Saat ini posisi mereka masih di ruang ketua OSIS.
Ryu sudah mengganti seragamnya dengan pakaian cadangan yang tersedia di sana. Jangan berfikir bahwa kantor ketua OSIS nya adalah kantor biasa, disini sungguh jauh berbeda.
Fasilitas yang disediakan pun tak main-main, ada sofa, lemari juga pakaian yang tersedia, ada teh dan gula juga beberapa minuman kemasan di dalam kulkas yang disediakan secara gratis untuk ketua OSIS mereka.
Tidak hanya itu, di dalam kantor ketua OSIS itu juga disediakan kamar mandi tersendiri khusus untuk ketua mereka. itu semua diberikan kepala sekolah karena ketua OSIS di sana mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menjalin kerjasama dengan beberapa sekolah besar. tidak jarang ada beberapa anggota sekolah elite yang lain berkunjung untuk study banding dengan sekolah mereka dan ruang ketua OSIS menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh mereka.
Saat ini Ryu mencoba menyalakan ponsel android milik nya yang saat ini sepertinya sudah basah terkena air hujan. tapi berapa kalipun mencoba, ponselnya tetap tidak menyala. meski ketua OSIS kita ini sekolah di tempat yang elite tapi gaya hidup nya tidak seelite Teman-temannya yang lain. dia hanya punya ponsel android dengan spesifikasi standar bawaan tanpa dilengkapi dengan ketahanan terhadap air. jadi wajar jika ponselnya mati setelah terkena guyuran hujan.
"Ah menyebalkan.". gerutu Ryu kesal.
"Kau tahu lu, saat aku mencoba ke gedung B. lift di sana mati dan pintu darurat tidak aktif. aku bahkan harus menggunakan plate gold ku atau kartu khusus milik ku untuk membukanya jadi bisa coba jelaskan apa yang terjadi sebenernya, apa Ken yang melakukannya? tapi untuk apa? sangat merepotkan rasanya membuka akses sekolah seperti lift dengan kartu khusus milikku". keluh Ryu panjang lebar.
Lucy hanya diam saja, tatapannya seperti tidak ingin menceritakan banyak hal. Perkataan Ryu sedikit banyaknya mengorek luka yang baru saja dia alami, pelecehan yang sudah dilakukan Ken padanya.
Ryu menghela nafas kembali, meletakan ponselnya yang sudah tidak menyala dan membuka laci meja OSIS. Dia mengambil satu ponsel yang tergeletak di dalam laci menyalakan ponsel itu dan menghubungi seseorang,
"Ya, ini aku. aku di sekolah sekarang. Bisa kau jemput aku sekarang. Terima Kasih" perintahnya pada seseorang.
Setelah menghubungi orang itu Ryu mendekati Lucy dan melihat pergelangan tangan yang tadi di cengkram oleh Ken, "apakah sakit lu?" tanya Ryu lirih. Ryu mengambil kompres dingin, berjongkok di hadapan lucy dan mengompres pergelangan tangan Lucy.
Ryu merendahkan kepalanya sehingga perlahan kepala Ryu berada di pangkuan Lucy. Ryu memejamkan matanya pelan dan bergumam, "maaf", melihat tingkah Ryu, Lucy hanya bisa mengelus rambut Ryu, pemuda yang selama ini diam-diam mulai dia sukai berada di hadapannya sambil merendahkan kepalanya.
Deringan ponsel di atas meja yang tadi dipakai oleh Ryu mengganggu aktivitas mereka. Ryu bangkit dan mengangkat ponselnya, "ya, aku segera ke sana", Lalu dia mengajak Lucy berjalan menuju parkiran sekolah.
"Selamat malam tuan muda," sapa seseorang di area parkir, dia membuka pintu mobil dan Ryu langsung saja masuk ke mobil itu. Perawakannya seperti pria berusia 30tahun.
"Zen, antar aku pulang ke rumah lama". kata Ryu sambil masuk ke mobil.
"Tapi ayahmu ingin bertemu denganmu terlebih dahulu Tuan". sanggah pria yang bernama Zen itu.
"Dasar Pak Tua, apalagi yang dia inginkan sih". gerutu Ryu kesal, "ya sudah ketemu dia dulu baru antar aku pulang". sahut Ryu sambil menyender kepalanya ke arah belakang mobil.
"Nona? ". tanya Zen melihat Lucy masih berdiri tak paham dengan apa yang terjadi di hadapannya.
Ryu mengisyaratkan agar Lucy ikut naik ke mobil dan duduk disampingnya dan dengan segera mobil pun melaju menuju kediamannya.
