Tuan muda yang sakit

Dikeesokan paginya Lucy bangun dan menyiapkan makanan di atas meja makan. Beberapa jenis makanan telah tersaji di meja makan namun sampai menjelang siang Tuan Barunya tidak juga keluar dari kamarnya. Lucy kembali menghangatkan beberapa makanan dan menata kembali makanannya di meja makan, namun tetap saja majikan barunya tidak juga keluar dari kamarnya.

Merasa curiga Lucy mencoba mendatangi kamar Ryu, sebenarnya dia tak berani mendekati kamar majikannya tersebut. Dari dulu Ryu sudah dengan keras memperingatinya untuk tak mendatangi kamarnya atau bahkan sekedar untuk mengetuk pintu kamarnya. Namun, bagi Lucy sepertinya saat ini adalah sebuah pengecualian.

Diketuknya pintu kamar majikannya tersebut, tidak ada jawaban. Rasa penasaran membuat Lucy dengan berani memutar kenop pintu dan mengintip ke dalam kamar majikannya. Ternyata pintunya tidak terkuci dan dengan mulusnya dia bisa memasuki kamar tersebut.

Gelap. Itulah kesan pertama kali yang didapatinya saat membuka pintu kamar itu. Tirai masih menutupi sebagian besar jendela kamar, hanya beberapa celah sinar matahari yang berhasil menembus masuk ke dalamnya. Lucy mengarahkan padangannya kearah tempat tidur. Dia mendapati Ryu, tuan mudanya yang masih mengenakan piama berwarna hitam sedang meringkuk di sana, kulit putihnya terlihat sangat kontas dipadukan dengan piyama hitamnya. Sedangkan selimut tebal masih menyelimuti sebagian besar tubuhnya, rambutnya masih terlihat sedikit acak-acakan.

Ryu membuka matanya sedikit saat merasakan kehadiran seseorang di kamarnya tak lama kemudian matanya menutup kembali. Deru nafasnya memburu, wajahnya memerah. Lucy memperhatikan tuan mudanya sambil perlahan mendekatinnya, sepertinya dia bisa menebak mengapa tuan mudanya tidak keluar dari kamar sejak pagi hari. Lucy mencoba mendekatinya, memegang dahi pemuda itu dan ya betul sekali tebakannya. Pemuda di hadapannya saat ini sedang sakit, demam.

Lucy sedikit terkejut mendapati angka pada thermometer di tangannya menunjukan angka 39.2. dia segera melepas selimut tebal yang dipakai tuannya, menggantinya dengan selimut tipis. Membawa kompresan hangat dan segera mengompres dahinya. Membawa beberapa obat dan meminumkannya pada Ryu.

"Terima kasih" ujar Ryu pelan, tangannya masih memegang segelas air yang tadi baru saja di berikan lucy.

"Cepatlah sembuh, jika kamu mati begitu cepat aku tidak tahu harus tinggal di mana lagi" jawab lucy ketus.

Mendengar jawaban Lucy, Ryu tersenyum kecut. Bahkan di saat seperti ini yang dipikirkan gadis di depannya hanyalah tempat tinggal dan uang.

Ryu meletakan gelasnya di meja dan merebahkan badannya kembali, tangan kirinya memegang pelipisnya. Rasa pusing masih menyeruak di kepalanya.

"Pergilah, aku ingin beristirahat" kata Ryu sambil menutup matanya, mencoba mengistirahatkan tubuhnya untuk yang kedua kalinya.

Sore hari dia terbangun, hidungnya mencium aroma wangi dari meja di samping tempat tidurnya. Sepertinya gadis itu membawakannya semangkuk bubur. Ryu mencoba bangkit dan menyantap bubur itu. Lezat, tak menunggu beberapa lama bubur itu habis. Ryu meletakan kembali mangkuk yang sudah kosong di tempatnya dan menoleh ke arah jendela.

Di luar sudah gelap, berarti sudah malam. Gadis itu tidak menganggunya lagi malam ini, meski sebenarnya ada sedikit kerinduan yang tersembunyi di hatinya, tapi saat bersama gadis itu yang mereka lakukan adalah pertengkaran atau hanya kesunyian satu sama lain.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kini lucy berada di hadapan Ryu, dia mencoba mengukur suhu tubuhnya. 38 derajat.

"Setidaknya demamnya sudah turun" batin Lucy.

Dia mengalihkan pandangannya pada semangkuk bubur yang dia siapkan tadi sore dan sudah kosong. Senyum tersungging di wajahnya. Ternyata pemuda itu tak sedingin itu. Lucy menyadari bahwa Ryu membuka kelopak matanya,

"Apa aku perlu menghubungi dokter?"tanya Lucy pada Ryu.

