Lucy, Tuan Muda & Getaran Cinta

Lucy, Tuan Muda & Getaran Cinta

Malaikat penolongku,

Hari ini malam begitu pekat.

Lucy hanya mampu memandang langit yang kian lama kian pekat, awan tebal terlihat menggulung membentuk gulungan ombak dasyat yang siap menerjang siapapun yang dengan berani menantangnya.

"Mesti pulang cepat nih, kalau tidak buru-buru nanti bisa kehujanan" pikirnya sembari mempercepat langkahnya, kaki-kaki jenjangnya berjalan melewati beberapa toko yang sudah mulai mematikan lampu toko pertanda toko akan segera tutup. Semilir angin dingin menyapa helaian rambutnya dan menggelitik kulit pipi dan leher gadis itu, dirinya merasa bergidik karena sedikit kedinginan.

Diliriknya jam tangan mungil miliknya sepertinya jarum pendek dan panjang sudah bertemu di angka 9 malam. Malam sudah terlalu larut dan masih berada di luar rumah adalah hal yang tidak baik untuk gadis seusianya, entah apa yang ada dipikirkan Majikannya bila dia mengetahui pembantu barunya belum juga berada di rumah. Gadis Murahan? ya, sekilas memang terlihat seperti itu, gadis terhormat mana yang masih berkeliaran di saat malam bahkan Lucy berfikir kakaknya Theo akan murka bila melihat dirinya saat ini. Mau di taruh di mana mukanya bila mengetahui bahwa sang Lady dari salah satu bangsawan Inggris yang terkemuka berjalan sendirian di malam hari.

Lucy membuang pikirannya jauh-jauh, hari ini benar-benar membuatnya sangat lelah, tugas sekolahnya menumpuk untuk besok, kue yang harus di antar ke pelanggan hari ini melonjak tajam sehingga dia harus benar-benar pulang terlambat sekali malam ini, belum lagi Lucy harus memasak makan malam untuk majikan barunya.

Baru beberapa meter berjalan kini butiran air dari langit kian menetes menghujani pakaiannya, tak ingin dirinya basah buru-buru Lucy merapat ke arah pinggiran toko terdekat dan mulai meneduh di sana.

'Hujan deh' batin Lucy, dilihatnya hujan semakin lama semakin deras, segera saja Lucy merapatkan kembali baju yang dia pakai mengharapkan sedikit kehangatan meski toh tetap saja tubuhnya merasa cukup dingin.

"Mestinya tadi aku membawa mantel" pikirnya sembari menatap ke arah langit yg masih kelabu, hujan sepertinya tidak akan mau untuk berhenti terlalu cepat malam ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di tempat lain, Seorang pemuda yang sedari tadi berkutat dengan laptop kesayangannya kini melirik ke arah jendela kamarnya. Dilihatnya jendela kamarnya sedikit terbuka sehingga membuat beberapa rintik air hujan masuk dan membasahi gorden kamarnya. Dengan perlahan pemuda itu bangkit dan berjalan ke arah jendela kamarnya, dilihatnya langit malam begitu pekat,

"Sepertinya hujan akan turun semalaman" pikirnya. Di tutupnya jendela kamarnya dan mulai berjalan kembali ke arah meja untuk mengambil segelas air miliknya di sana, namun ternyata air dalam gelas telah kosong.

Dengan malas sang pemuda berjalan menuju lantai satu dan membuka kulkas meneguk air dari botol, setelah hilang dahaga pemuda itu menutup kulkas dan menatap meja makan yang rapi.

Tatapan aneh bisa dibilang begitu. Selama ini pembantu barunya selalu menyajikan makanan pukul 7 malam dan tak pernah merapikan makanan sebelum sang pemuda itu mencicipi beberapa makanannya.

Tapi malam ini meja makan benar-benar kosong, tidak ada seporsi makanan pun di sana.

"Jangan-jangan dia belum pulang" pikir pemuda itu curiga.

Teng...teng...teng...