Di dalam mobil Lucy tidak mengerti apa yang terjadi, Ryu menaiki mobil Rolls royce yang notabene biasa dinaiki oleh orang-orang elit, ah jangan tanya kenapa Lucy mengetahui tentang mobil-mobil mewah, toh hampir setiap hari dulunya kakaknya membicarakan tentang mobil-mobil yang diproduksi terbaru, ya kakaknya sangat suka dengan mobil. Beberapa mobil edisi terbatas bahkan terparkir rapi di garasi rumahnya.
Lucy kembali melirik sopir yang sedang mengemudi di depan dan merasa bingung,"lalu sopir yang tadi juga memanggil Ryu dengan panggilan Tuan muda?' banyak sekali yang mengganggu pikiran Lucy tapi dia tidak bisa menanyakannya sama sekali. Ryu yang duduk di sebelahnya pun hanya diam seperti tak berniat menjelaskan sama sekali apa yang terjadi saat ini.
Setelah 30 menit berlalu mobil sampai di pekarangan yang sangat luas, dihadapannya ada Rumah yang berdiri sangat megah. Di halamannya ada seorang pria yang sudah cukup berumur sedang main golf di sana. Ryu keluar dari mobil dan langsung menghampiri pria tua tersebut, "apa yang kau inginkan pak tua? ". tanya Ryu dingin.
"Apa salahnya jika aku merindukan putraku sendiri? ". tanyanya sambil memainkan tongkat golfnya.
"Setelah apa yang sudah kau lakukan kau masih ingin aku menganggapmu sebagai ayah?". tanya Ryu sarkasme.
"Oh ayolah anakku, ayah sangat ingin... ".
Ryu tidak menggubris perkataan ayahnya, dia kembali menuju mobil meninggalkan ayahnya.
" Jika tidak ada yang ingin dibicarakan aku akan kembali ke rumah lama."
Ryu kembali kearah mobil namun saat akan naik, ada anak kecil berusia 5tahun yang menghampiri Ryu, bergelayut manja di kakinya.
"Horeee... kak Ryu datang". sahutnya senang.
" lRomeo, lama tak bertemu". kata Ryu tertawa, wajah Ryu berubah drastis dari saat bertemu ayahnya tadi.
"Aku tau Kak Ryu pasti ingat ulang tahunku kan, makanya ke sini sore ini". tebak Romeo senang.
Ryu sedikit terkejut dan tertawa, " Ya kau benar, aku disini untuk merayakan ulang tahunmu".
Ryu menggendong Romeo saat Romeo melihat Lucy dia sangat senang. Romeo lalu meminta turun dan mengajak Lucy turun dari mobil.
"Selamat datang di rumah keluarga Dragneel nona manis". katanya sambil mencium punggung tangan Lucy.
"Hei, apa yang kau lakukan, belajar dari mana tingkah seperti itu". keluh Ryu sambil mengejar Romeo sedangkan Romeo berlari-lari kecil menghindari kejaran Ryu.
Romeo berlari kebelakang Lucy dan memeluk kakinya," tolong, Selamat kan aku dari kakak".pintanya pada lucy.
Ryu berkacak pinggang di depannya sementara Lucy menggendong nya, "dia sangat lucu". kata Lucy tersenyum.
"Wah, ada Ryu berkunjung. mari masuk, ibu akan masak yang enak untuk kalian semua. Ada tamu luar biasa malam ini jadi harus disajikan sajian yang luar biasa juga". sapa seseorang wanita dengan rambut sanggul, wajahnya anggun, sorot matanya sangat keibuan.
Namun dapat Lucy Liat Ryu menatapnya tajam dengan ekor matanya, "tak usah terlalu berlebihan, aku tidak akan lama di sini". jawab Ryu ketus sambil memasuki pintu masuk rumah tersebut.
Wanita itu menyambut Lucy ramah, mencoba berbicara lebih akrab. Mengajaknya memasak bersama. Bersama dengan wanita itu, Lucy merasa masih memiliki seorang ibu.
"Ini pertama kalinya Ryu membawa wanita ke rumah ini, kau pasti sangat spesial ya. jadi aku akan mengajarkanmu cara memasak menu favorit Ryu di rumah. " kata wanita itu senang.
"Apakah Ryu punya menu favorit? ". tanya Lucy polos.
"Ada, ". sahutnya pelan.
"Oh ya siapa namamu? ". tanya wanita itu lagi.
"Namaku Lucy". jawab Lucy singkat.
"Baiklah Lucy ibu akan membuat makan malam, kau bisa bermain bersama Romeo atau menonton TV di ruang tamu jika mau". sahut ibu itu semangat.
"Saya akan membantu ibu di dapur saja, bukankah memasak bersama akan lebih menyenangkan ". jawab lucy antusias.
"Baiklah kita mulai dengan menu favorit Ryu, ayam saus tabasco". kata ibu itu sambil menjelaskan langkah-langkahnya kepada Lucy.
