"Hei...kau mulai sedikit berubah," kata Leon pada Ryu.
Saat ini mereka tengah bermain video game di rumah Ryu,
"Berubah apanya, aku ya aku" jawab Ryu sambil fokus pada layar game yang mereka mainkan.
"Lagipula Lucy itu sangat menganggu..." gerutu Ryu sebal.
"Dia merubah susunan buku di lemari, dia membuang semua mie instanku, lalu dengan berisiknya dia membuat dapurku kotor setiap hari" tambah Ryu lagi.
"Hahaha...aku padahal hanya memancingmu saja, kau dengan cepat langsung menyambar umpanku. padahal aku tidak secara langsung membicarakan Lucy. dia cukup hebat bisa masuk ke zona nyamanmu. kau sedikit tertarik padanya? akui saja, dia pintar, cantik dengan kulit putihnya, terlihat hebat dengan sikap pekerja kerasnya." puji Leon.
"Kau..." kata Ryu kesal atas pernyataan Leon, dengan malas Ryu meninggalkan Leon dan berjalan ke arah dapur, dia duduk di kursi dan menuangkan air putih dari teko pada gelas yang tersaji di meja.
"Apa aku benar-benar tertarik padanya?" tanya Ryu sambil meminum air pada gelas yang dia pegang di tangan kanannya. Ryu tak mau mengakuinya tapi apa yang dikatakan Leon padanya, mungkinkah benar. Ryu sendiri masih ragu pada perasaannya, dia ragu apakah yang dia rasakan adalah kekaguman ataukah sesuatu yang Leon bilang padanya, ketertarikan.
Ah sudahlah Ryu tak mau ambil pusing tentang hal itu, dia masih punya banyak urusan yang harus dia selesaikan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Lucy berjalan membawa beberapa buku di tangannya, dia baru meminjam buku itu dari perpustakaan. ujian kenaikan kelas akan segera diadakan dan Lucy belum punya cukup waktu untuk mempelajarinya. Lucy masih terus berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya, saat dia setengah berlari tanpa sengaja dia menabrak seseorang yang muncul dari arah samping,
"Oh tidak, maafkan saya karena tidak sengaja menabrak anda". kata Lucy pada seseorang di hadapannya.
Dia menyadari orang yang dia tabrak adalah seseorang yang Leon dan Ryu panggil dengan nama Ken.
"Wah, ada sepupu Ryu di sini. kebetulan sekali". kata Ken senang. Lucy hanya diam menatap Ken.
"Hei... kau mempelajari kalkulus? aku bisa mengajarimu loh" tawar Ken sambil mulai mendekati Lucy,
"Kau bisa mengajariku?". tanya Lucy serius.
bagi Lucy, memperoleh beasiswa saat ini adalah prioritas utama agar dia tidak perlu membayar biaya sekolah, gajinya sebagai pekerja harian tidak akan cukup untuk membayar biaya sekolah, seragam dan juga buku-buku pelajarannya saat ini.
"Ya, tentu saja" jawab Ken.
"Bagaimana jika sore ini, atau besok pagi di taman dekat rumahmu?" tanya Ken lagi dengan semangat,
"Wah ide yang bagus". jawab Lucy cepat.
"Dia tidak akan belajar denganmu". potong seseorang.
Lucy dan Ken menoleh ke arah seseorang yang sedang berdiri di sana sambil membawa tas berisi laptopnya,
"Ryu, dia sedang menbutuhkan bantuan, apa aku tidak boleh membantunya?" tanya ken pada Ryu.
"Dia akan belajar denganku, tidak denganmu" kata Ryu tegas.
Ken melihat ke arah Lucy dan mengusap rambutnya pelan.
"Baiklah baiklah, kau menang". kata Ken dengan nada malas.
"Lucy, bawa Laptopku ke ruang osis sekarang". kata Ryu tegas.
"Hei...kau terlalu berlebihan, Ken hanya ingin mengajariku..." keluh Lucy kesal.
"Jangan komentar, lakukan apa yang ku perintahkan". kata Ryu lagi pada Lucy, matanya masih melihat ke arah Ken.
"Baiklah," kata Lucy, dia merapikan buku-buku yang tergeletak di tanah dan menghampiri Ryu, Lucy lalu mengambil tas laptop Ryu dan berlari kecil menuju ruang osis. sebelum pergi dia sempat berpamitan pada Ken, "maaf ya kak Ken, aku sepertinya tidak bisa menerima tawaranmu,".
"Sampai jumpa nona Manis" jawab Ken pada Lucy sambil tersenyum. dan saat Lucy mulai menjauh, aura Ken berubah, dia melihat Ryu dengan tatapan angkuh.
"Jangan pernah mengganggunya" kata Ryu.
Ken melihat Ryu dengan tajam, "tidak ada yang bisa memerintahku, jgn coba kau mengancamku". kata Ken.
"Aku hanya tertarik padanya, apa itu salah?". tanya Ken lagi pada Ryu.
"Aku mengenalmu cukup lama Ken, jadi menjauhlah darinya". kata Ryu dingin.
"Ini bukan hanya peringatan, jika kau menganggunya sedikit saja, aku akan memberikanmu sebuah peringatan yang akan kau sesali seumur hidupmu", kata Ryu sambil berlalu meninggalkan Ken yang masih berdiri di sana.
"Wah...aku tak pernah melihat Ryu sangat baik pada seseorang. ini akan menjadi semakin menarik". kata Ken sambil tersenyum.
"Aku sangat penasaran pada reaksi Ryu selanjutnya, jadi sepertinya kita akan sedikit bermain-main ya,....Lucy" kata Ken sambil memungut papan nama milik seseorang dengan ukiran bernama Lucy di sana sambil menggenggamnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sesampainya di ruang osis, Lucy meletakan tas Laptop milik Ryu dan hendak berbaik pergi meninggalkan Ryu yang tanpa dia sadari sudah berdiri di depan pintu, Lucy diam seribu bahasa, dia membuang mukanya ke arah lain, hatinya sangat kesal melihat sikap Ryu tadi, bagi Lucy, beasiswa itu penting. dia ingin belajar dengan tenang di sekolah ini, dia juga harus membayar uang sewa rumah pada Ryu, dan sikap Ryu tadi membuat dia sedikit menjauh dari beasiswa tersebut.
"Kau jangan terlalu dekat dengan Ken" saran Ryu pada Lucy.
"Kau membuatku kehilangan kesempatan untuk mendapat beasiswa, tentu aku kesal" keluh Lucy.
"Apa? beasiswa?" tanya Ryu bingung.
Lalu dia tertawa kecil sambil mengusap pelan rambut Lucy,
"Tenanglah Lu, kau sudah mendapat beasiswa itu sejak kau lulus masuk sekolah ini" jawab Ryu santai.
Lucy mendongakkan kepalanya pada Ryu, dia tak percaya pada apa yang baru saja Ryu katakan.
"Benarkah?" tanya Lucy.
Ryu hanya mengganggukan kepalanya, dan Lucy tanpa dia sadari dia memeluk Ryu senang, Ryu terkejut atas tindakan Lucy.
Ryu merasakan sedikit kehangatan pada perasaannya, namun Ryu masih belum sepenuhnya mengakuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments