Pagi harinya Kasih seperti biasa menyiapkan dan menata menu breakfast. Tapi breakfast hari ini tidak berada di villa Galang, melainkan villa Caca nomor 0198. Hanya ada madam Lily, Raka dan Caca saja.
Kemana pak Galang? Apa dia sudah makan? Ini kan baru jam 6.30? Kasih bertanya-tanya dalam pikirannya.
“Good morning tante Aca… tante Kasih…” Sapa Raka yang datang ke balkon bersama Madam Lily.
Caca mencium keponakanya itu sebagai tanda friendship di pagi hari. Mwuah…
“Ayo… Friendship kiss buat tante Kasih juga sana…” kata madam Lily.
“Mwuah…” Raka mencium pipi Kasih.
“Wa… Thank you sayang…” Kasih memberi ciuman balik ke Raka.
“Hihiii...” Anak itu ketawa kegirangan.
Seperti hari kemarin Kasih menyuapi Raka dengan menu breakfastnya. Omlet dan coklat sereal. Menu yang simpel tapi anaknya agak susah makan karena asik bermain gadget.
“Hari ini kita mau pergi ke Singapore habis jam study Raka selesai. 2 atau 3 hari mungkin… Jadi kamu bisa kerja bantu butler lain. Tanya saja Teo kalau kamu butuh sesuatu. Lagian Galang juga pergi buat urusan bisnis,” kata madam Lily sambil memotong sosis gorengnya di piring.
“Pak Galang pergi ya madam.. Berapa lama?”
“Mungkin agak lama. Karena sebentar lagi christmas sama new year. So… banyak acara di hotel kita,” jawab madam Lily.
“Ow...”
“Atau… kamu mau ikut kita aja..?” Caca menyela pembicaraan.
“A… Saya lupa bawa paspor saya miss. Ketinggalan di Jogja. Next time saja.”
“Ok… Next time bagi tahu kalau passport udah ready.”
Sayang banget aku ga bawa paspor. Gagal diajak jalan gratis deh.. Kok bisa teledor gini sih lupa bawa segala. Huumm. Harus minta tolong mama buat kirim paspor via pos segera paket kilat, batin Kasih.
“Nanti antar kita ke LFT jam 12 ya... And I want your frappucciono same like yesterday. Take away di LFT,” kata Caca.
(Dan saya mau Frappuccino mu sama kaya kemarin. Dibungkus di LFT)
“Sure miss,” jawab Kasih sambil menundukan kepala.
_____
Siang harinya jam 12 Kasih mengantar ketiga orang itu dengan naik buggy menuju pelabuhan LFT.
Buset dah. Ada apa ini? Kok jajaran direktur ada di pelabuhan? Pak Kris, Pak Joe, Teo dan orang-orang berdasi itu… Owalah… mereka mau say good bye ke madam rupanya… Hm… sambutanya beh… pakai karpet panjang motif Persia segala… tunggu… itu kan karpet mahal yang pernah dipakai untuk menyambut Raja Arab di Thailand… Karpet mahal itu… Bikin aku keingat sama perempuan sombong yang seenaknya foto dengan pacarnya di atas karpet. Gumam Kasih sambil mengingat kejadian saat training di Thailand.
“Tante mau oleh-oleh apAa dari Raka…? Nanti Raka beliin sama omaa...” tanya Raka yang sedang digendong Kasih. Anak itu sudah mulai akrab sekali dengan Kasih.
“Ihh... Baik banget sih anak papa Galang ini… Em… apa yaa…? Bebas aja dehh… Tante suka apa aja kalau Raka mau beliin buat tante. Hihii. Tos dulu sebelum naik kapal.” PLUK! “Tos tangan satunya.” PLUK!
“Hihiii. Da da Tantee… See you soonnn!”
“Da da Rakaa… Bye byeee. Enjoy your trip madam, miss.”
“See you Kasih, take care,” kata Caca sambil meraih Raka berpindah dalam gendonganya.
“Take care madam… Raka… miss Caca,” kata para direktur bergantian memberi salam.
Horang kayaaa. Semua serba menghormati, batin Kasih sambil melambaikan tangan mengikuti gaya jajaran direktur.
Setelah keluarga bosnya pergi dengan kapal ferry, mereka semua membubarkan diri.
“Party malam ini kita,” kata Teo di depan Joe dan Kris.
“Jam 7 di rooftop villa. Minta Jun buat invite (undang) Kasih juga,” Kris menepuk punggung Joe.
Hari itu Kasih bekerja bersama kak Jun karena Teo sibuk dengan kerjaannya sebagai direktur sales marketing. Kasih merasa Teo agak cuek dan dingin. Padahal terakhir bertemu saat di balkon kamar Kasih masih terlihat sok akrab. Usap-usap kepala Kasih sambil cengar-cengir.