Saat hidangan tersedia, Ryu, Romeo, ayahnya, ibunya dan Lucy duduk di meja makan.
Romeo dan Ryu masih berebut ayam saus tabasco kesukaan Ryu. meski membuatnya dalam jumlah besar tapi semua habis tak tersisa.
Setelah makan Romeo merayakan ulang Tahunnya yang kelima dia meniup lilin dan membagikan kue untuk setiap orang di sana. Ulang tahun hanya dirayakan oleh keluarga inti jadi tidak ada tamu undangan yang hadir. Ryu memberikan hadiah kecil pada Romeo. sebuah kotak hadiah berwarna biru laut.
"Kado itu yang dia kerjakan waktu kemarin semalamankan, bahkan dia bersikeras membuat nya sendiri! ". pikir Lucy berusaha mengingat apa yang Ryu kerjakan di meja kerjanya di rumah lama.
Sehabis bermain Romeo terlelap di pangkuan Ryu. Lalu Ryu menidurkan Romeo di kamarnya dan menutup pelan pintunya agar tak membuatnya terjaga.
"Ayo kita pergi, sudah saatnya kita kembali ke rumah lama". kata Ryu pada Lucy sambil berjalan menjauhi pintu kamar Romeo.
Lucy mengekor di belakangnya, sang ayah muncul menyapa anak sulungnya, " Kau bisa menginap di sini, lagipula ini rumahmu". katanya penuh harap.
"Kau bukan lagi menjadi ayahku saat kau menikah dengan wanita itu". jawab Ryu ketus sambil berlalu meninggalkannya. sementara wanita paruh baya itu menyembunyikan dirinya di balik tirai, mendengar percakapan yang sedikit memilukan hatinya.
"Ternyata sampai saat ini pun dia masih belum memaafkan aku". liriknya sedih.
"Ingat Ryu, meski kau tak mengaggap kami ini keluargamu, tapi aku, ibumu dan Romeo masih sayang padamu. kami sangat berharap kau kembali ke rumah ini untuk mengisi kekosongan di sini. kau penerusku penerus keluarga Dragneel". kata ayah Ryu sambil mencoba memeluk Ryu.
Ryu merasa jijik mendengar ayahnya berbicara begitu. bagi ayahnya tidak ada yang lebih penting dari perusahaan Dragneel yang dia bangun. dia bahkan mengabaikan mendiang ibunya dan juga dirinya karena itu. maka dari itu Ryu tak pernah mau membantunya mengurus permasalahan yang ada sangkut pautnya dengan perusahaan. Ryu juga berusaha menyembunyikan fakta bahwa dia adalah bagian dari keluarga Dragneel, keluarga yang paling kuat pengaruhnya di Magnolia juga yang paling ditakuti di seluruh jajaran alvarez, sedangkan alvarez adalah 10 perusahaan terkuat di Magnolia.
Kali ini Ryu memacu kendaraan nya lebih cepat, dia sangat ingin segera pergi dari rumah itu. rumah yang menurutnya bukan sebuah rumah.
"Mungkin kau harus pindah ke sana" kata Lucy pelan.
Ryu kesal mendapati saran yang dia dapatkan dari Lucy sama seperti saran yang diberikan ayahnya padanya.
Ryu menghentikan mobilnya dan menepi, melihat indah pemandangan ombak dan bulan purnama dari dalam mobil, sorot matanya masih menyiratkan kesedihan dan kesepian.
"Aku bisa melihat ibu tadi begitu senang melihatmu, sorot matanya sangat tulus menyayangimu". tambah Lucy pelan
Ryu mendengar apa yang dikatakan oleh Lucy namun tak berniat menanggapi.
"Setidaknya kau bersyukur masih ada keluarga yang menyayangimu ". tambah Lucy sedih, dia mengingat dengan jelas ketika kakaknya meminta seseorang agar bertunangan dengan dirinya. Lucy berfikir bahwa kakaknya dengan tega menyerahkan pada orang lain.
"Dia tak akan pernah menjadi ibuku,". sahut Ryu kesal.
"Yang kau perlukan mungkin hanya sedikit membuka hatimu" kata Lucy sambil memegang dada Ryu dengan telapak tangannya, Ryu memandang Lucy dan memegang tangannya yang berada di dada Lucy.
"Lu, apa kau bisa merasakannya? ". tanya Ryu pelan sambil menatap Lucy.
Sedangkan Lucy, dia berusaha mengalihkan pandangan nya ke arah langit malam itu. dia tak sanggup bertemu tatap dengan seseorang yang sangat dia sukai, dia bisa jadi gila. atau bahkan mungkin saat ini dirinya sudah gila karena berani menyukai majikan barunya itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments