Tenaga sudah habis terkuras bersama air kolam. Kasih berjalan menuju lantai 2 di villa Galang. Baju sudah basah kuyup dan kotor. Perut jangan ditanya lagi, krucuk-krucuk kelaparan.
“Huft… Mau apalagi dia?” Kasih menaiki tangga dengan sempoyongan. Galang menatap Kasih yang sudah berdiri di hadapannya.
“Swimming pool bapak sudah bersih,” kata Kasig sambil mengatur nafasnya karena lelah.
“Buatkan saya espresso.” Ucap Galang tanpa memandang Kasih. Dia sibuk dengan gadgetnya.
Sudah kuduga malam ini akan panjang ceritanya. Apalagi minta kopi pait, batin Kasih.
Kasih segera pergi ke dapur untuk membuat espresso. Untung saja mesin kopinya tidak rewel alias macet malam itu. Setelah membuatkan espresso, Kasih melangkahkan kakinya naik menuju teras tempat Galang berada.
“Silakan pak espressonya,” Kasih meletakan pesanan yang diminta.
Galang mulai mengangkat cangkir itu dan… “Kenapa Cuma DIKIT? Saya mau 2 SHOT! DOUBLE espresso. Bukan SINGLE espresso!” nada suara sudah tak terkendali lagi. Kasih hanya terdiam menundukan kepalanya.
“Baik pak, saya akan bikin yang baru,” kata Kasih sambil meraih cangkir espresso. Kasih kembali ke lantai bawah untuk menuju dapur lagi.
Bakal makin panjang malam ini ceritanya. Dua shot maunya. Huft… sabar… sabar… Sebenarnya aku salah apa sih? Kok ini kesannya aku bikin dia marah terus? Batin Kasih saat sudah kembali di dapur.
Kasih mulai naik ke teras lantai dua lagi dengan nampan berisi double espresso yang baru.
“Pak, ini double espressonya,” Kasih meletakan di meja Galang.
Galang mulai mengangkat cangkir kopi yang baru. Mencium aroma kopi dan mulai meminumnya. Tapi…
“KeNapa INI DINGIN?” Galang berteriak meletakan cangkir itu ke meja.
Matilah akuu... Batin Kasih mulai gemetaran badanya. Dengan sekuat tenaga mengambil cangkir itu balik ke nampan.
“Pak… saya punya salah apa ya? Kenapa bapak marah-marah terus?” Kasih sudah mulai pasrah. Dipecatpun sudah tidak masalah, daripada kena bentak tanpa alasan yang tidak jelas. Begitu pikirnya.
“Mulai BERANI Kamu? Saya TIDAK SUKA staff saya minta ijin dengan BERBOHONG!”
“Bohong apa pak?” bertanya dengan ekspresi muka bingung.
“Kamu ada di water sport dengan KRIS Kan?!"
Kasih terdiam berfikir sejenak, karena merasa tidak bermain fasilitas hotel dengan Kris. Tetapi sempat ngobrol dengan Kris meskipun tidak ada 5 menit.
“Ow… saya…”
PRANGGGG! KLONTANG KLONTANG!
Galang mengibaskan nampan yang berisi double espresso tadi sampai jatuh ke kaki Kasih.
“HWAAAA panas paha kaki ku berdarahh…” Kasih menangis sejadinya sampai pingsan.
Galang menjadi panik. Dia panik melihat darah mulai mengalir. Kaki Kasih terkena serpihan cangkir kopi yang jatuh ke lantai.
“Kasih… Kasih… bangunn!” Kaget dan panik dirasakan Galang. Dia menggendong kasih menuju kamarnya.
Galang membaringkan Kasih ke Kasur. Meremas rambut dan mengusap mukanya dengan kasar. Dia kebingungan harus berbuat apa. Kalau menelpon dokter, jelas saja semua karyawan resort akan tahu. Karena tidak sembarang orang bisa memasuki kawasan resortnya. Setiap orang yang berkunjung memiliki prosedur. Dia juga tidak ingin kejadian itu menjadi gossip, yang bisa di konsumsi karyawannya.
Segera dia mengambil kotak P3K dan air untuk membersihkan luka pada kaki kanan Kasih. Membersihkan luka itu dengan lembut menggunakan air.
“Huft… untunglah tidak begitu dalam lukanya,” kata Galang sambil mengompres dengan air es untuk menghentikan pendarahan. Dia memakaikan perban dan menyangga kaki itu dengan bantal, agar membantu aliran darah tidak keluar lagi.
Galang mulai bernafas dengan lega setelah menyelesaikan kekacauan yang dia buat. Mulai menggeser badanya dekat lengan Kasih. Mengecek luka memar semalam karena ulahnya.
Kenapa bisa jadi begini.. Ini adalah kedua kali aku membuatnya terluka. Bagaimana ini.. bajunya basah... Sebaiknya aku gantikan saja dengan tshirtku. Batin Galang yang kemudian mengambil tshirtnya.
Meraih badan Kasih dan mulai menggantinya. Melepaskan celana ¾ itu. Ada luka lebam karena terkena air kopi panas yang tidak sengaja dia tumpahkan. Mengoleskan saleb yang sama, kalau kata kasih… Saleb yang enak mengenai kulit.
Meraba paha bagian dalam dengan saleb yang menempel di jarinya. “Huft…”Galang mulai mendengus memperhatikan lekuk tubuh perempuan di hadapannya. Perempuan yang membuat perasaannya tidak karuan beberapa hari ini. Dia mulai meraih tubuh itu. Membelai… meraba... menjelajahi setiap lekuk tubuh. Galang mulai mencium bibir Kasih. Menghirup aroma tubuh Kasih dari leher turun ke dada dan bagian intimnya perempuan itu. Galang mulai melepaskan celananya dan menaiki bed. Galang mulai menggesekan boxernya sampai barangnya menegang.
Dan... jeng jeng jeng…
_____
Pagi harinya Galang sudah bersiap dengan setelan kemeja warna putih. Berdiri di depan kaca dan menyisir rambut. Dari cermin dia melihat sudah ada pergerakan di bawah selimut.
Kasih mulai membuka mata dan melihat langit-langit ruangan. Merasakan Kasur yang lebih empuk dan selimut yang lebih halus. Mata mulai membulat, alam bawah sadar mulai bergerak. Dia terheran-heran melihat Galang sedang berdiri di samping menatapnya.
“Hah? Kok saya bisa disini, pak…?” Kepala mulai pusing cenat-cenut.
Apa yang terjadi semalam, batin Kasih sambil memejamkan matanya dalam-dalam. Mengingat bagaimana dia bisa sampai di ranjang bosnya.
Matiii… Mama jemput pulang aku aja deh… batin Kasih. Sudah tidak ada muka untuk menatap bos di depannya itu.
“Sudah baikan?” Galang bertanya dengan nada datar.
Kesadaran terkumpul sedikit, setelah mendengar pertanyaan Galang. Kasih mulai merasakan kakinya sedikit kram.
“Aaa, lumayan pak.” Mendengar jawaban Kasih, Galang membalikan badannya, berjalan dan membuka tirai di kamarnya. Ada senyum yang berseringai di wajah Galang.
Setelah beberapa detik, kesadaran sudah terkumpul penuh 100%.
Ini baju siapa yang aku pakai? Kenapa aku gak pakai pakain dalam… Dimana celanaku? Kasih membatin dengan penuh pertanyaan, menatap punggung Galang yang berdiri dekat jendela.
Sadar… Sadar… Aku ini bukan selera dia. Aku bukan Amelia yang cantik itu. Huft… Kasih membatin sambil menghembuskan nafas kekesalnnya itu.
“Pak… semalam ada staff perempuan yang mengganti pakaian saya ya?” lebih baik bertanya seperti ini. Daripada membuat mood Galang berantakan di pagi hari, begitu pikir Kasih.
“Ya...” Galang mulai berjalan mendekati Kasih lagi.
“Maaf ya pak jadi merepotkan. Saya akan merapikan kamar pak Galang nanti.”
“Ada baju Caca yang bisa kamu pakai.” Galang menunjuk dress selutut yang menggantung di pojok ruangan. “Kamu bisa memakainya untuk balik ke kamarmu. Hari ini saya memberimu libur, karena libur kemarin saya batalkan.”
“Terimakasih,” jawab Kasih yang masih berbalut dengan selimut.
“5 menit lagi saya tunggu di balkon.”
Galang segera keluar dari kamar dan menutup pintu. Tersenyum penuh kemenangan melihat ekspresi Kasih. Perempuan itu kaget karena hanya memakai tshirt berukuran besar.
Setelah Galang keluar dari kamar. Kasih mulai beranjak ke kamar mandi. Mencuci muka dengan air hangat dan segera memakai dress yang diberikan oleh Galang.
Kasih mulai berjalan menuju balkon tempat breakfast Galang biasanya. Dia melihat Galang yang sibuk membaca koran.
“Selamat pagi,” Kasih menyapa memberi senyuman.
“Pagi.” Galang meletakan koran ke meja. “Saya pesan breakfast buat kamu. Kamu bisa makan. Duduk!”
Kasih segera duduk. Dia seperti merasakan dejavu. Kasih meraba kancing baju yang dia pakai. Kuatir kalau Galang akan menegur seperti hari kemarin.
Setelah menurutnya semua normal, dia bernafas dengan lega.
Tunggu… waktu aku ganti baju tadi kenapa ada banyak tanda merah di dadaku? Kasih membatin dan berfikir tanda apakah itu.
Memegang dadanya sambil melihat Galang. Berfikir tidak mungkin kan kalau percikan kaca sampai ke dada. Ah… mungkin ini hanya efek berendam air laut, batin Kasih.
"Gimana kemarin main di water sport?”
“Menyenangkan. Saya sampai lupa meninggalkan kak Jun karena telpon bapak untuk menguras kolam renang,” jawab Kasih. Teringat untuk menegaskan ke Galang, kalau dia di water sport bersama Jun, bukan Kris.
Dasar… masih ingat juga dia tentang semalam. Tidak perlu kamu jelaskan, saya sudah tanya tadi pagi ke staff water sport. Batin Galang sambil menikmati kopinya.
Galang mulai berdiri beranjak pergi. Mengusap mulut dengan tissue sambil melirik mata Kasih.
“Pak, masih mau double espresso jam 10 nanti di kantor?” tanya Kasih memastikan agar Galang tidak mengganggu hari liburnya.
“Tidak… Jam 1 siang double espresso disini," jawab Galang sebelum pergi meninggalan Kasih.
Ish… alamat gak libur lagi nih…, batin Kasih sambil memotong sosis goreng.
*****
Pak Galang… banyak-banykin minum espressonya ya
Biar cemangat berlembur ria… kerjanyahhh…
Bersambung…
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
mbak mimin
😂😂😂😂😂galang, menang banyak
2024-10-22
0
Heryta Herman
bodohnya kamu kasih...itu sdh pecwhan seksual..kenapa kamu diam saja..lagian si hitler...pengecut jadi laki"..klo suka ya tinggal bilang suka.ga usah bnyk drama..
kasih...resign...tinggalkan bintan..plng jogja secptnya...
2024-06-16
1
lee ailee
kesannya Galang lelaki pengecut.Beraninya pas Kasih klo gk sadar.Mana dah parah lagi digerepenya kok polos amat ya Kasih padahal bnyak tanda merah di dadanya
2022-08-07
1