“Orang aneh…” kata Kasih sambil melihat 3 punggung orang penting itu dari belakang.
Kenapa dia? Sakit gigi mendadak ya, ngeliat aku? Kemarin aja suka kedip-kedip mata. Huft… batin Kasih sambil berlalu menuju kak Jun.
“Hai kak!”
“Hai dek… Udah lunch (makan siang)?”
“Belum... Pergi kantin yuk...”
Mereka berdua berjalan menuju kantin. Suasana kantin siang itu cukup ramai. Banyak staff dari berbagai departemen. Kak Jun dan Kasih duduk di area teras luar menikmati sayur tumis ikan bilis dengan ayam goreng dan nasi.
“Bisa kamu makan ikan bilis?”
“Enak kak... (sambil mengunyah) Aku emang suka yang asin begini, apalagi tambah sambal. Pas mantab rasanya. Kalau di Jawa kita manggilnya ikan teri. Tapi ini dagingnya lebih lembut…”
“Iya lah dimasakin sama professional chef nya langsung nih dek...”
“Ngomongin soal ikan bilis… jadi keingat aku sama whatsapp suami. Nanti malem join yuk ke villa pak Kris. Ada acara kumpul-kumpul. Biasanya banyak makanan khas Bintan. Hm… aku suka banget,” kak Jun berusaha membujuk Kasih.
“Boleh kak... Harus dicoba ni kuliner Bintan. Biar bisa promote ke tamu...”
“Mantap tuh...”
“Emangnya kak Jun orang mana sebenernya?”
“Orang medan aku dek. Suami orang Jakarta campuran Palembang.”
“Ah…”
Saat mereka asyik makan dan ngobrol, Tania datang ikut gabung ke meja mereka. Dengan gaya mengkibas-kibas kan rambut panjangnya sambil membawa es jus. Dia membuka blaser baju meletakan di punggung kursi.
“Hai kak Jun… Wizz… dah akrab ya sama anak baru.”
Kasih hanya melirik Tania sambil sibuk mengunyah makanan.
“Gaya loe… ck...” sahut kak Jun sedikit ketus.
“Nama nya Kasih ya… Boleh minta foto? Bertiga ya fotonya…” pertanyaan Tania mulai aneh.
Karena Kasih sadar dirinya staff baru, dia mengizinkan Tania mengambil foto. Biar jadi akrab, begitu pikirnya.
“Thank you…” Tania mulai berselancar dengan handphonenya. Kasih hanya melirik kak Jun dengan muka bingung.
“Sorry kak… Ini perintah kanjeng ratu. Udah malas juga sih sebenarnya disuruh-suruh... Namanya juga keluarga, mau gimana lagi...”
“Iya… yang penting jangan berlebih-lebih laporan ke dia.”
Apa nih maksudnya? Laporan? Maksudnya foto aku mau dikirim ke orang gitu? Kirim ke siapa? Cewek aneh ini siapa sih? Jangan-jangan anak GM hotel sebelah juga statusnya kaya Teo… batin Kasih.
“Aku pergi dulu ya kak Jun… Bye Kasih,” Tania berlalu meninggalkan mereka.
“Laporan apa kak maksudnya?” tanya Kasih masih penasaran.
“Laporan ke Amelia, mantan istri pak Galang.”
“Hah? Buat apa?”👀
“Ya kan kamu jagain Raka juga anak dia. Apapun yang berhubungan dengan Raka dan Galang dia selalu mau tahu. Mereka itu aneh. Kadang Amelia minta balikan tapi pak Galang gak mau… Terus pak Galang minta Amelia buat balikan tapi gantian dianya gak mauu.”
“Hubungan yang absurd.”
“Hahaa, yah... absurd."
Ow… jadi namanya Amelia. Terus Tania ada hubungan keluarga sama perempuan itu. Emmm paham aku sekarang. Ini hotel dipenuhi hubungan keluarga dan pertemanan, batin Kasih.
Mereka melanjutkan menikmati desert (makanan penutup). Sedangkan Tania berdiri agak jauh sambil berfikir sejenak, memperbesar layar handphonenya melihat foto yang barusan dia ambil.
Makin banyak aja sainganku dapetin pak Galang. Huft… Sial… Batin Tania.
*****
Bersambung…
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Heryta Herman
lingkungan kerja yg kurang sehat...bikin bengek.../Chuckle/
2024-06-16
1
Endang Purwati
mundur wes...Tania...munduurrr...dripada ngilu nantinya....
mas Teo...jangn cuekin Kasih doonnggg....kan jadi gak seru niihhhh.....pasti ini gara2 pak Galang niiihhh mas Teo jadi nyuekin Kasih ... ck... posesif dan cemburuan....jadian juga belom....
2022-01-05
1
dhapz H
rencana tania utk dptkan galang
2021-11-11
1