.. lha knpa klo tau.. kn mmg udah hakny nisa klo mmg dia ank kndungnya..
2021-10-28
0
Rhina sri
nisa anak kandungnya adisurya.. trs dita anak siapa
2021-07-31
0
Aldiano Ambomasse
nisa kmbaran dita y thor
2021-06-06
0