Setelah sampai di villa Galang, Kasih segera turun dari buggy dan menuju villa. Sedangkan Duty Manager yang mengantar Kasih segera mengendari buggy dan beranjak pergi dari villa.
“Huft… Kok kaya ada yang salah ya datang ke villa bos jam segini,” kata Kasih saat di depan villa. Kasih berdiri sejenak sambil modar-mandir, memikirkan perihal apa yang membuat bosnya itu memanggil dirinya tengah malam.
Masuk gak ya? Feeling ku gak enak gini. Batin Kasih dengan memandangi tombol bel di samping pintu.
Tiba-tiba pintu villa terbuka. Galang menarik tangan Kasih masuk ke villa itu. Melempar pintu dengan kuat.
JDUARR!
Mati aku… Ini kenapa mata dia merah banget? Habis mabuk kah? Kasih bertanya-tanya dalam batinnya penuh ketakutan.
Pertanyaan kenapa dan kenapa melayang layang di kepala Kasih. Galang mulai menyeret Kasih dengan kasar menuju ruang kerjanya.
“Pak…, maaf. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Kasih berusaha meredam ketakutannya. Kasih berusaha berdiri tegap di ruang kerja Galang. Terakhir kali dia berada di ruang itu pada waktu Galang memarahinya tentang trip bus VIP.
Kasih menundukan kepalanya. Sesekali melihat muka bosnya yang sudah merah. Galang melempar beberapa foto kedapan muka Kasih. Foto-foto itu berjatuhan di lantai.
Apa ini…? Kasih mulai memungut satu per satu foto di lantai.
Ini kan foto aku sama mas Teo di depan villa mas Teo… Siapa yang memotret ini…? Batin Kasih masih bingung memandangi foto-foto itu.
Galang melangkah mendekati Kasih. Berjalan mendekat dan semakin dekat hingga berhimpitan dengan dada Kasih yang tersentak kaget. Dia meremas kedua lengan Kasih dengan kuat sampai foto-foto itu terjatuh ke lantai.
Mata mereka saling bertatapan. Yang satu menatap dengan penuh kebingungan dan takut. Sedangkan Galang menatap Kasih penuh amarah.
“PEREMPUAN JALANG MACAM APA KAMU?!” Suara Galang menggelegar di ruangan itu.
“Hiks… a… maksudnya?” Kasih tersentak kaget mendengar kata ‘perempuan jalang’.
Sorot mata Galang yang merah penuh kemarahan membuat Kasih semakin ketakutan.
Dia menunduk dan melihat lengannya yang dicengkram.
Kenapa dia ini? Foto sialan! Siapa dia mengataiku perempuan jalang? Batin Kasih yang sudah tidak berani memandang muka bosnya itu.
Galang terus meremas lengan Kasih dalam cengkraman tanganya. Dia berusaha berdiri tegap agar terlihat kuat. Tetapi Galang masih belum puas dengan amarahnya. Galang menatap muka Kasih hingga hidung mereka saling bersentuhan.
“JAWABBB!” Berteriak sambil memelintir lengan Kasih dengan keras.
Jelas saja gadis itu mulai meneteskan air matanya. Air mata yang sudah dari tadi dia tahan ketika Galang mengatainya ‘perempuan jalang’.
“Hiks,” Kasih berusaha menahan tangisnya. “Saya cuma menolong mas Teo, pak,” berkata terbata.
“Menolong apa?” Galang menggoyangkan lengan Kasih dengan kuat.
“Hiks… Bapak ini lengan saya sakit banget loh!” Air mata sudah tidak bisa terbendung menatap Galang. Galang sedikit meregangkan tanganya.
“Menolong apa? Apa yang kamu lakukan di villa itu?” Galang sedikit menurunkan nada bicaranya.
“Malam itu saya diundang ke villa pak Kris. Ada kak Jun dan pak Joe juga disana. Kami hanya kumpul-kumpul dan minum.” Mendengar kata minum, Galang mengeraskan cengkraman.
“Tapi saya dan kak Jun hanya minum soft drink. Enggak alkohol pak...” Galang meregangkan cengkraman lagi.
“Terus di villa Teo?”
“Saya antar mas Teo ke villanya sampai ruang tamu aja. Kami gak ngapa-ngapain. Sumpah”
“Terus kenapa kalian pelukan di foto?”
“Kami gak pelukan… Sama sekali gak ada adegan itu. Mas Teo mabuk berat sampai muntah-muntah ke baju saya. Semua seafood keluar. Saya bukan perempuan jalang pakK” masih kesal tidak terima disebut perempuan jalang.
Galang mulai melepaskan tangannya dari lengan Kasih. Mengusap kasar muka dan mendengus. Kasih mulai menghapus air matanya.
“Saya permisi pak, selamat malam,” Kasih menundukan kepala beranjak ingin keluar dari ruangan itu.
“Kamu pikir kamu tidak salah?” Langkah kaki Kasih terhenti mendengar ucapan Galang.
“Maksudnya?” Kasih masih bingung bagian mana lagi yang salah.
Perempuan ini berani sekali balik bertanya, batin Galang.
“Saya tidak suka ada staff saya berkunjung sendiri ke villa atau kamar staff lain! Mau itu laki-laki atau perempuan,” Galang menatap mata Kasih dengan tajam.
“Tapi… sekarang saya berkunjung di villa bapak...”
Glek!
Kenapa aku berkata kaya gini… Ishhh, bodohnya… dia kan owner hotel, batin Kasih.
“Mulai berani kamu?!” Nada suara mengeras lagi.