"Jangan bercanda, aku hanya demam" sahut Ryu cepat.

"Apa aku perlu menghubungi orang tuamu?"tanya Lucy lagi.

" Jangan beritahu apapun pada mereka", jawab Ryu.

"Oke, lalu apakah kamu membutuhkan sesuatu?" Tanya lucy sambil kembali mengompres dahi pemuda itu lagi.

"Tetap seperti ini saja sudah cukup" bisik Ryu sambil memegang tangan Lucy.

Lucy sedikit kaget dengan tindakan Ryu yang tiba-tiba memegang tangannya. Entah apa yang dia pikirkan saat ini, yang lucy lakukan adalah tetap menemani pemuda yang kembali terlelap di hadapannya.

Perlahan tangannya dengan berani memegangi rambut Ryu dan mengusapnya pelan, wajahnya begitu tampan, hidungnya mancung, bibirnya…ah, Lucy bisa terlalu terbius dengan ketampanan pemuda di hadapannya ini jika dia terus memandangnya.

"Sebenarnya, apa yang aku rasakan saat ini?" Tanya lucy pada dirinya sendiri.

Apakah dia tertarik pada pemuda ini, apakah hatinya jatuh cinta? Lalu apakah ini yang katanya cinta ataukah kasih sayang? Atau hanya sebatas rasa kasihan semata?

^^^###^^^

..."entah sejak kapan rasa benci ini berubah menjadi menyukaimu’"ungkap Ryu pada Lucy....

...Lucy menatap Ryu, dia tak tahu harus menjawab apa....

...Perlahan Ryu mendekati Lucy, memegang kedua tangannya dan berkata,"izinkan aku menjadi rumah untukmu, menjadi teman baikmu, menjadi tempat bersandar untukmu, atau bahkan saat kau lelah kau bisa terlelap dalam pelukanku’"kata Ryu panjang lebar...

...Lucy melepaskan tangan Ryu dan berkata dengan lirih," aku, tidak mau berbagi kesedihan denganmu. Kau terlalu menyedihkan untuk dicintai, kau tak menghargai cinta seseorang ibu untukmu, kau tak menyayangi ayahmu. kau bahkan tak pantas untuk mendapatkan cinta’"kata Lucy sambil pergi meninggalkan Ryu sendirian....

Ryu terperanjat terbangun dari tidurnya dan sangat kaget kenapa dia bisa bermimpi seperti itu. Wajahnya masih tampak sayu, dia mencoba menuruni tempat tidur, melihat wajahnya di cermin dan menyeka wajahnya dengan handuk hangat.

"Sepertinya hari ini aku sudah merasa lebih baik,"kata Ryu pelan.

Dengan gontai dia menuruni tangga menuju lantai satu dan saat itu langkahnya terhenti di tangga terakhir. Dilihatnya Leon, sahabatnya sedang berbincang dengan Lucy. Leon mengalihkan pandangnnya pada sahabatnya itu.

"Oh Tuhan, apa yang terjadi" Tanya Leon khawatir, dapat dilihatnya wajah Ryu masih sangat pucat.

"Tidak ada, hanya demam" jawab Ryu sambil duduk di meja tamu.

"Hanya? Kau bilang hanya? Ayo ikut aku ke rumah sakit", kata Leon sambil menarik tangan Ryu.

"Sudahlah, ini sudah baikan" jawab Ryu singkat.

"Lucy? Apa yang….?"’ Tanya leon yang langsung dijawab oleh lucy dengan mengangkat kedua tangannya sebatas bahunya.

"Ah, sudahlah" keluh Leon sambil memegang pelipis Ryu dan memberinya segelas air putih.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Dari dulu, bahkan bila sakit setidaknya hubungi aku. Kau tahu kan kalau kau sendirian di rumah, bagaimana jika kau pingsan? Atau kondisimu gawat dan tidak ada siapapun di rumahmu?", cecar Leon kesal.

" Sudahlah aku sudah sehat sekarang" jawab Ryu santai, dia sekarang sedang membuat program sekolah di laptop kesayangannya.

"Seharusnya kau berterima kasih pada Lucy. Karena dia ada dirumahmu, dia yang merawatmu sampai sehat sekarang" kata Leon lagi.

"Hmm…"sahut Ryu singkat.

" Lalu apalagi ini, kerjaan pak tua kepala sekolah. Sampai membuatmu harus bekerja lagi, padahal kau belum pulih benar" keluh Leon, ditutup paksanya laptop Ryu, diseretnya Ryu menuju kantin.

"Ini, lanjutkan pekerjaan ketua osis kita, dia mau makan siang", kata Leon pada Evan sang wakil ketua. Evan sandrach mengiyakan sambil mengambil laptop dari tangan Leon.

