Happy reading...
Cahaya matahari telah meninggi. Namun rupanya masih malu dan memilih bersembunyi. Awan tebal yang menutupinya terlihat kelabu tak ubahnya Adisurya yang memasang wajah sendu.
Di vila ini ada kenangan yang hanya dimilikinya sendiri. Kenangan yang bila diingat, membuatnya menyesali diri tiada henti.
"Mas, masih betah di sini? anak-anak sudah menunggu di bawah," ujar Rianti yang memeluknya dari belakang.
Adisurya tersenyum tipis melihat jari-jari Rianti yang tertaut di perutnya. Diraihnya satu tangan Rianti dan dikecupnya berkali-kali. Adisurya berbalik dan menatap manik istrinya.
"Sudah beres semuanya? Yakin tidak ada yang tertinggal?" tanya Adisurya lembut. Rianti mengangguk pelan dan mempererat pelukannya. Keduanya pun meninggalkan balkon kamar.
Hari ini, mereka memutuskan untuk pulang. Hampir satu minggu mereka menikmati liburan di tempat itu. Meski tidak banyak tempat wisata yang mereka kunjungi, anak-anak cukup bersenang-senang, begitu juga dengan Annisa. Meski cara mereka berbeda.
Berbincang dengan Bi Marni dan berinteraksi dengan ternak peliharaan bersama Mang Asep sudah membuat Annisa sangat bahagia. Sayangnya Hani tidak seramah yang diharapkan. Gadis muda itu bersikap acuh tak acuh, bahkan seperti tidak menyukai Annisa.
***
Libur sekolah telah selesai. Pagi ini mereka akan mulai masuk tahun ajaran baru. Rayhan duduk di bangku kelas tiga, sementara Raydita baru akan memulai di tingkat pertama. Keduanya bersekolah di tempat yang sama.
Tok ... tok ... tok.
"Ayah boleh masuk, Nisa?"
Annisa terkesiap mendengarnya. Saat ini masih subuh. Baru saja ia selesai mengaji dan masih mengenakan mukena.
"Yah, ada apa?" tanya Annisa heran saat pintu sudah terbuka.
"Ayah boleh masuk?" tanya Adisurya lagi.
"Bo-boleh, silahkan."
"Ayah menganggu tidak?" tanya Adisurya ketika tatapannya tertuju pada Alquran yang masih terbuka di atas meja.
"Tidak, Yah. Sudah selesai kok." Sahutnya.
Adisurya terduduk di tepi tempat tidur sambil menatap lembut pada Annisa. Menunggu Nisa yang sedang membereskan peralatan salatnya.
"Duduklah, ayah ingin memberimu sesuatu."
"Apa itu, Yah?" Nisa terlihat antusias. Ia pun terduduk di samping Ayah Adi.
"Nisa suka belajar?"
"Suka, Yah."
"Nisa anak yang rajin dan pintar ya. Buktinya hasil belajar Nisa sangat memuaskan."
"Kok ayah tahu?" ujar Nisa malu.
"Tahu dong. Ayah gitu loh." Sesaat keduanya tertawa pelan.
"Itu apa? Untuk Nisa?"
Annisa terlihat senang saat Ayah Adi mengangguk dan menyodorkan dua papper bag yang memang dibawanya.
"Semuanya, Yah?"
"Iya, Sayang. Bukan cuma ini saja, masih ada lagi. Bi, masuk saja!"
Kedua manik Annisa membulat sempurna. Bi Susi masuk ke kamarnya dengan beberapa papper bag yang dijinjingnya.
"Ini semua untuk Nisa, Yah?" tanya Nisa menatap tak percaya.
"Terima kasih, Bi," ujar Adisurya dan Bi Susi mengangguk pelan sambil tersenyum, kemudian meninggalkan kamar Annisa.
"Bukalah, Nak. Ayah harap kamu menyukainya."
Tanpa menunggu disuruh dua kali, Nisa membuka satu persatu papper bag itu.
"Wah, bukunya banyak sekali!" pekik Annisa pelan.
"Ada tas juga. Ini ... perlatan menulis? Yah?" Annisa menatap bingung pada Ayah Adi. Papper bag yang dibawa Bi Susi berisikan peralatan sekolah yang cukup banyak.
"Yang ini belum dibuka." Adisurya menunjuk pada papper bag yang dibawanya.
"Ini, sepertinya seragam sekolah? Punya siapa, Yah? Dita, ya?"
"Kok punya Dita sih. Ya punya kamu dong, Nisa." Ayah Adi mencubit gemas dagu Annisa.
"Untuk Nisa, Yah?"
"Iya. Mulai hari ini, kamu sekolah di sekolah yang sama dengan Ehan dan Dita."
"Sekolah? Yang benar, Yah?" tanya Annisa dengan mata yang berkaca-kaca.
"Iya, Sayang. Kamu akan sekolah. Sekolah setinggi mungkin sampai cita-cita kamu tercapai."
Tanpa diduga, Annisa berhambur memeluk Ayah Adi. Sesaat pria itu tertegun, kemudian membalas pelukan Annisa.
"Terima kasih, Yah." Isaknya.
"Sama-sama, Sayang," sahut Adisurya dengan suara yang tertahan di tenggorokan. Diusapnya air mata yang menetes di ujung mata.
"Kamu mandi, lalu bersiap ya. Nanti ayah yang akan mengantar ke sekolah. Jangan lupa sarapan," ucap Adisurya sambil mengusap pucuk kepala Annisa yang tertunduk. Sepertinya Nisa merasa malu dan menyembunyikan wajahnya yang sembab.