Bunyi jam dinding di ruang tengah telah menyadarkannya bahwa kini sudah pukul 10 malam. Sang pemuda kini berjalan ke ruang tamu,

Klik...Dinyalakannya sakelar lampu dan melihat ke sekeliling ruangan itu, tak ada tanda-tanda kepulangannya. Dia mulai berjalan kembali menuju lantai dua dan berjalan ke koridor sebelah kiri lalu berhenti di salah satu pintu dengan ukiran kayu. Sang pemuda mulai mengetuk pintu,

"Lucy... Apakah kau sudah pulang??" tanya pemuda itu ragu..

"Dengar ya, aku...sedikit lapar jadi bisakah kau memasakan aku sesuatu??" tambah pemuda itu.

Lama pemuda itu berdiri di depan pintu namun tak ada jawaban dari dalam.

"Lucy ??" tanya pemuda itu lagi

Dengan perasaan tidak nyaman dia mulai meraih kenop pintu dan perlahan membuka pintu tersebut.

Gelap...kesannya, ditekannya tombol sakelar di samping pintu dan tidak ada siapapun di dalam kamar, dia mulai berjalan ke arah kamar mandi dan mengetuk pintunya.

"Lu...apa kau di dalam?" tanya pemuda itu khawatir.

Perlahan dia mulai membuka pintu kamar mandi dan tak ada tanda-tanda seseorang di sana.

Sang pemuda mulai merasa cemas, selama ini Lucy tak pernah pulang selarut ini, sekolah bubar pukul 3 sore dan dia tahu setelah itu Lucy bekerja di toko kue tapi seharusnya Lucy sudah pulang sejak jam 7 malam tadi, tetapi sampai pukul 10 dia belum pulang juga.

Aneh, Apa sesuatu telah terjadi padanya?Dilihatnya hujan semakin deras dan beberapa kilasan kilat berlomba dengan guntur terlihat menyala dari luar jendela, membuat siapapun yang melihat itu enggan untuk keluar dari dalam rumahnya.

Sang pemuda berjalan kembali ke kamarnya, diambilnya handphone kesayangannya di atas meja...

3 missed called..

Apa??

Dibukannya handphonenya dan melihat ada 3 panggilan tak terjawab dari Lucy, buru-buru ia menekan tombol call tetapi,

"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi..."

"Apa? Kenapa di saat seperti ini malah tidak aktif" gerutu sang pemuda sambil mengacak rambutnya, kemudian dengan cepat dia mulai mengambil kunci mobil dan mantel miliknya,

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Seorang gadis yang bernama Lucy kini benar-benar merasa sangat kedinginan, berdiri di pinggiran toko dengan kondisi jalan yg sepi dan hujan yang tak kunjung berhenti membuatnya benar-benar basah,

Badannya kini mulai menggigil menandakan tidak kuat lagi bertahan dari udara malam dan hujan yang dingin, wajahnya mulai memucat.

Tangannya mulai menekan beberapa tombol ponselnya berharap ponsel tersebut masih bisa menyala untuk beberapa saat, agar dia mampu meminta bantuan pada seseorang untuk menyelamatkannya dari situasi ini, tapi sepertinya ponselnya benar-benar mati total.

"Payah", keluhnya dalam hati.

"Kenapa pada saat situasi seperti ini aku malah teringat pada Ryu, orang yang sangat ku benci dan menjadikanku berada dalam situasi seperti ini. Kenapa aku malah menghubunginya dan sekarang lihatlah apa yang terjadi pada padaku masih berada di tempat seperti ini dalam guyuran hujan" keluh Lucy dalam hati.

Harusnya dia tak menghubunginya, dari tadi dia mencoba menghubungi Tuan mudanya alias Ryu, namun Ryu tidak kunjung mengangkat panggilan darinya.

"harusnya tadi aku menghubungi Leon saja" keluh Lucy lagi.

"mungkin sekarang Ryu masih sibuk membaca novel kesayangannya sehingga mengacuhkan telepon darinya, dasar Ryu. Lagipula kenapa aku malah teringat padanya dan langsung menghubunginya tadi, dasar Lucy bodoh. Nanti pasti dia akan mengatakan hal yang menyebalkan lagi padaku. Kenapa perasaanku menjadi seperti ini, Lucy sadarlah kau tak boleh menyukai si sombong Ryu" kata Lucy dalam hati sambil menepuk-nepuk pipinya agar tetap waras.