"Apa yang harus kau lakukan, kan tidak harus menyeretku begini", keluh Ryu sedikit risih.

" Jika kau mati, aku orang yang paling bersedih tahu. Makanya hargai sedikit kehidupanmu. Ayo makan yang bergizi" keluh Leon sambil membawa beberapa potong buah segar pada Ryu.

"Ayo buka mulutmu, aaa…", kata Leon pada Ryu.

‘hentikan, aku bisa makan sendiri’ tolak Ryu risih.

Sedangkan Leon tertawa melihat Ryu. Mereka terlihat sangat akrab satu sama lain. Lucy yang melihat keakraban mereka hanya tertawa geli.

Episodes
1 Malaikat penolongku,
2 Masa Lalu
3 Leon & Ryu
4 Kau harus memanggilku, Tuan muda
5 Nona vanilla...
6 pertandingan basket dan masuk sekolah ?
7 Sahabat terbaik
8 Pria itu bernama Alan,
9 si perusak zona nyaman,
10 Pertengkaran Leon dan Lucy
11 Kalkulus dan sebuah janji
12 I'm Sorry, Leon..
13 tentang perasaan
14 Kunjungan tak terduga
15 Tuan muda yang sakit
16 Aku datang
17 pertemuan tak terduga, Namanya adalah Lisana
18 Awal konspirasi
19 Tipuan Klasik
20 Pelecehan kedua
21 Harga Diri dan Jati Diri yang Baru
22 Acara yang terus berjalan
23 Retaknya persahabatan
24 Awal Study Tour
25 Awal mula bencana
26 Tersesat
27 Jalan Keluar
28 Ucapan Terima Kasih
29 Barang bukti yang hilang
30 Rasa sakit & Titik terang
31 Jalinan Persahabatan
32 Kekhawatiran
33 Pewaris
34 Konfrontasi
35 Setia dan Rasa Sakit
36 Dia terbangun
37 Liz dan Ryu
38 Misunderstanding
39 Kesepakatan
40 Hari Kelulusan
41 Setuju
42 Akuisisi dan Akhir dari sebuah Kesepakatan
43 Selamat Tinggal, Lis.
44 Getaran-getaran Cinta
45 Selamat Tinggal
46 Bangkitlah,
47 Inggris, aku datang
48 Hari Pertunangannya
49 Pertemuan Kedua
50 Runtuh
51 Gemuruh dan Badai
52 Sinar yang temaram
53 Kebenaran
54 Tuan Muda yang Lumpuh
55 Sebuah pertaruhan besar
56 Permintaan yang menyakitkan
57 Akhir dari sebuah perjuangan
58 Final Chapter.
59 Getaran-getaran cinta
60 Malam Pertama yang tertunda
61 Larangan
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Malaikat penolongku,
2
Masa Lalu
3
Leon & Ryu
4
Kau harus memanggilku, Tuan muda
5
Nona vanilla...
6
pertandingan basket dan masuk sekolah ?
7
Sahabat terbaik
8
Pria itu bernama Alan,
9
si perusak zona nyaman,
10
Pertengkaran Leon dan Lucy
11
Kalkulus dan sebuah janji
12
I'm Sorry, Leon..
13
tentang perasaan
14
Kunjungan tak terduga
15
Tuan muda yang sakit
16
Aku datang
17
pertemuan tak terduga, Namanya adalah Lisana
18
Awal konspirasi
19
Tipuan Klasik
20
Pelecehan kedua
21
Harga Diri dan Jati Diri yang Baru
22
Acara yang terus berjalan
23
Retaknya persahabatan
24
Awal Study Tour
25
Awal mula bencana
26
Tersesat
27
Jalan Keluar
28
Ucapan Terima Kasih
29
Barang bukti yang hilang
30
Rasa sakit & Titik terang
31
Jalinan Persahabatan
32
Kekhawatiran
33
Pewaris
34
Konfrontasi
35
Setia dan Rasa Sakit
36
Dia terbangun
37
Liz dan Ryu
38
Misunderstanding
39
Kesepakatan
40
Hari Kelulusan
41
Setuju
42
Akuisisi dan Akhir dari sebuah Kesepakatan
43
Selamat Tinggal, Lis.
44
Getaran-getaran Cinta
45
Selamat Tinggal
46
Bangkitlah,
47
Inggris, aku datang
48
Hari Pertunangannya
49
Pertemuan Kedua
50
Runtuh
51
Gemuruh dan Badai
52
Sinar yang temaram
53
Kebenaran
54
Tuan Muda yang Lumpuh
55
Sebuah pertaruhan besar
56
Permintaan yang menyakitkan
57
Akhir dari sebuah perjuangan
58
Final Chapter.
59
Getaran-getaran cinta
60
Malam Pertama yang tertunda
61
Larangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!