"Ayah mau ngopi dulu ya." Pamitnya.
"Iya, Yah. Terima kasih."
Annisa menatap langkah Ayah Adi yang meninggalkan kamarnya. Saat ini ia merasa bahagia, sangat bahagia. Sampai-sampai ia ingin berjingkrak dan berteriak kegirangan.
"Bu, Nisa punya seragam baru." Ujarnya, sambil melihat pantulan dirinya dengan seragam yang ditempelkan di badan.
Sementara itu ....
"Mas dari mana? Bangun tidur tadi Rianti tidak melihat Mas Adi di kamar, di balkon juga tidak ada."
"Dari bawah, minta Bi Susi membuatkan kopi." Sahutnya pelan.
"Ehan sama Dita sudah bangun belum ya? Rianti ke kamar anak-anak dulu ya, Mas." Ujarnya manja.
"Iya. Mas juga akan turun, tapi mau ke kamar mandi dulu."
Rianti mengangguk pelan. Dengan senyum manis yang diperlihatkannya, Rianti berlalu meninggalkan kamar.
"Han! Ehan! Dita!" Pekikan khas Rianti terdengar menggema di dalam rumah. Bi Susi yang sudah terbiasa dengan hal itu hanya mengulumkan senyumnya.
Rianti masuk ke kamar putranya. Rayhan masih setia dengan guling yang didekapnya.
"Jagoan Mama! Bangun dong, Sayang. Hari ini kamu mulai sekolah! Ayo, bangun!" seru Rianti sambil menyingkap selimut yang menutupi tubuh putranya.
"Sebentar lagi, Ma," gumam Rayhan sambil berusaha meraih kembali selimuy itu.
"No, Sayang. Kali ini kamu harus bangun. Ini sudah setengah enam. Ayo dong bangun! Mama juga kan harus membangunkan Dita," ujar Mama Rianti mulai terdengar kesal.
Dengan malas, Rayhan mengucek matanya. Ia pun turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.
"Peralatan sekolahnya sudah disiapkan, Han?"
"Hari pertama nggak akan belajar, Ma." Sahutnya malas.
"Oh ... gitu ya? Ya sudah, Mama ke kamar Dita dulu."
"Iya."
Rianti keluar dari kamar Rayhan dan menuju kamar Dita. Ia berpapasan dengan Hani yang sedang mengepel di lantai itu.
"Berapa kali saya harus bilang? Pel ini semua sebelum kami bangun. Jangan sampai anak-anak saya terpelesat karena lantainya yang basah. Kamu niat kerja nggak sih?" delik Rianti, lalu melanjutkan langkahnya.
Hani tertunduk dengan hati yang kesal. Ia pun mempercepat pekerjaannya, sebelum nyonya rumah menegurnya lagi.
Sama halnya dengan Rayhan, Raydita juga susah dibangunkan. Pekikan Rianti sampai terdengar ke luar kamar.
Di ruang makan, Adisurya sedang menikmati kopi buatan Bi Susi sambil menatap pada layar ponselnya. Dua ujung bibirnya terangkat, entah apa yang ia lihat.
"Bi, Nisa sudah sarapan?"
"Sudah, Tuan."
"Hmm. Kalau sudah siap suruh Nisa ke sini ya, Bi," pinya Adisurya.
"Baik, Tuan."
Setelah memastikan kedua anaknya mandi, Rianti menuruni tangga dan menghampiri suaminya.
"Mas, jangan hanya minum kopi." Adisurya hanya tersenyum menanggapi. Tak lama kedua anak mereka terlihat menuruni tangga.
"Selamat pagi, Pa," ujar keduanya hampir bersamaan.
"Selamat pagi, Nak. Bagaimana? Semangat hari ini?" tanya Papa Adi sambil melemparkan senyum pada Dita yang melingkarkan tangannya di bahu dengan manja. Dita mengecup pipi Papa Adi berkali-kali.
"Hmm Mama cemburu loh," delik Mama Rianti tersenyum menggoda.
"Hehe. Ini kan Papa Dita," sahut Dita dengan kecupan terakhir sebelum dirinya terduduk di samping sang kakak.
"Habiskan sarapannya, Sayang." Adisurya mengusap pucuk kepala Raydita.
"Iya, Pa."
Setelah selesai sarapan, mereka kini sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Dita sangat senang saat mengetahui Papa Adi yang akan mengantar mereka ke sekolah. Dengan semangatnya ia berjalan menuju ke bagian depan rumah
Langkah Dita terhenti. Keningnya berkerut melihat Nisa yang bersandar ke dinding sambil berpegangan pada strap bahu tasnya.
"What?" pekik Dita saat menyadari gadis seusianya itu memakai seragam yang senada dengan dirinya.
"Kenapa sih, Lo?" tanya Rayhan datar dan berlalu menuju mobil yang pintunya sudah dibukakan Mang Asep.
"Pa, serius dia mau satu sekolah sama Kak Ehan dan Dita?"
"Iya, Sayang. Papa kan pernah bilang. Mungkin kalian juga akan satu kelas," sahut Papa Adi santai.
"Hah!!!"
_bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Hertjina Saselah
rasa terharu dgn nisa
2021-08-25
0
Rhina sri
kasian nisa... yg sabar yaa nis di buli trs sm dita
2021-07-31
0
mita purwanti
benr" bikin penasaran deh kak eL, sbner x niasa itu siapa x pak adi ya🤔🤔
2021-05-20
0