Lucy benar-benar tak kuat lagi, dia mulai berjongkok dan merundukan kepalanya dengan harapan mendapat sedikit kehangatan, beberapa helai rambutnya sudah basah terkena sapuan air hujan.

"Tuhan, ku mohon kirimkan Malaikat penolongmu untukku" lirih Lucy sambil bergetar.

"Sampai kapan mau terus berada di situ?" tanya seorang pemuda.

Lucy yang merasa ada seseorang yg tengah berbicara padanya mulai mendongakkan kepalanya, dilihatnya sesosok pemuda yang dia anggap sebagai pemuda tak berperasaan dan sombong kini tengah berdiri di hadapannya.

"Ry...u" kata Lucy terbata.

Pemuda yg dia panggil Ryu sekilas tersenyum, dia mulai membuka jaketnya dan menyerahkannya pada Lucy,

"ini,,pakailah dan cepatlah masuk ke mobil" kata pemuda itu,

"Apa yg barusan aku lihat adalah senyum Ryu, dia tersenyum padaku.." pikir Lucy sambil tetap diam.

Melihat Lucy yang tak berkutik, Ryu hanya menghela nafas kemudian memakaikan jaket itu pada Lucy, Ryu menggandeng tangan Lucy dan membawanya ke mobil.

"Tangannya dingin sekali" pikir Ryu.

Setelah masuk ke dalam mobil, Ryu mulai menjalankan mobilnya.

Lama tak ada perbincangan di antara keduanya. Diliriknya Lucy dengan ekor matanya, gadis itu tengah kedinginan, terdengar dari bunyi gemertuk giginya.

Kali ini Ryu benar-benar merasa bersalah,

"Maaf.."kata Ryu pelan, namun masih terdengar oleh Lucy. Lucy menoleh ke arah Ryu,

"maaf untuk apa?" tanya Lucy bingung.

Ryu mulai melambatkan kendaraannya, sepertinya lampu merah telah menyala dan memaksa Ryu untuk menghentikan mobilnya.

"jika aku tahu kau akan menghubungiku untuk meminta tolong, aku tidak akan mengaktifkan handphoneku dengan mode diam" kata Ryu pelan.

Diusapnya bibir Lucy yg pucat dan dingin,

"Tangannya hangat" pikir Lucy,,

Teet...

Teet..

Beberapa kendaraan dari belakang mulai memprotes aksi Ryu yang masih mendiamkan mobilnya, mendengar hal itu Ryu segera menancap gas dan mulai melaju menuju kediamannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Mandilah dulu dengan air hangat" saran Ryu pada Lucy.

"Baiklah" jawab Lucy, dia mulai menaiki tangga dan menuju kamarnya.

Ryu kini tengah duduk di sofa ruang tamu, dilehernya tengah tergantung handuk warna putih untuk mengeringkan rambutnya.

Perlahan Ryu teringat kejadian di mobilnya bersama Lucy, dilihatnya tangan kanannya yang dengan berani memegang bibir Lucy.

"Kenapa perasaanku jadi seperti ini" keluh Ryu frustasi.

Satu jam kemudian Lucy turun ke dapur dengan maksud membuat makan malam, meskipun memang waktu sudah menunjukan pukul setengah 11 malam,,namun tanpa diduga ada sebuah pemandangan langka di sana.

Lucy hanya tertegun menyaksikan hal tersebut.

Seorang Ryu menggunakan apron putih dan sedang memasak. Kemeja tangan panjangnya dia gulung dan terlihat tangannya dengan lihai memotong beberapa iris kentang dan daging, memasukannya ke dalam panci dan mulai mengaduk-aduk sup dalam panci tersebut, dicicipinya sup tersebut dan Ryu menambahkan beberapa jumput garam dan sayuran segar.

"Aku tak menyangka kau pandai sekali memasak.." sapa Lucy sambil berjalan ke arah Ryu.

Ryu hanya tersenyum dan tak lama kemudian berkata,"Tak sepandai kau ketika membuat kue..."

"Perlu bantuan?" tawar Lucy.

" Duduk dan perhatikanlah.."kata Ryu sambil melanjutkan demo memasaknya.

Lucy hanya diam, dilihatnya seorang Ryu, pemuda tampan yang ketika pertama kali di kenalnya terkesan angkuh dan sombong kini dia menjadi seseorang yang baru saja menolongnya ketika tengah dalam kesulitan.