“Maaf pak. Hal seperti itu tidak akan terjadi lagi,” Kasih membungkukkan badannya.
“Saya maafkan. Next time jangan membahayakan diri dekat orang mabuk... Sebagai tanda terimakasih mu, buat ice cinnamon ginger tea sekarang!”
Benarkah? Gak salah dengar aku? Tengah malam gini… ice cinnamon ginger tea? Batin Kasih.
"Baik pak, saya pergi ke dapur.”
Kasih mulai keluar dari ruang kerja Galang. Mengusap lengannya yang terasa masih panas.
Ini kenapa lagi pakai keluar air mata. Belum ada seminggu disini udah kaya mau menyerah. Dilarang cengeng Kasih… Ini baru awal karir kamu. Harus kuat! Gak boleh lemah meyek-meyek. You can do it! Batin Kasih.
Menyiapkan bahan yang dibutuhkan, kayu manis, jahe, black tea, gula, ice cube. Kasih mulai meracik minuman untuk Galang.
Disaat Kasih sibuk membuatkan minuman, Galang datang ke dapur. Dia melihat Galang sibuk mengambil kotak P3K dan menyiapkan air es dan kain. Melihat itu, Kasih memberanikan dirinya untuk bertanya. Kuatir kalau bosnya itu memilki luka.
“Pak Galang punya luka?” Mendengar pertanyaan Kasih, Galang melangkah mendekati Kasih.
Jezzzz Galang menundukan kepalanya ke telinga Kasih. Kasih berdiri mematung melirik tingkah bosnya itu. Bulu kuduk mulai berdiri saat Galang membisikan sesuatu.
“Buat 2 gelas minuman, saya tunggu di balkon atas.”
Galang beranjak menuju balkon atas. Tersenyum kegirangan menatap wajah Kasih yang membeku kaget.
“Huft… Apa maksudnya itu?” bisik Kasih sambil melihat punggung belakang Galang.
Setelah beberapa menit, akhirnya minuman itu sudah selesai dibuat. Kasih segera membawa minuman itu ke balkon atas.
Angin laut sangat kencang dan dingin terasa dari balkon. Galang yang sudah dari tadi duduk di sofa, menyuruh Kasih duduk disebelahnya setelah datang.
“Duduk.”
“Ini minumnya, pak,” Kasih meletakan minuman di meja.
“Saya bilang duduk. Kenapa masih berdiri?” Suara mulai sedikit mengeras. Kasih benar-benar tidak mengerti suasana hati bosnya. Dia sesuka hati berteriak.
Segera Kasih duduk di ujung sofa panjang itu agar tidak terlalu dekat dengan bosnya. Baru saja mendaratkan pantat ke sofa, Galang menarik lengan Kasih sampai terjatuh dalam dada bidangnya.
“Huh… Maaf pak,” Kasih berusaha menjauh, tapi Galang merengkuh tubuh Kasih lagi sampai Kasih terdiam dalam dekapan Galang. Mereka saling bertatapan.
“Naikan lengan bajumu,” mendangar permintaan Galang, Kasih segera membetulkan posisi duduknya. Menyilangkan kedua tangan di depan dada.
“Ha? Bapak mau ngapain?”
“Jangan mikir mesum… Saya mau kompres lengan kamu. Saya tahu itu tadi cukup kasar,”
Galang meraih tangan Kasih dan menaikan sedikit lengan seragam Kasih. Dia mengompres lengan Kasih dengan hati-hati.
“Biar saya saja pak,” kata Kasih sambil meraih kain kompres.
“Sudah diam!”
Kasih hanya bisa pasrah menerima perlakukan Galang. Memandangi Galang yang sibuk mengobati luka di lengannya. Sedikit merah dan memar.
Apa sih maunya orang ini… Tadi teriak-teriak gak jelas. Sekarang, dia lembut banget ke aku. Huft… Dia sampai berkeringat karena marah-marah. Apa sangat fatal kesalahan ku? Pantas saja mas Teo bilang dia orang gak jelas… Orang sadis… Hmmm. Eh, tapi dia baik juga mengkuatirkan staff agar jauh-jauh dari orang mabuk. Mau mengobati luka ku lagi. Nikmatin aja deh diobati owner luxus. Kapan lagikan… dimanja sama bos. Hihii, batin Kasih sambil memandang Galang.
“Kenapa senyam-senyum?” Tanya Galang membuyarkan pikiran Kasih.
“Oh… Itu pak… Terimakasih, bapak sudah mengobati luka saya. Saleb yang diolesin bapak, enak sekali kena kulit.”
Tiba-tiba Galang mengangkat kakinya dan meletakan ke pangkuan Kasih. Perasaan Kasih mulai berubah tidak nyaman.
“Pijit kaki saya.” Kasih membulatkan matanya menatap kaki Galang yang sudah selonjoran di atas pangkuannya.
“Bisa besok aja pak di ruang treatment?”
“Mau kena SP (Surat peringatan)? Saya mau kamu pijit SAya sekarang,” nada suara mulai naik satu oktaf.
Buset dah… Baru juga dipuji. Hmmm. Sadis betul si bapak... Gak tahu apa aku masih ngantuk… Weleh-weleh… Nih aku pijit… batin Kasih.
****
Bersambung…
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Khairul Azam
lingkungan kerja aneh gak sehat, klo aku dipangil jalang udah aku tampar dia 🤭
2024-12-08
0
Heryta Herman
suasana bekwrja yg tdk sehat..hindaei sblm jadi lbh parah...resign...beres
2024-06-16
1
✨viloki✨
Tania ini pasti
2022-03-22
1