Episodes
1 Malaikat penolongku,
2 Masa Lalu
3 Leon & Ryu
4 Kau harus memanggilku, Tuan muda
5 Nona vanilla...
6 pertandingan basket dan masuk sekolah ?
7 Sahabat terbaik
8 Pria itu bernama Alan,
9 si perusak zona nyaman,
10 Pertengkaran Leon dan Lucy
11 Kalkulus dan sebuah janji
12 I'm Sorry, Leon..
13 tentang perasaan
14 Kunjungan tak terduga
15 Tuan muda yang sakit
16 Aku datang
17 pertemuan tak terduga, Namanya adalah Lisana
18 Awal konspirasi
19 Tipuan Klasik
20 Pelecehan kedua
21 Harga Diri dan Jati Diri yang Baru
22 Acara yang terus berjalan
23 Retaknya persahabatan
24 Awal Study Tour
25 Awal mula bencana
26 Tersesat
27 Jalan Keluar
28 Ucapan Terima Kasih
29 Barang bukti yang hilang
30 Rasa sakit & Titik terang
31 Jalinan Persahabatan
32 Kekhawatiran
33 Pewaris
34 Konfrontasi
35 Setia dan Rasa Sakit
36 Dia terbangun
37 Liz dan Ryu
38 Misunderstanding
39 Kesepakatan
40 Hari Kelulusan
41 Setuju
42 Akuisisi dan Akhir dari sebuah Kesepakatan
43 Selamat Tinggal, Lis.
44 Getaran-getaran Cinta
45 Selamat Tinggal
46 Bangkitlah,
47 Inggris, aku datang
48 Hari Pertunangannya
49 Pertemuan Kedua
50 Runtuh
51 Gemuruh dan Badai
52 Sinar yang temaram
53 Kebenaran
54 Tuan Muda yang Lumpuh
55 Sebuah pertaruhan besar
56 Permintaan yang menyakitkan
57 Akhir dari sebuah perjuangan
58 Final Chapter.
59 Getaran-getaran cinta
60 Malam Pertama yang tertunda
61 Larangan
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Malaikat penolongku,
2
Masa Lalu
3
Leon & Ryu
4
Kau harus memanggilku, Tuan muda
5
Nona vanilla...
6
pertandingan basket dan masuk sekolah ?
7
Sahabat terbaik
8
Pria itu bernama Alan,
9
si perusak zona nyaman,
10
Pertengkaran Leon dan Lucy
11
Kalkulus dan sebuah janji
12
I'm Sorry, Leon..
13
tentang perasaan
14
Kunjungan tak terduga
15
Tuan muda yang sakit
16
Aku datang
17
pertemuan tak terduga, Namanya adalah Lisana
18
Awal konspirasi
19
Tipuan Klasik
20
Pelecehan kedua
21
Harga Diri dan Jati Diri yang Baru
22
Acara yang terus berjalan
23
Retaknya persahabatan
24
Awal Study Tour
25
Awal mula bencana
26
Tersesat
27
Jalan Keluar
28
Ucapan Terima Kasih
29
Barang bukti yang hilang
30
Rasa sakit & Titik terang
31
Jalinan Persahabatan
32
Kekhawatiran
33
Pewaris
34
Konfrontasi
35
Setia dan Rasa Sakit
36
Dia terbangun
37
Liz dan Ryu
38
Misunderstanding
39
Kesepakatan
40
Hari Kelulusan
41
Setuju
42
Akuisisi dan Akhir dari sebuah Kesepakatan
43
Selamat Tinggal, Lis.
44
Getaran-getaran Cinta
45
Selamat Tinggal
46
Bangkitlah,
47
Inggris, aku datang
48
Hari Pertunangannya
49
Pertemuan Kedua
50
Runtuh
51
Gemuruh dan Badai
52
Sinar yang temaram
53
Kebenaran
54
Tuan Muda yang Lumpuh
55
Sebuah pertaruhan besar
56
Permintaan yang menyakitkan
57
Akhir dari sebuah perjuangan
58
Final Chapter.
59
Getaran-getaran cinta
60
Malam Pertama yang tertunda
61
Larangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!